Bab 18

16.8K 902 26
                                    

Sudah tamat di karyakarsa yaaaaa....


....


               "Cukup hari ini." Ucap Hiro setelah memimpin rapat. Pria tinggi dan tegap itu keluar dari ruangan dengan Tyo yang mengikuti dari belakang.

Sesampainya di dalam mobil, ia melepas jasnya dan membuka dasi. Tangannya segera mengambil HP dan membukanya berharap ada pesan masuk.

Namun sayang, HP pribadinya sama sekali tidak ada apapun. Berbeda dengan ponsel bisnisnya yang selalu ramai, ponsel pribadinya hanya untuk keluarga dan gadis itu.

Hiro mengerutkan kening. Ia benar-benar bingung, sejak menelpon Ghendis semalam, ia sama sekali tidak bisa tidur. Ia tidak memahami dengan perasaannya sendiri. Apakah ini cinta? Jika iya bagaimana bisa secepat ini? Mereka bertemu tidak lebih dari lima kali, tidak pernah berkencan atau berbicara hal pribadi dengan intim.

Hiro kini tidak menampik jika iya tertarik pada Ghendis. gadis itu memiliki pribadi yang aneh, muram tapi mempesona, disayangi putranya dan yang terpenting ia begitu menarik.

Sejak dulu Hiro selalu menghabiskan waktu dengan Sakura, mereka selalu bersama dan orang-orang di sekitar mereka seakan menganggap mereka adalah dua sejoli yang ditakdirkan dari surga. Namun mereka tidak tahu jika Hiro tidak memiliki perasaan apapun untuk Sakura. Hiro menyayangi Sakura sebagai sahabat dan keluarganya, namun ketika Hiro mengutarakannya, Sakura memohon untuk membiarkannya agar tetap mencintainya dan bersama dengannya. Wanita itu bahkan rela cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Tyo, suruh Nanny untuk membawa Akira pulang ketika saya datang."

"Baik Pak."

...

Ghendis sedang menikmati kopinya di malam hari. Hari ini Akira pulang ke rumahnya karena Ayahnya pulang dinas dari luar kota. Rasanya sudah lama ia tidak menikmati waktu sendirinya, bukannya ia tidak suka dengan Akira. Ia sangat-sangat menyukai Akira bahkan sempat membayangkan jika Akira adalah anaknya.

Di usianya yang sudah berkepala 3, munafik jika ia tidak membayangkan dirinya menjadi seorang Ibu dan istri, namun Ghendis selalu berusaha menghapusnya karena merasa bahwa tidak mungkin ada lelaki yang tertarik kepadanya.

Sejak ia remaja, ia tidak pernah merasakan disukai laki-laki, dan hampir sebagian laki-laki lebih menyukai Ike daripada dirinya. Itulah mengapa Ghendis merasa ia tidak mungkin bisa menikah.

Orangtuanya pernah menjodohkannya dengan beberapa lelaki, dari seorang PNS, Polisi, perawat, bahkan senior kerja Chitra. Ghendis sendiri tidak mempedulikan akan menikahi siapa, yang penting laki-laki itu mau menerimanya dan tidak menghalangi mimpinya juga tidak keberatan dengan sifatnya yang senang menyendiri.

Namun sayang, semuanya berguguran. Mereka tidak tertarik padanya bahkan secara terang-terangan minta dijodohkan dengan Chitra atau Ike.

Ghendis menatap langit malam dari kaca di ruang tengah. Gerimis datang dan udara malam mulai menusuk. Ia menyesap kembali kopinya dan menggelengkan kepala, terkekeh. Kehidupannya benar-benar berubah dalam sekejap. Apakah keajaiban benar-benar berpihak kepadanya?

TING TONG!

Suara bel rumah berbunyi. Siapa yang datang mengunjunginya malam begini? Lagipula siapa juga yang akan bertamu untuknya.

Tidak mungkin orang jahat kan?

Winda sepertinya sudah berada di kamarnya. Mengambil cukil dari dapur untuk berjaga-jaga, ia mulai berjalan ke arah pintu. Suara bel terus berbunyi dan sepertinya tamu misterius itu tidak sabar.

Mrs 30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang