Perkataan Erik berhasil membungkam Ali. Laki-laki itu menghela napas sambil memutar bola matanya, kesal.

"Lang," setelah cukup lama hanya menangis, akhirnya Sisi membuka suara. Terdengar lemah dan serak. Ia menatap Galang yang masih menunduk karena menyembunyikan air matanya.

"Lihat gue!" Suara Sisi meninggi membuat Galang seketika mendongak menatapnya. Bukan hanya Galang, Pangeran, Adhitya, Erik dan Digo juga menatapnya terkejut.

"Udah puas sekarang?" Tanya Sisi dengan nada yang kembali lirih penuh kesedihan. "Lo tau, Lang? Gue pikir hati gue hancur saat lihat lo sama Selena waktu itu. Tapi, sekarang hati gue mendapatkan kehancuran yang sesungguhnya."

"Si ... " Tangan Galang hendak meraih Sisi, namun Sisi segera menghindar. Perilakunya Itu cukup mengiris hati Galang.

"Sebelum gue bener-bener menyerah, gue pengen tanya sama lo. Gimana perasaan lo ke gue, Lang?"

Galang mengepalkan tangan, menahan hatinya agar tidak menggoyahkan keyakinan. Tatapannya menilik mata Sisi yang tersirat harapan. Jika saja semesta mengizinkan, mungkin harapan Sisi akan terwujud. Namun, kenyataannya saat ini Ali hadir di antara mereka dan menjadi tanda bahwa hubungan mereka akan segera berakhir.

"Maaf, Si, harapan lo tentang perasaan gue adalah hal yang mustahil."

Sisi memejamkan mata merasakan kepedihan yang teramat menyiksa hatinya setelah mendengar pengakuan Galang. Dia merutuki diri, merasa bodoh karena masih saja mengharapkan hati Galang.

Galang kembali meraih tangan Sisi. Kali ini tidak ada penolakan dari Sisi. Mungkin ia ingin merasakan sentuhan Galang untuk yang terakhir kalinya.

"Tapi, gue akan pastikan lo bahagia setelah lepas dari gue. Ali, orang yang selama ini lo tunggu udah ada, Si. Dia wujud dari keinginan yang dulu lo pinta dari gue dan semesta merestuinya. Kalo selama ini gue sering nyakitin lo, maka sekarang ada dia yang bahagiain elo,"

"Makasih," kata Sisi sembari tersenyum hampa. Dia kemudian melepaskan genggaman tangan Galang dan melesat pergi.

"Bunda!" Khawatir pada Sisi, Pangeran segera mengejar Bundanya itu.

Ali pun hendak mengejar Sisi, akan tetapi Galang menahannya dan membawanya melesat ke arah yang berlawanan.

***

"Bunda!" Pangeran berhasil meraih tangan Sisi sehingga laju lari wanita itu terhenti.

Dengan wajah yang dibanjiri air mata, Sisi menoleh. Lalu, dia merasakan ibu jari Pangeran menyeka air matanya. Bukannya berhenti menangis, ia malah semakin tersedu dan memeluk putranya itu.

"Semua sudah berakhir, Pangeran ..." Ucap Sisi ditengah isak tangisnya.

Pangeran menghela napas panjang. Tangannya bergerak mengusap punggung sang bunda, membiarkannya menumpahkan segala kesedihan.

Setelah beberapa lama, suara isak tangis Sisi mulai mereda. Barulah Pangeran melepaskan pelukan Sisi dengan perlahan. Kini dia dapat melihat wajah Sisi yang terlihat lelah. Matanya sembab akibat terlalu banyak menangis.

"Kenapa Bunda bilang semua sudah berakhir? Apa karena hubungan Bunda dan Ayah berakhir, Bunda berpikir semua juga ikut berakhir?"

Sisi diam tak membalas. Hanya tatapannya yang mampu mengatakan tentang isi hatinya.

Pangeran mengangguk seakan paham apa yang disampaikan Sisi melalui tatapannya. "Sampai kapanpun Bunda dan Ayah tidak akan pernah berakhir. Meskipun nanti kalian tidak terikat sebagai suami istri lagi, tapi kalian terikat sebagai orang tua Pangeran dan Adhitya. Tidak ada yang berakhir dengan ikatan itu."

Air bening di mata Sisi kembali meleleh. Kata-kata Pangeran sangat menegur pribadinya yang sempat mengira segalanya telah hancur. Sisi lupa bahwa diantara dirinya dan Galang ada dua putra hasil dari perkawinan mereka.

"Maafkan Bunda ... " ucap Sisi lirih.

Pangeran segera meraih kedua pundak Sisi sembari menggelengkan kepala tak ingin mendengar kata maaf itu dari Sisi. "Bunda ataupun Ayah tidak bersalah. Jangan meminta maaf. Apa yang sudah terjadi, kita jalani saja dengan lapang dada karena Pangeran yakin kebahagiaan sedang menanti kita di balik kepedihan ini."

Sisi tersenyum bahagia mendengar penuturan Pangeran yang begitu menenangkan hatinya. Dia kembali memeluk putranya itu dengan penuh kebanggaan.

"Hal yang perlu Bunda ketahui, Ayah tidak mengatakan yang sejujurnya tentang perasaannya kepada Bunda."

Sisi sontak melepaskan pelukannya dari Pangeran. Dia menatap Pangeran dalam-dalam, menanyakan apa maksud dari perkataannya.

"Ayah juga mencintai Bunda,"

***

"Ngapain lo bawa gue?" Ali menyentak tangan Galang. Keduanya saat ini berada di pinggir Hutan. "Sisi lagi butuh orang buat jadi sandaran dia. Gue harus ada di sana buat dia, tapi lo malah bawa gue ke sini. Mau lo apa? Biar gue sama Sisi gak bisa bersatu lagi kayak dulu? Munafik, lo!"

Galang menghembuskan napas panjang melihat kemarahan Ali. Dia mengerti apa yang dirasakan Ali sangat menyakitkan karena perempuan yang sangat dicintai lebih dulu dimiliki orang lain.

"Sejak dulu pikiran lo selalu buruk ke gue. Asal lo tau! Gue rela melepas Sisi demi kebahagiaan kalian. Alam gak akan mungkin membuat lo terlahir lagi sebagai Ali kalau bukan ada hati seseorang yang menunggu kehadiran lo," balas Galang tampak begitu tenang. Namun, dibalik ketenangan itu ada hati yang berkecamuk.

Galang tak bisa membohongi dirinya sendiri jika dia juga sudah jatuh hati kepada Sisi. Akan tetapi, dia tak ingin egois. Ada Selena yang begitu mencintainya dan ada reinkarnasi Digo yang menagih janji-janji pemimpin serigala di masa lalu untuk disatukan dengan Sisi.

"Gue bawa lo ke sini cuma buat ngomongin sesuatu," Galang melanjutkan perkataannya dengan perasaan sangsi.

"Apa yang mau lo omongin?" Tanya Ali tampak tak sabar.

"Berkaca dari sikap lo di masa lalu, gue harap lo gak akan menyakiti Sisi dengan perlakuan ataupun perkataan lo. Cukup gue yang nyakitin dia. Gue gak mau lo juga nyakitin Sisi,"

Ali terkekeh mendengar permintaan Galang. "Gue itu beneran cinta sama Sisi, bukan pura-pura kayak lo cuma buat mendapatkan keturunan. Gue gak akan melukai perasaan Sisi kayak lo!"

Galang mengangguk pelan disertai ulasan senyum tipis di bibirnya. "Itu yang gue harapkan. Gue harap lo bisa melanjutkan perjuangan gue untuk membuat Sisi bahagia."

"Dari dulu udah gue lakuin,"

Galang tak membalas. Dia tahu jika terus menanggapi Ali, tidak akan ada penyelesaian dari obrolan ini.

"Satu hal lagi ... " ucap Galang teringat akan suatu hal.

"Apa lagi?"

"Gue butuh waktu buat benar-benar melepas semuanya. Kalau waktu itu tiba, baru gue akan menyerahkan Sisi dan tahta gue sebagai raja serigala ke elo."

BERSAMBUNG


Konflik Galang Sisi sudah mencapai penyelesaian. Agak berat sebenarnya bikin mereka pisah. Tapi, kalau ditimpa konflik lagi, takutnya nanti cerita ini part-nya makin panjang.

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें