Bab 30

11.7K 705 14
                                    

  

           “Ate, peluk!” ucap Akira yang langsung diiyakan Ghendis. gadis itu memeluk Akira erat, mencium wangi shampo dan parfumenya yang menyenangkan dan khas. 10 hari Ghendis tidak akan bertemu anak itu dan belum-belum ia sudah merasa kesepian.

               Akira dan Hiro akan pergi ke Jepang hari ini dengan pesawat pribadi Ryuzaki. Sejak pukul 3 subuh, Ghendis sudah bangun dan membantu Akira untuk bersiap sementara Hiro masih di sibukkan dengan dokumen untuk persiapan rapat sesampainya di Jepang.

            Melihat ayah dan anak yang sudah bersiap sepintas membuat Ghendis diliputi rasa gelisah dan kesepian. Ia akan seorang diri lagi. Seharusnya itu menjadi hal yang ia nantikan, tetapi entah mengapa ia tidak antusias seperti biasanya.

               Hiro yang baru saja keluar dari kamar dengan setelan kemeja biru, celana kain hitam dan peacoat hitam nampak sangat tampan dan lebih mirip seorang model dibandingkan seorang CEO. Ghendis menatap masam dirinya yang hanya mengenakan celana kulot hitam, kaos panjang putih dan rambut yang berantakan karena baru bangun.

             Penampilan Ghendis saat ini nampak seksi di mata Hiro. Lelaki itu masih berusaha membujuk Ghendis untuk ikut dengannya namun sekeras ia membujuk maka Ghendis akan lebih keras untuk menolak.

                Nanny Desi tengah menemani Akira untuk sarapan sebelum berangkat, sementara Ghendis yang tadinya ingin menemani juga sudah ditahan oleh Hiro yang memeluknya erat. Ghendis menepuk lengan Hiro lembut seakan mencoba menenangkan pria itu.

           “Di sana musim apa?” tanya Ghendis memecahkan keheningan.

               “Winter,” gumam Hiro. 

              “Ahh... salju.”

               “Kamu pernah lihat salju?”

               Ghendis menggelengkan kepala. “Tempat terjauh aku pergi itu ke yogyakarta,”

               Hiro melepaskan pelukannya dan memegang kedua tangan Ghendis erat, menatap gadis itu dalam-dalam. “Aku janji bakalan ajak kamu ke manapun yang kamu mau.”

             Ghendis hanya menyunggingkan senyum tipis.

               “Jangan ketemu, lirik atau ngobrol sama laki-laki lain selama aku enggak ada ya? Janji?” rajuk Hiro mencium pipi Ghendis.

               Rasanya Ghendis ingin tertawa keras. Ngobrol, lirik atau bertemu? Memangnya ada laki-laki yang menginginkannya kecuali orang aneh di depannya ini?

             “Janji kan?” tuntut Hiro.

               Ghendis terkekeh. “Kalau aku beli bubur dan yang jual laki-laki, gimana? Masa aku enggak ngomong sama sekali?”

               “Itu pengecualin sayangku, kalau untuk pedagang yaah... aku izinin walaupun aku tetap enggak suka kamu ngomong sama orang selain aku.”

             Ghendis menepuk kepala Hiro dengan sangat lembut membuat pria itu menatapnya karena ini pertama kalinya ada yang memegang kepalanya seperti ini. Entah mengapa di hadapan Ghendis, Hiro yang gagal dan dominan seperti seekor rakun yang manja

.               Hiro mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Ghendis dengan lembut dan berhati-hati. Mengabsen setiap sudut mulut gadis itu, menyentuh gigi dan lidahnya membua Ghendis terbuai akan ciuman pria itu.

Mrs 30Where stories live. Discover now