Bab 19

16.4K 837 31
                                    

sudah tamat di karyakarsa!!!


            Hiro baru saja sampai di kamarnya dengan wajah bahagia, meskipun tampak luar lelaki itu masih tampak dingin tetapi siapapun yang sudah mengenalnya bisa melihat bagaimana sorot matanya tampak lembut dan bersemangat.

Tadinya ia ingin menginap bersama Ghendis, namun gadis itu mengusirnya dengan keras hingga akhirnya ia kembali ke rumah dengan terpaksa.

Mungkin karena ia juga terburu-buru membuat gadis itu masih bingung.

Tapi ini adalah keputusannya. Satu-satunya cara untuk dekat dengan Ghendis adalah dengan pendekatan paksa, pernyataan blak-blakan dan sentuhan yang intim hingga nanti Ghendis akan terbiasa dengannya, terikat dengannya hingga berakhir jatuh cinta hingga ia bisa menjadikan Ghendis sebagai miliknya.

Untuk tipe gadis seperti Ghendis yang memiliki kepekaan nol persen, pengkodean, pendekatan malu-malu tidak akan efektif. Sepengamatan Hiro, gadis itu memiliki masalah dengan kepercayaan dirinya dan akan berpikir dengan sudut pandangnya sendiri dan itu tidak akan berakhir dengan baik.

Hiro memegang bibirnya, sebelum pulang ia kembali mencium gadis itu yang dibalas malu-malu olehnya dan mereka saling berpelukan cukup lama hingga akhirnya Ghendis mendorongnya keluar dengan wajah jengah.

Melirik Akira yang sudah tertidur pulas di kasurnya, sudut bibir Hiro terangkat. "Tenang Nak, ayahmu ini sudah mendapatkan calon Ibu yang pastinya kamu suka." Gumamnya pelan

.....

Ghendis menguap sangat lebar, matanya kuyu kurang tidur hingga terlihat bayangan hitam di bawah matanya. Bagaimana bisa tidur, semalam banyak kejadian mengejutkan. Dari bibirnya yang pertama kali dicium dan bosnya yang sekarang resmi menjadi kekasihnya.

Apa ia bermimpi?

Berkali-kali ia bertanya itu pada dirinya sendiri, rasanya seperti mimpi tapi ia masih bisa merasakan bibir yang menempel dengan bibirnya dan rengkuhan hangat memeluk tubuhnya.

Badan Ghendis terasa panas, gadis itu buru-buru mencuci muka dan segera turun ke bawah. Pagi ini ia berencana mengajak Akira jalan-jalan pagi sambil main ke playground.

Ghendis memakan sandwich yang sudah di siapkan Winda untuk ganjal perut. Ia ingat kalau di rumah biasanya ia sarapan dengan nasi kuning, nasi uduk, nasi goreng, bubur ayam, lontong kari dan gorengan. Sudah seminggu ini ia sarapan hanya dengan roti dan susu yang membuatnya mudah lapar. Ia sebenarnya ingin menyiapkan sarapan sendiri tapi Winda tidak mengizinkannya, ia juga tidak enak kalau meminta Winda memasakkan sarapan padatnya karena sayang juga hanya mereka berdua yang makan.

Ia rindu bubur ayam. Apa ia izin sebentar untuk mencari bubur ayam ya? Tapi Akira pasti sudah menunggunya.

Sesampainya di rumah, Ghendis melihat Akira sedang duduk di pinggir kolam sambil memberi makan, ia segera menghampiri Akira dan mencium pipi anak itu yang dibalas anak itu menciumnya juga.

"Ayahnya enggak di cium?"

Ghendis menoleh dan menemukan Hiro yang masih mengenakan piyama berdiri bersandar di depan pintu menatapnya geli.

Ghendis melotot lalu menatap bingung. Hiro berjalan menghampiri, menyentuh kedua sisi wajah Ghendis dan mencium bibir gadis itu penuh mesra. "Selamat pagi, Sayang."

Ghendis tersentak hampir pingsan begitu pun Akira yang melotot melihat Ayahnya mencium Tante kesayangannya. Hiro merangkul pinggang Ghendis dengan santai sambil melihat gadis itu yang masih shock.

Mrs 30Donde viven las historias. Descúbrelo ahora