"Nggak usah, saya mau istirahat aja Sal, tadi di rumah sakit juga saya udah infus." Ronald memperlihatkan bekas infus di lengannya, Salmiera lalu beralih ke tangan Ronald yang sudah ada bekas infus itu.

"Dari kapan lo sakit sih?" Tanya Salmiera. Memang mereka sudah 3 hari tak bertemu karena tuntutan pekerjaan mereka satu sama lain. Ronald yang sedang hectic di rumah sakit mengalami kelelahan dan Salmiera tidak tahu itu karena dirinya baru saja pulang dari Surabaya kemarin.

Setelah dilihat Ronald sudah tertidur kembali Salmiera beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar. Ronald tak mau bubur memanh tak begitu suka, Salmiera memutar otak makanan apa yang bisa dia masakkan untuk Ronald.

"Apa telpon Ibu aja ya?" Tanya nya pada dirinya sendiri. Lalu setelah itu dia mengambil ponselnya dan menelpon ibu mertuanya.

"Hallo Assalamualaikum, ehh anak Ibu kenapa Nak?" Suara Ibu terlihat excited saat Salmiera menghubungi nya.

"Ibu maaf banget Salmiera ganggu, cuman mau nanya ini Ronald lagi nggak enak badan dan dia nggak mau dimakan bubur yaaa ibu tahu lah dia nggak suka bubur, kira kira Salmiera perlu masakin apa ya?" Tanya Salmiera to the point.

"Iyaa dia emang nggak suka bubur Sal, hmmm Salmiera bisa masakkin Ronald sup-sup an Sal, itu emang kesukaan nya Ronald sih. Nasi sama Sup, itu pasti dia mau makan, sup apa aja ibu jamin," ucap Ibu mertuanya dari seberang sana.

Setelah lama berbincang dan meminta resep makanan kesukaan Ronald, Salmiera langsung beranjak ke dapur, pertama kali dirinya langsung melihat kulkas apakah semua bahan lengkap.

"Hmmm, ternyata nggak ada kentang dan wortel." Salmiera masih berdiri di depan kulkas sambil memandang isi kulkasnya.

"Wahh nggak ada bahan makanan ini, apa gue belanja ke bawah ya," monolog nya sendiri.

Setelah berpikir, Salmiera memutuskan untuk berbelanja di supermarket yang berada di bawah apartmennya, membeli beberapa stok yang sudah habis dan mencari sesuatu yang ingin dia masak.

Sebelum pergi dirinya masuk ke kamar untuk mengganti bajunya dan izin kepada Ronald.

Dilihatnya Ronald masih terlelap, Salmiera duduk di sebelah Ronald lalu kembali mengecek suhu badan Ronald. Kaget, karna suhu badan Ronald semakin panas dirinya langsung mengambil termometer untuk mengecek pasti suhu badan Ronald.

"Astaga 39!" Pekik Salmiera saat melihat suhu badan Ronald.

Ronald yang sedang terlelap mendengar pekikan Salmiera langsung terbangun, "Ada apa Sal?" Tanya Ronald dengan suara seraknya.

"Suhu badannya lo panas banget," ucap Salmiera yang khawatir.

"Nggak papa Sal, saya butuh istirahat saja." Ronald menenangkan Salmiera.

"Kita ke rumah sakit aja ya," ucap Salmiera membujuk Ronald.

Ronald menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu yaa Salmiera, saya tahu kondisi tubuh saya, saya hanya perlu istirahat."

"Beneran?" Tanya Salmiera sekali lagi.

Ronald mengangguk sambil tersenyum ke arah Salmiera.

"Yaudah kalau gitu gue izin pergi ke bawa bentar yaa, mau belanja bahan makanan," ucap Salmiera izin untuk meninggalkan Ronald.

Ronald mengangguk lalu memejamkan matanya. Setelah izin Salmiera pun bersiap untuk berbelanja ke supermarket di bawah.

Salmiera saat ini sudah berada di supermarket, siap dengan trolinya mengelilingi tempat-tempat bahan makanan.

Salmiera saat ini sudah tiba di rak tempat makanan, teringat beberapa bulan lalu dirinya, Ronald, dan Shaka saat berbelanja dulu. Salmiera tersenyum ketika mengingat momen saat itu.

______________

Hallo! Terima kasih karena sudah membaca cerita ini.

Segala hal dalam cerita ini hanya fiktif belaka yang dibuat untuk menyalurkan ide buah pikiran. Dimohon untuk tidak membawa ke luar dan dianggap serius!

Kritik dan saran yang membangun sangat terbuka di kolom komentar.

Kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan EYD dan KBBI mohon dimaafkan.

Terima kasih juga karena sudah mau menunggu dan setia untuk cerita ini dan Salmiera Ronald. Semoga kejadian kemarin kita bisa lebih kuat lagi.

Jangan lupa streaming Abang Mengapa, kaka Mentari, dan Adik Bugati(。♡‿♡。)

Salam hangat dari Penulis

Jakarta, 2023

Pengganti  [END]On viuen les histories. Descobreix ara