Bab 17

15.5K 874 8
                                    


Temen2 yang mau baca sampai tamat bisa langsung ke karyakarsa ya.

oh iya, aku juga buka paket baca Mrs 30 & sang pewaris (sekuel). sekali bayar, bisa baca sampai tamat. jadi kalau aku update yang sekuel, kalian enggak usah bayar lagi dan pastinya lebih murah dari pada beli per bab. berlaku seumur hidup yaaaaa

cus langsung ke lapaknya!!!

.....


               "Ate," panggil Akira dengan suara mengantuk. Anak itu membuka pintu kamarnya.

Ghendis yang sedang menggambar, menoleh ke arah Akira. Membuka kacamatanya, gadis itu menghampiri dan menggendongnya. "Belum tidur?"

"Bobo ama Ate."

Terdengar suara langkah cepat, ternyata Desi yang menyusul Akira. "Maaf Ghendis, Akira tadi ngunci saya di kamar."

Ghendis menoleh menatap Akira namun anak itu memeluk lehernya erat. "Yasudah Akira tidur sama saya aja."

"Apa enggak ngerepotin?"

Ghendis tersenyum dan menggelengkan kepala. Ia masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan Akira lalu duduk di sampingnya. "Kenapa ngunciin Nanny Desi? Apa Nanny Desi bikin kesalahan yang enggak Akira suka?" tanya Ghendis lembut.

Akira nampak takut, tidak menjawab.

Ghendis berbaring di sebelah Akira, tangannya meraih Akira mendekat dan memeluknya yang tentu saja membuat Akira tersenyum membalas memeluk.

"Akira tahu enggak, dulu Tante pernah di kunci di kamar mandi sama teman-teman SD?"

Akira menggelengkan kepala, menatap Ghendis khawatir membuat Ghendis terkekeh. "Itu udah lama bangeet!! 20 tahun yang lalu, udah lama banget kan? Tapi sampai sekarang Tante masih inget, karena itu kenangan yang enggak Tante sukai, yang bikin Tante enggak bahagia. Karena Tante tidak bisa keluar, Tante terkurung, Tante takut dan memohon, berteriak meminta orang lain untuk membuka pintu." Ghendis menatap Akira. "Lain kali jangan mengunci pintu lagi ya sayang? Karena kita enggak tahu apakah perbuatan kita nanti berefek membuat orang lain trauma apa tidak. Jika Akira tidak suka, Akira bisa bilang supaya orang lain bisa mengerti."

"Ate malah sama temen-temen Ate yang unci pintu?"

Ghendis terdiam, merenung. "Ya awalnya marah, tapi sekarang... Tante mungkin karena sakit hati jadi Tante acuh, tidak peduli dan tidak ingin tahu bagaimana kabar mereka. Diabaikan itu lebih menyakitkan daripada kita memukul. Karena dianggap tidak ada lebih menyakitkan."

Akira memegang tangan Ghendis, Ghendis mengerjapkan mata dan tersenyum. "Akira sayang sama Nanny Desi?"

Akira mengangguk.

"Akira enggak mau Nanny Desi ninggalin Akira? Atau ngabain Akira?"

"Enda mau!"

"Akira tahu harus apa?"

Akira menatap bingung Ghendis. Ghendis menghela nafas, sepertinya anak ini tidak di didik moral oleh keluarganya. Yah maklum saja mungkin karena Akira tidak memiliki figur Ibu dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Nanny ketimbang Ayahnya.

"Minta maaf." Jelas Ghendis. "Ketika kita berbuat salah, hal yang penting harus kita lakukan adalah meminta maaf. Akira mau minta maaf?"

"Ate temenin?"

"Pasti!"

Akira mengangguk, Ghendis memeluknya semakin erat sambil mendendangkan lagu pengantar tidur yang biasa ia nyanyikan untuk keponakan-keponakannya 'rock a bye baby'

Ini pertama kalinya Akira dinyanyikan lagu. Sejak dulu ia tidur bersama Ayahnya dan Ayahnya hanya akan menepuk punggungnya ketika tidur, Nanny Desi suka menyanyikan lagu jawa untuknya dan sekarang Ghendis kesayangannya menyanyikan lagu dengan suara yang lembut dan halus sambil memeluknya erat.

Matanya semakin berat dan Akira menguburkan matanya ke pelukan Ghendis mencari kehangatan, di telinganya suara Ghendis semakin menghilang dan ia sudah terlelah dalam mimpi.

Setelah Akira tertidur, Ghendis perlahan menggantikan pelukannya dengan guling dan menyelimuti tubuh mungil itu agar tetap hangat. Ia kembali duduk di depan laptop dan mulai kembali membuat sketsa gambar.

Setengah jam fokus dengan sketsanya, HPnya berbunyi. Ghendis mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelpon malam-malam.

"Halo?" tanya Ghendis.

"Ini saya."

Ghendis melihat layar HP dan nama 'Bos Ayah' terpampang di layar Hpnya. Memang sebelum Hiro berangkat ke Jakarta mereka saling tukar nomor HP dan ini pertama kalinya mereka berkomunikasi.

Ghendis menyimpan pen gambarnya dan berdeham pelan. "Iya Pak."

"Bagaimana Akira?

" Ghendis melirik Akira yang sudah tertidur pulas. "Sudah tidur pulas Pak, tadi dia... hm.. kelihatan sangat menikmati jalan-jalan." Ghendis mengingat kebersamaan mereka jalan-jalan di mall.

"Saya belum pernah ajak dia ke mall."

Ghendis terdiam, bingung harus mengatakan apa.

"Kamu... kamu lagi apa? Belum tidur?" tanya Hiro terdengar canggung.

"Saya lagi menggambar."

"Oh gambar apa?"

"Sketsa webtoon saya,"

"Saya ingin lihat, apa boleh?"

"Boleh." Jawab Ghendis dengan suara pelan.

Mereka saling terdiam beberapa menit, sampai akhirnya Hiro kembali berbicara. "Kalau begitu kamu jangan tidur terlalu malam, saya besok pulang sore."

"Baik Pak."

Hiro terdengar menghela nafas kasar. "Saya rindu,"

"Oh rindu Akira? Tadi Akira memang sempat tanya kapan Bapak pulang sih."

"Kalau gitu saya tutup." Sebelum Ghendis berbicara, Hiro sudah menutup telepon duluan.

Mrs 30Where stories live. Discover now