CHAPTER 8

7.9K 207 8
                                    

Sejak malam kemarin tepatnya adegan memalukan dimana Ruby terpeleset di depan apartemennya. Seharusnya tidak terjadi! Sampai detik ini wajahnya terus memerah membayangkan hal yang memalukan.

Tidak ada adegan ciuman!

Tubuhnya langsung di lepaskan dan justru terjerembab jatuh di atas aspal. Victor sialan! Yang tak memiliki belas kasihan justru menertawakannya.
Seperti apa yang di janjikan, sepeda baru kembali datang pagi ini. Jauh lebih mahal dari harga sepeda impian Ruby yang hilang sebelumnya, bukan hilang tapi Victor meminta ia untuk melupakannya saja.

"Terima kasih atas sepedanya!" ucap Ruby saat menyentuh sepeda yang berada di depan apartemennya.

Ruby mencoba menaiki sepeda dan berjalan keluar, cuaca Boston hari ini bersahabat tidak panas dan juga tidak hujan. Mendung tetapi Ruby yakin tidak akan hujan seperti apa yang di katakan prediksi cuaca. Tidak di duga, sebuah sepeda mendekatinya mata Ruby membesar saat melihat pria yang ia kenali tersenyum kepadanya.

"Noah! Kapan kau kembali," ucap Ruby menghentikan sepedanya di pinggiran jalan.

"Selamat pagi Jane," balas Noah melepaskan senyum manisnya.

"Berhenti memanggilku Jane! Panggil aku Ruby." Ruby memutar matanya malas dengan seutas senyuman manis ke arah Noah.

"Ruby," panggil Noah meletakan tangannya di atas puncak kepala Ruby, dan mengusapnya dengan perlahan.

"Kapan kau kembali dari Swiss?" Ruby turun dari sepedanya dan mendorongnya, begitu juga dengan Noah yang melakukan hal yang sama.

"September," balas Noah dengan singkat. Ia terus memperhatikan wajah ruby, Ruby begitu cantik di mata Noah sama seperti lima tahun yang lalu.

"Benarkah! Ah aku tidak percaya kau kembali ke Boston, apa ada suatu alasan yang membuatmu kembali ke sini?" Ruby masih terus memperhatikan Noah sekilas, ia terlalu gugup menatap Noah. Apa lagi Noah telah menjadi pria yang terlihat sangat matang dan dewasa mereka terpaut satu tahun lebih tua, tetapi Noah sudah memperlihatkan aura pria dewasa yang matang di usianya.

"Untukmu," imbuh Noah dengan senyum tipisnya.

Wajah Ruby langsung memerah. Ucapan Noah begitu mencubit hatinya, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Sensasi mual tapi begitu bahagia, Ruby berusaha tak terlihat salah tingkah. Tetapi kakinya tersandung dan justru menunjukan semua kekacauan.

"Astaga, apa kau baik- baik saja?" Noah menahan tangan Ruby.

"Apa aku terlihat sangat tampan sehingga membuatmu gugup." Noah mengangkat alisnya dan tersenyum lebar lalu di susul dengan tertawa kecil.

"Ummh, sangat tampan," puji Ruby yang tak mengelak ketampanan Noah.

"Apa kau ada waktu?" tanya Noah menyugar rambutnya naik ke atas.

"Kapan?" celetuk Ruby

"Malam ini, ayo makan malam bersama," sambung Noah dengan satu alis yang terangkat, menatap lekat mata Ruby.

Disinilah harga diri Ruby di pertaruhkan. Ia tak ingin terlihat seperti wanita yang mudah di dapatkan, tapi hatinya mungilnya dirinya juga ingin sekali menerima ajakan Noah mantan kekasihnya. Mereka putus bukan karena orang ketiga, bukan juga karena sifat Noah. Noah sangat baik ia izin kepada Ruby bahwa dia akan pergi ke Swiss, mengikuti usaha orang tuanya yang juga nyaris bangkrut waktu itu.

"Ruby?"

Ruby kembali tersadar kembali memusatkan perhatiannya kepada Noah. "Aku tidak bisa berjanji padamu Noah," timpal Ruby yang mencoba untuk menarik ulur, tidak menolak dan tidak juga menerima. Begitulah yang terjadi plan plan Ruby sekarang.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Onde histórias criam vida. Descubra agora