Empat belas

15.9K 829 12
                                    

Haloooo...
Mrs 30 sudah tamat di karya karsa ya!! Dan sudah update juga sekuelnya di sana.
Biar ga menunggu lama boleh langsung ke sana.
Ada harga paketan lebih murah baca dari awal sampai tamat dan berlaku seumur hidup ya😊
....

Hiro tercengang mendengar teriakan Ghendis begitu pun Akira, namun anak itu segera memeluk kaki Ghendis dan wajahnya memandang kesal pada Hiro.

               “Papa, angan buat Ateu malah!” omelnya.

               Hiro menganga. Kenapa dia yang disalahkan? Bukankah Ghendis yang tiba-tiba berteriak ke arahnya?

               Ghendis menatap lembut Akira, menepuk kepala anak itu lembut dan kembali memandang Hiro dengan ekspresi kesal. “Saya enggak butuh orang yang merawat saya Pak. Lagipula saya ini juga pegawai Bapak, apa memang kebiasaan Bapak yang selalu memberikan asisten untuk pegawai Bapak?”

               Hiro diam kaku, tidak tahu harus bicara apa. Matanya melirik ART yang masih menundukkkan kepala, seakan tahu apa keinginan tuannya ia cepat-cepat mundur.

               Setelah kini hanya mereka bertiga di dalam rumah, karena Akira tidak ingin menjauh dari Ghendis dan bersikap bak pahlawan sementara dirinya penjahat. Hiro mencoba menenangkan diri. “Oke kalau gitu, cukup satu orang saja di sini.”

               Ghendis tidak berkomentar namun matanya nampak menunjukkan protes.

                “Kamu perempuan dan kamu yaaa... hmm... orang yang disayang Akira, sehingga keamanan kamu juga harus saya jamin. Perempuan tinggal sendiri tidak baik walaupun keamanan di sini terjamin, tapi tetap saja tinggal sendiri tidak baik.” Ucap Hiro mencoba menjelaskan.

               Ghendis menganggukkan kepala akhirnya dan Hiro mendesah lega. Pria itu mengambil koper dan tas ransel Ghendis dengan alami. “Ayo saya antar ke kamar kamu.”

               Ghendis dan Akira mengikuti Hiro dari belakang. Mata Ghendis masih menjelajah isi rumah. ia baru sadar di ruang tengah terdapat perapian dan kursi goyang di dekatnya. Ada juga meja makan yang cukup luas.

                Mereka naik ke lantai dua, dan terdapat empat kamar. Hiro membuka pintu kamar yang berada di tengah, melebarkan pintunya dan mempersilahkan Ghendis untuk masuk.

               Berbeda dengan kamar Chitra yang serba pink, kamar di depannya serba putih dengan ranjang berukuran 160 x 200 yang sangat berbeda dengan tempat tidur di kamarnya yang kecil.  Terdapat AC yang menyejukkan ruangan, dua lampu tidur di kiri kanan, meja rias lengkap dengan beberapa perlengkapan merias, balkon dengan pemandangan kolam renang perumahan, TV 40 inch dan pintu di tengah. Ghendis membukanya dan semakin tersentak.

               Kamar mandi lengkap dengan bathtub di tengah, lantai yang berpola segi enam, ruang shower dan satu set perlengkapan merawat diri kumplit dengan berbagai sabun yang berjajar rapi di atas wastafel kamar mandi.

               Ghendis mengecek satu persatu botol yang tersusun rapi, dari body scrub, shower scrub dengan berbagai macam aroma, lotion, facial wash. Luar biasa!! Sangat kumplit dan merk ini pernah ia lihat di salah satu toko ternama yang untuk masuk saja ia merasa minder.

               Ghendis keluar dari kamar, ia melihat Hiro dan Akira yang sedang duduk santai di atas ranjang layaknya suami dan anak yang menunggu istrinya. Ghendis buru-buru melenyapkan pikiran itu dan matanya menangkap meja rias.

                Sama seperti di kamar mandi di mana terdapat satu set lengkap peralatan, di atas meja rias pun terdapat satu set skin care merek SK One yang membuat bola mata Ghendis hampir keluar!!

                Tuhanku... ini adalah skin care yang paling ia impikan. Dulu waktu kerja ia pernah membeli skin care ini namun versi kitnya yang walaupun kit harganya hampir setengah juta. Wajahnya sangat cocok menggunakan skin care tersebut, namun karena harganya yang mahal dan ia sudah tidak bekerja, akhirnya ia berhenti memakainya dan kini memakai skin care murah yang bisa dibeli di warung.

                “Ini!! Ini...”

               “Saya enggak tahu ini cocok sama kamu atau tidak, saya cuma minta Tyo untuk siapkan yang paling bagus.” Jawab Hiro santai dan menatap tab yang dipegangnya.

               Ghendis tidak bisa berkata-kata, ia bahkan sulit menutup mulutnya karena ia tidak tahu harus bicara apa. Apakah Bapak motivator ini memang sebaik ini terhadap karyawannya? Menyiapkan rumah bagus, memberi gaji tidak masuk akal, dan menyiapkan skin care serta perentelannya agar nampak glowing?

               “Terimakasih Pak!” ucap Ghendis dalam keadaan masih bingung.

               “Ante, aku mau di cini aja!! Pa, aku mau cama Ante Endis!!!” pinta Akira sambil menarik kemeja Hiro.

               Ghendis tersenyum dan duduk di sebelah Akira. “Pak, enggak apa-apa kan kalau Akira sesekali nginep di sini sama saya?”

               Hiro sedikit cemberut dan menggelengkan kepala. “Papa izinin kamu di sini sama Tante Ghendis, tapi sebelum jam 5 sore kamu sudah harus di rumah.”

               Akira menatap sebal Papanya. Biasanya Papanya akan cuek kalau dirinya menginap di rumah saudara atau di bawa ke Jepang oleh Kakek dan Neneknya. Tapi mengapa sekarang Papanya melarangnya? Padahal dari sini ke rumah tidak sampai 10 menit. Papa jahat!

               Ghendis juga menatap bingung bergantian ke arah Akira dan Hiro yang saling bertatapan. Ia juga kaget karena Hiro tidak mengizinkan putranya untuk menginap bersamanya. Mungkin, Hiro tipikal Ayah yang sangat protektif pada putranya. Benar-benar contoh single parents yang layak menjadi panutan! Luar biasa sekali dengan Bapak motivator kita!

               “Ayo kita makan.” Ajak Hiro sambil berdiri.

               Ghendis kembali mengikuti Hiro, namun berbeda dengan tadi ia berjalan di belakang. Langkah Hiro sedikit pelan, sehingga mereka jalan berdampingan bertiga menuju rumah Hiro. Ghendis masih terkagum dengan rumah bernuansa jepang ini. Ia juga baru menyadari terdapat satu foto besar seorang wanita cantik yang mengenakan kimono berdiri berdampingan dengan Hiro yang sepertinya tampak lebih muda.

               “Itu Mamanya Akira,” ucap Hiro mengamati arah tatapan Ghendis.

               Ghendis melirik Akira yang ternyata anak itu hanya menatapnya dibandingkan foto besar yang terpampang di tengah ruangan. Mungkin karena Mama Akira meninggal ketika Akira masih sangat kecil sehingga Akira tidak memiliki ingatan kenangan bersamanya.                

Mrs 30Where stories live. Discover now