CHAPTER 7

8.6K 215 3
                                    

YUK RAMAIKAN DENGAN KOMEN
SELAMAT MEMBACA

*********

"Menjauhlah Ruby," kata Victor mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Apa kau takut sekarang? Atau kau takut kepada kekasihmu yang berhati malaikat itu," jawab Ruby masih dengan posisinya yang dekat dengan wajah Victor.

"Telingamu memerah," sambung Ruby menyentuh daun telinga Victor, Victor menepis tangan Ruby dan mencengkeramnya.

"Jangan memancingku Ruby," tegur Victor yang tak suka Ruby menyentuhnya.

"Aku hanya mengatakan fakta. Kenapa kau begitu marah, padahal ucapanku tak separah dengan mulut kotormu," tutur Ruby menjauhkan tubuhnya menyugar naik rambutnya dan mengikatnya.

"Bagaimana jika ibu dan ayah masih hidup mengetahui hal ini? Kupikir mereka akan menikahkan aku secara paksa denganmu," celetuk Ruby menatap ke arah luar jendela, tiba- tiba saja gerimis. Hujan akan sering terjadi karena telah memasuki pertengahan bulan Oktober.

"Daddy dan Mommy, tidak akan mungkin menikahkan aku dengan wanita sepertimu," timpal Victor kembali menghidupkan mesin mobilnya dan memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi, menembus hujan yang semakin lebat.

"Karena aku bodoh, lahir dari latar keluarga yang tak jelas, tidak berpendidikan tinggi." Ruby tertawa ia seperti mempromosikan dirinya.

"Itu salahmu sendiri yang kabur dari mansion," sambung Victor yang menyimak setiap ucapan yang di katakan Ruby.

"Aku tidak menyesal meninggalkan keluarga Antony. Akan jauh lebih penyesalan untukku, jika aku tetap memilih bertahan di sana."

"Lalu apa yang terjadi sekarang? Kau juga kembali bukan," balas Victor dengan seringai lalu di sambung dengan gelak tawanya.

"Kembali? Apa kau tidak salah dengan ucapanmu Tuan Victor Antony? Kau justru memaksaku, aku tidak kembali dengan sendirinya tapi aku di paksa kembali. Apa kau tidak bisa membedakan dua kalimat yang sudah menjelaskan perbedaan secara signifikan," jelas Ruby dengan tersenyum.

Victor hanya terdiam, buku jarinya mencekam erat stir. Ruby selalu berhasil membuat ia bungkam, Victor benci di bantah tetap setiap ucapan Ruby lontarkan selalu benar.

"Aku ingin kau pindah dari apartemen kumuh itu," kata Victor saat mobilnya berhenti di depan apartemen Ruby.

"Kau sudah membeli apartemen baru untukku?" tanya Ruby yang baru saja akan membuka pintu mobil.

"Yeah aku sudah menyiapkan apartemen baru untuk kau tinggali selama kehamilan," balas Victor menatap ke arah lain, ia tak ingin melakukan kontak mata bersama Ruby.

"Katakan saja kapan semuanya sudah siap. Aku akan pindah," balas Ruby yang turun dari mobil Victor.

Sedangkan Victor hanya memperhatikan Ruby sekilas ia dengan segera memacu mobilnya menuju ke mension miliknya. Sebenarnya ia memiliki pertemuan dengan salah satu investor, tetapi Victor rela mengorbankan waktunya hanya ingin melihat keadaan Ruby.

Hanya beberapa menit waktu yang di tempuh Victor. Ia kembali ke mansion, mension keluarga Antony yang telah menjadi kepemilikannya. Entah beberapa lama Victor jarang kembali ke mension orang tuanya, selain luas Victor juga merasakan kesepian.

"Tuan Victor." Pelayan menyapa Victor yang hanya berlalu, dengan membawa tas kantor di tangan kananya.

Victor menuju ke area lift kamarnya yang terletak di lantai tiga. Lift terbuka, Victor kembali melewati pelayan yang tampak terkejut dengan kembalinya dirinya secara tiba- tiba.
Kaki Victor yang awalnya hanya berjalan lurus berhenti seketika di depan sebuah pintu kamar yang sudah lama tak pernah terlihat terbuka, nyaris tak pernah tersentuh oleh Victor Antony. Pemilik kamar adalah orang yang paling tak ia sukai, yang selalu menjadi pusat perhatian kedua orang tuanya, siapa lagi kalau bukan Rubyjane.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Where stories live. Discover now