Bab 28

12.5K 808 21
                                    

Jangan lupa baca sampai tamat di karyakarsa yaa🤩🤩
...

          Masih di taman bermain. Ghendis, Hiro dan Akira tengah duduk di rerumputan yang berhadapan dengan kolam air mancur. Langit yang cerah kini sudah mulai gelap. Mereka sengaja masih berada di taman, selain Akira yang betah bermain pancing ikan, melukis dan bermain sepeda, setiap jam 7 malam akan ada kembang api di setiap hari minggu.

               Bagi Hiro, membuat kembang api sangat mudah dan bisa dilakukan di rumahnya, namun Akira merengek ingin melihat kembang api di taman dan ramai. Ghendis sendiri setuju dengan Akira untuk pengalaman anak itu, meskipun ia sudah merasa sangat pening dan membutuhkan kamar. Ini adalah waktu terlama dirinya berada di lingkungan yang ramai.

               Menatap Hiro dan Akira yang tengah bermain layangan di depannya, Ghendis mendadak ada ide. Gadis itu mengambil tablet di tas ranselnya dan mulai menggambar wajah Hiro. Matanya dengan teliti mengamati raut wajah kekasihnya.

               Sudah beberapa kali Ghendis menggambar Hiro diam-diam, ia sebenarnya ingin meminta izin pria itu, namun hingga saat ini belum ada kesempatan. Lagipula jika Hiro tidak mengijinkan, ia belum menemukan figur lain untuk karakter Yan.

           Hiro memiliki figur wajah yang sempurna di matanya. Postur tubuh pria itu tegap, tingginya di atas 185 yang membuat Ghendis hanya sekitar dada Hiro, kulitnya putih , kelopak matanya kecil, alis mata tebal, bibir kemerahan, rambut tebal dan jika sedang tidak bekerja pria itu menatanya sedikit berantakan membuatnya tampak lebih muda.

               Pria itu sempurna! Dan Akira adalah versi kecil Hiro dengan beberapa fitur yang mirip Ibunya di bagian mata dan dahinya yang cukup lebar.

                “Sayang!!” panggil Hiro menatap dirinya.

               Ghendis melambaikan tangan, wajahnya masih ia tutupi masker. Mata Ghendis melembut melihat Akira yang tertawa memandang layangan yang terbang tinggi. Beberapa di sekeliling sama seperti mereka bermain layangan bersama keluarga.

               Ah... bermain dengan keluarga? Kapan terakhir kali ia liburan dengan keluarga? Kalau tidak salah 5 bulan yang lalu, bersama keluarganya mereka pergi ke Yogyakarta menggunakan kereta untuk mengunjungi keluarga Mama.

                Kepalanya terasa pusing karena keluarga Mama di jogja adalah keluarga besar yang merupakan anak dari Kakak neneknya. Dan di jogjalah sebuah kenangan menyebalkan yang ia rasakan karena ulah Mamanya.

               Kedatangan Mama ke Jogja adalah agenda yang di buat Mama dengan saudaranya untuk menjodohkan dirinya dengan laki-laki bernama, Rudi.

                Ah... Rudi, Ghendis yang sedang menggambar menghentikan aktifitasnya. Matanya menatap kosong ke depan, pikirannya berkelana ke beberapa bulan yang lalu ketika nama ‘Rudy’ terngiang di kepalanya.

               Sampai sekarang ia tidak akan melupakan momen di Jogja sebuah kenangan manis dan menyebalkan.

               Menyimpan kembali tabletnya ketika Hiro dan Akira mendekat. Hiro duduk di sebelahnya, sementara Akira melompat ke pelukannya dan mencium pipinya. Rasa bahagia Akira menularinya, membuatnya ikut tertawa pelan. Hiro menyandarkan kepalanya di bahu Ghendis, seakan minta perhatian dari gadis manis itu.

               “Ah sebentar lagi kembang apinya.” Ucap Hiro menatap jam tangannya.

               Akira yang memeluk leher Ghendis, mendongakkan kepala dan duduk di pangkuan Ghendis. matanya menatap langit, tidak sabar menunggu kembang api yang menghiasi.

                Suara keras mulai terdengar dan beberapa orang mulai bersorak, bahkan berfoto dengan latar kembang api. Hiro dengan cepat mengambil ponselnya dan melakukan selfie pada Ghendis dan Akira yang kembali mencium Ghendis. Hiro menggelengkan kepala melihat hasilnya, sang kekasih mengenakan masker sehingga wajahnya tidak terlihat.

             Setelah mengambil beberapa foto Akira, mereka kembali duduk berdampingan. Hiro ingat, seseorang di sebelahnya yang selalu menemani menikmati kembang api adalah Sakura, ketika perayaan kembang api sumidagawa yang diadakan setahun sekali. Ia dan Sakura selalu menantikan festival api sejak mereka masih kecil dan terakhir ketika setelah mereka menikah, Sakura mengandung anaknya.

               Namun kini ia menonton kembang api bersama Ghendis, gadis yang baru dikenalnya namun selalu membuat hatinya berdebar. Tidak seperti Sakura yang selalu tersenyum lebar dan melompat-lompat meraih tangannya ketika kembang api muncul, Ghendis nampak tenang bahkan datar. Gadis itu tidak mengambil HP untu memposting apapun di medsosnya, atau berteriak girang. Ghendis adalah gadis aneh yang cantik di matanya. 

              Hiro meraih tangan Ghendis dan menggenggamnya erat, matanya melirik Akira yang nampak mengantuk di pangkuan Ghendis. Hiro mencium pelipis Ghendis, menahan diri untuk tidak membuka masker dan mencium bibir mungil gadis itu.

              “Kembang apinya cantik kan?” tanya Hiro. 

              Ghendis mengangguk sekali, ia nampak letih membuat Hiro membereskan bawaan mereka dan memakai tas ransel Ghendis, pria itu berdiri. “Kita pulang?”

                Ghendis mengangguk, memberikan Akira pada Hiro. Sebelumnya membereskan beberapa sampah di sekitar dan membuangnya ke tempat sampah membuat Hiro terkekeh. Sambil bergandengan tangan mereka berjalan menuju parkiran. 

               “Mau makan dulu?”

               Ghendis menggelengkan kepala, setelah keadaan sepi ia membuka maskernya. Hiro merasa lega bisa melihat wajah cantik Ghendis. “Mau langsung pulang aja, kamu enggak keberatan kan?”

               Hiro tersenyum, mengambil selangkah di depan Ghendis dan mengangkat dagu gadis itu, mencium bibirnya dengan lembut. “Sama sekali enggak, ayo pulang!” ucapnya menarik Ghendis yang terkaku.

 
...

🫠🫠 Lelah membayangkan kebucinan mereka😌

Mrs 30Where stories live. Discover now