bagian 10.

43 5 0
                                    

3 tahun kemudian.


Sosok gadis bertubuh semampai baru saja terlihat menapakkan kaki ke lantai semen. Ia melepas pengait dari tubuhnya setelah berhasil menyelesaikan misi memanjat tebing. Membuka ikatan pinggang, menuju tempat aman dan duduk bersila tanpa alas.

Gadis bermata bulat dengan rambut kuncir kuda itu membuka penutup air mineral dan meneguk isinya beberapa tegukan. Tersenyum puas, memandangi pemanjat lain yang masih bergelantungan ditempat nan amat tinggi lagi terjal itu.

Dengan pergelangan tangan terbalut sport wristband, ia menyeka dagu dan dahi yang sedikit basah. Dia yang kini bertransformasi jadi sangat cantik tanpa bekas luka itu adalah gadis yang kita kenal sebagai Big shot atau Jin-ah. Raut wajahnya amat berseri membuat siapapun yang melihatnya memandang kagum.

Sepasang tangan dari arah belakang mengurung leher, membuat si gadis menoleh.
"Kak, kapan tiba?" Senyum indahnya terpancar.

"Sesaat lalu." Tengok Shinhwa pada si gadis yang kian hari kian memancarkan pesona.
Cincin berbatu permata tersemat manis di jari masing-masing.

"Kita pergi?"

"Sebentar lagi, kak."

"Baik." Memisahkan diri, Shinhwa duduk disebelah Jin-ah dengan pandangan terus mengarah padanya.

"Aku sudah menyiapkan yang kau minta."

"Benarkah? Terimakasih, kak."

"Jin-ah_ya.."

"Em?"

"Tidak ada. Aku hanya senang memanggilmu." Tatapnya penuh kagum dan memuja.

Seandainya saja gadis disebelahnya menerima lamarannya, tentu Shinhwa akan sangat-sangat bahagia. Sayangnya 6 kali melamar, sebanyak itu pula ia gagal. Jin-ah beralasan akan menikah bila sudah melihat Ji-hyun melangkah ke pelaminan. Dan harapan ini takkan mudah.

Setelah kedatangan Dali_ gadis pengganti, hubungan Ji-hyun dan Jaemin meregang. Lebih tepatnya dua tahun lalu Ji-hyun sudah bergerak menjauh dan Dali kian melekat pada Jaemin. Jadi, menginginkan Jaemin bersatu dengan Ji-hyun takkan mudah. Meski demikian, seorang Shinhwa tetap berusaha. Sudah menanti tiga tahun, tak salah kalau menunggu sebentar lagi.

_

Central mall, Seoul.

Sudah beberapa kantung belanjaan tergantung di pergelangan tangan Ji-hyun, dan kakinya pun nampak lelah melangkah. Namun, gadis yang hari ini genap berusia dua puluh delapan tahun ini masih saja menggerakkan tungkai.

Santai ia memasuki toko sepatu. Menoleh ke sekeliling, Ji-hyun menempatkan barang belanjaannya di atas kursi kayu panjang. Setelahnya turut duduk. Sedikit membungkuk, tangannya menyentuh tumit kaki dan mengurut pelan. Meringis sakit.

"Nona, rupanya." Pegawai toko menyapa ramah.



_




Na Foody corp.

"Kapan kau selesai?" Gadis berambut pendek sedikit ikal terlihat bosan menunggu Jaemin yang masih berkutat dengan layar menyala.

"Masih lama. Pergilah! Tak perlu menungguku."

"Na Jaemin!"

"Apa?"

"Kau punya masalah denganku?"

"Tidak ada. Keluar sana."

"Karena Ji-hyun kau bersikap dingin padaku?"

"Choi Dali!" Kedua tangan Jaemin mengepak, menggebrak meja. Ia bangkit dari kursi kebesaran dengan mata membulat.

Imperfections (On Going)On viuen les histories. Descobreix ara