bagian 17

40 4 0
                                    

Menggigit satu sisi ujung sumpit, Mina memperhatikan gerak gerik Daesung. Pria yang jarang bicara itu belakangan ini terlihat lebih hidup dan berseri.

"Apa akhir-akhir ini ada sesuatu yang membuatmu bahagia, adik laki-laki ku?"

Sang ayah yang seyogianya akan menyumpit ikan steam utuh, urung melakukan. Retinanya turut mengarah pada pria berpipi chubby yang tengah mengunyah daging tumis wijen hitam.

"Apa benar yang kakakmu katakan?"

Pria itu berhenti menyantap. Melirik pada kakak, lalu beralih ke sang ayah. "Tidak ada."

"Lalu kenapa kau sering kedapatan tersenyum?" Imbuh Mina.

"Ah, ayah baru ingat_ besok pagi kau tak perlu buru-buru ke perusahaan. Putri paman Jang akan kembali ke Korea. Kau bisa menjemputnya di bandara'kan?"

"Aku?" Pria itu memasang tampang kaget dengan telunjuk mengarah pada diri sendiri. "Tapi kenapa?"

"Putriku, tolong bantu ayah, jelaskan padanya."

"Hey, kenapa kau ini begitu lamban? Ayah ingin kau_"

Beranjak dari kursi, Daesung menyudahi kegiatan makan sebelum Mina menyelesaikan ucapan. Pria itu menunduk hormat pada sang ayah lalu meninggalkan meja makan.

"Sepertinya dia tidak lamban." Kekeh ayah.

Mina ikut terkekeh.
"Adikku sedang jatuh cinta. Aku penasaran, siapa gadis beruntung itu."

"Lupakan pikiran untuk mengusiknya. Dia cukup dewasa untuk menanggung segala konsekuensi." Ujar ayah. Pria itu mengambil saputangan, membersihkan pinggiran bibir, lalu meletaknya disamping mangkok makan.

..

Masuk ke kamar minimalis, Daesung bergerak kesana-kemari dan mengigit ujung telunjuk dan bergerak menyentuh pelipis. Haruskah dia segera membawa Jin-ah bertemu ayah dan kakaknya? Bagaimana kalau gadis itu tidak berkenan?

_

Akhir-akhir ini suasana di rumah keluarga Nam kian tenang. Tenang sampai membuat bulu kuduk bergidik. Tidak banyak pembicaraan yang terjadi baik saat kumpul bersama maupun ketika melakukan kegiatan lain.

Goong-min yang selalu menghabiskan waktu dengan pergi bekerja, kini lebih banyak meluangkan waktu di ruang buku yang berada disebelah kamar tidur.

"Ibu sungguh tak ingin diantar ayah atau mungkin aku?" Tawar Jae-min. Dia berjalan ke arah depan pintu_ mengikuti pergerakan kaki sang ibu.

Wanita berwajah manis itu sebelumnya mengabari kalau ia akan pergi bertemu kenalan.

"Tidak. Kau pasti sudah lelah bekerja seharian. Beristirahatlah putraku." Shin-young menggamit tangan Jae-min, menepuknya pelan.
Keduanya berpelukan singkat lalu Shin-young masuk ke kendaraan pribadi.

..

Setelah mobil yang dikendarai Shin-young menghilang diujung belokan taman, Jae-min berbalik arah dan menutup pintu. Wajah pemuda itu tampak lebih kusut dari hari biasa.

..

Ceklek..

Suara pintu dibuka menghentakkan lamunan Goongmin. Gerakan salah tingkahnya tak pelak membuat Jae-min kian bergerak ke dalam.

"Ayah sedang banyak pikiran, jika tak terlalu penting, kita bicarakan lain kali." Tangan Goongmin bergerak merapikan beberapa buku yang terdapat diatas meja besar kayu ukir.

"Seharusnya ku abaikan saja, tapi kurasa ini tak benar. Ayah, tolong jawab dengan jujur pertanyaan ku."

Pria yang enggan bertatap dengan retina putranya berakhir mencari tahu lewat pandang.
"Apa yang ingin kau ketahui?"

Imperfections (On Going)Where stories live. Discover now