CHAPTER 3

13.9K 273 5
                                    

Satu jam, dua jam berlalu sampai jam 3 pagi. Ruby masih dengan posisinya yang duduk di sofa ruang tamu di dalam apartemen, beberapa kali ia terlihat tertawa lalu kembali termenung dengan pemikiran yang begitu kacau.

"Dia memilihku karena aku sehat. Tidak merokok, tidak meminum alkohol bahkan dia juga tau aku tidak pernah melakukan having sex dengan pria manapun," monolog Ruby dengan senyum mirisnya.

Ia mengambil satu kaleng bir dan meneguknya dengan cepat. Hanya dalam hitungan detik, semua air yang berada di dalam kaleng berpindah ke dalam perutnya. Ini bukan kaleng pertama tapi ini sudah kaleng ke empat, Ruby membuka satu bungkus rokok dan mulai menghidupkan pematik. Pertama kali dalam hidupnya ia merokok, bukan karena ia menginginkan tapi karena Ruby tak ingin berada dalam masalah yang rumit ini.

Tidak. Ia bukan seorang yang mahir, berkali- kali ruby gagal menghembuskan asap dan tersedak menerima rasa tembakau yang pertama kali menyentuh indra perasannya. Tetapi ia tetap menikmati rokok yang berada di sela- sela jemarinya hingga habis.

"Persetan dengan semua apa yang Victor katakan," ucap Ruby mematikan rokoknya dan berbaring dengan tenang di atas sofa tua.

Baru saja mata lentiknya ingin terpejam ucapan yang di katakan oleh Victor sebelum mereka berpisah kembali terngiang- ngiang.

"Besok aku akan menemuimu."

"Untuk apa?" tanya Ruby membelakangi Victor.

"Kita akan ke dokter kandungan," ucap Victor yang terakhir kali Ruby dengar.

***
Victor mendatangi sebuah mension yang berada di pusat kota Boston. Tepatnya rumah kekasihnya Charlotte Matthews, Victor memangilnya Carly.
Rasa rindunya telah memuncak kepada Carly karena kemarin hari ini ia disibukan dengan mengurus wanita yang akan menjadi peran penting dalam pernikahan Carly dan Victor. Sebelum menemui Ruby, Victor menemui kekasihnya terlebih dahulu.

Pagi yang indah di sambut dengan kedatangan billionaire yang membawa satu buket bunga mawar merah. Mata Victor menyorot ke arah jendela, dimana senyumnya langsung mengembang saat melihat wajah kekasihnya muncul dengan senyum yang manis.

Victor mengangkat jari telunjuknya menginstruksi kekasihnya agar tetap menunggunya di atas. Carly mengangguk kecil, dengan senyum manis yang tak pernah luntur dari wajahnya.

"Selamat pagi tuan Victor," ucap pelayan menyambut kedatangan Victor.

Victor hanya mengangguk dan segera berlari menaiki anak tangga dengan cepat. Terkadang ia menyesal kenapa, Carly harus memiliki kamar di lantai tiga. Menguras tenaganya, apa pun tetap akan Victor lakukan demi menemui pujaan hatinya. Menyebrangi lautan sekalipun, tetap akan ia lakukan.

Victor menarik napasnya merapikan setelan jasnya, sebelum memutar knop pintu kamar Carly. Carly langsung menyambut kedatangan Victor dengan pakaian yang telah berganti. Fuck! Bagaimana bisa wanitanya yang sebelumya terlihat dalam dalam piyama tidur bermotif bunga, berubah menjadi lingerie hitam yang begitu ketat nyaris menampakan seluruh kesempurnaan yang berada di tubuh indahnya.

"Ada apa dengan pagi ini?" ujar Victor dengan senyum smirk. Meletakan buket bunga di atas meja nakas, mendekati Carly yang duduk manis di atas ranjang.

"Tentu saja memberimu santapan pagi," balas Carly dengan kedua tangan yang sudah di buka lebar. Menerima kedatangan Victor yang masuk kedalam pelukannya. Wangi maskulin berkombinasi dengan parfum Jasmine menambah sensasi sensual antara keduanya.

"Apa kau yakin? Apa tidak ada pekerjaan hari ini," bisik Victor mendorong tubuh Carly berbaring di ranjang.

"Free," balas Carly menekan kepala Victor yang menghisap kecil celuk lehernya.

𝐒𝐄𝐂𝐑𝐄𝐓 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐁𝐎𝐘𝐒 𝐌𝐑. 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄Where stories live. Discover now