Bab 22

16.6K 914 28
                                    

Sudah tamat di karyakarsa😊

Bab ini tanpa edit🙏
...

“Sayang tunggu! Tunggu sebentar!!” Hiro yang di dorong Ghendis menuju pintu rumah, berbalik dan memegang kedua tangan gadis itu. “Aku bakalan pulang, asalkan kamu juga menerima satu syaratku.”

               Ghendis menatapnya waspada.

                “Kita berpacaran, aku panggil kamu ‘sayang’ dan kamu juga begitu.”

               Ghendis menatap Hiro pucat. “Enggak! Enggak mau!”

               “Kalau gitu aku tidur di sini sama kamu, ayo kita ke kamar dan aku juga cape.” Hiro hendak masuk ke dalam rumah.

               “EH! EH! Tunggu!!”

               Hiro menatap Ghendis licik, alis sempurnanya melengkung ke atas sebelah. Jika orang lain yang melihatnya mereka pasti terpesona namun Ghendis merasa ingin mencukur alis sialan itu yang seakan mengejeknya.

               “Coba panggil cinta, baby, darling, sweety.”

                       Sumpah Ghendis ingin muntah mendengarnya!! Apa laki-laki ini tidak kehilangan urat malunya? Usia mau 40 banyak maunya!!

               “Yank,” bisiknya pelan hampir tidak terdengar.

               “Apa?”

               Ghendis menarik telinga Hiro keras. “YANK!! CEPAT PULANG!!”

               Hiro hampir kehilangan pendengarannya, namun wajah pria itu tersenyum lebar membuat Ghendis terkejut. “Iya sayangku,” pria itu mencium kening, pipi dan bibir Ghendis lalu pergi.

               Ghendis bergidik segera masuk ke dalam rumah, mengunci pintu dan berlari ke kamar

.....

               Ghendis dan Akira sedang bermain pasir di playground. Perumahan ini sangat sepi anak, setelah Ghendis tinggal di sini hampir 2 minggu, ia mengamati jika Akira tidak memiliki teman sepermainan. Hanya ada beberapa anak itu pun masih bayi. Pantas saja playground ini terlihat sepi.

               “Ate lihat!!” Akira menunjukkan bangunan yang ia buat dengan alat cetakan yang sudah di bawa dari rumah.

               Ghendis terkekeh melihat hasil karya Akira. “Itu olaf?”

               “Olaf apa Ate?”

               “Kamu enggak tahu Olaf?”

               Akira menggelengkan kepala.

               “Tahu Elsa? ‘Let it go! Let it go!” Ghendis mendendangkan lagu frozen namun Akira nampak bingung. Sepertinya anak ini jarang menonton TV. Akira sejak dini sudah mengikuti sekolah musik, sekolah bahasa yang membuat anak itu mampu menggunakan 3 bahasa Indonesia, jepang dan inggris. Ia juga mengikuti kelas menggambar. Kalau tidak salah Nanny nya bilang setelah usia 4 tahun, Hiro akan meleskan dia matematika.

               Astaga anak sekecil ini seharusnya bermain saja! Sungguh interaksi sosial Akira sangat buruk. Anak itu pemalu dan sulit berbaur dengan teman sebaya.

Mrs 30Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon