bagian 4.

70 9 3
                                    

Sedari kemarin malam hingga pagi ini, Ki-yong menanti Big-shot mengatakan sesuatu padanya. Sayang, hingga gadis berambut bob itu meninggalkan rumah_pun ia tak berbicara sepatah kata pada Ki-yong. Ini sangat mengesalkan.

Sebenarnya bukan hanya lagak cuek Big-shot yang membuat Ki-yong terbawa emosi. Pangkal masalah adalah ancaman yang dilakukan oleh pria yang ia kira bisa dijadikan sapi perah, rupanya gagal.

"Membuatku kesal saja. Ahhhh~ aku bisa meledak. Orang Seoul kenapa begitu menyebalkan. Mereka kira mereka hebat, apa? Huh."

"Bagaimanapun caranya, aku ingin dia keluar dari sini. Manusia buangan masih saja berlagak. Dia bahkan tak pantas sujud di kakiku."

Dalam keadaan marah dan tengah berdumel itu, pundak Ki-yong ditepuk kuat dari belakang."Yak.. kau kenapa? Sampai kapan akan seperti ini. Cepat pindahkan mawar-mawar disana ke truk."

"Bibi, Tidak bisakah bibi berpihak padaku sekali saja? Kemarin juga bibi membela pria pembohong itu."

"Pembohong katamu? Masih berani bicara? Ya ampun_ kenapa kau begitu dungu. Sebenarnya apa yang ada diisi kepalamu. Kalau bukan karena aku terus meminta ampun, mungkin sekarang kau sudah ditahan. Kau mau?"

"Anak bodoh. Kau bahkan tidak bisa membedakan polisi palsu dengan asli. Aigoo.. benar-benar." Kain motif bunga yang tadinya jadi penutup kepala Rose kibaskan pada lengan pria berbadan besar itu.

"Jangan hanya menambah berat ototmu. Tambah juga isi akalmu. Payah."

"Aisshh.. benar-benar." Menatap tak puas, Ki-yong menendang tong kosong yang berisi pupuk. Pria itu membuat sebagian isi pupuk keluar beserta bungkusan kecil yang berisikan bubuk putih.

"Apa ini? Bibi_"

"Bukan apa-apa. Pergilah! Bawa semua mawar di belakang kebun dan pindahkan ke dalam truk. Ini, biar aku bersihkan."

Meski menggerutu dalam hati, Ki-yong tetap menjalankan perintah yang diberikan. Bertelanjang dada ia menuju belakang dan keluar bersama kotak besar berisi mawar yang dominan berwarna merah.

_

"Ku pikir kita tak perlu berbasa-basi. Dia akan menggantikan Jason." Pria pemilik tempat dengan penjagaan ketat, menginterupsi.

"Dia? Bagaimana bisa." Pria berseragam pekerja menatap remeh. Tidak yakin Pria kecil(Big-shot) mampu bertahan ditempat keras seperti ini.

"Kau, belajarlah dari mereka. Tanyakan saja, apa-apa yang tidak kau mengerti." Lanjutnya pada Big-shot.

"Baik. Asal kau patuh, aku akan mengajarimu." Pria yang tadinya meremehkan, menepuk pundak Big-shot. Sebagai ganti gadis itu memberi senyum.

Pria lain yang turut dalam barisan adalah pria brewokan yang pernah kehilangan dompet. Untuk saat ini dia hanya terdiam dan mendengarkan.

*
*

"Paman__" pria yang dimaksud berhenti bergerak. Menunjuk diri sendiri.

"Ini ku kembalikan. Paman bisa memeriksanya lagi."

Beberapa hari yang lalu, saat keduanya bersama mencari di hamparan lereng ilalang terjal, mereka tak berhasil menemukan dompet pria ini. Setelah pria brewokan pergi, Big-shot kembali melanjutkan pencarian dan berhasil. Hari ini dia membawanya untuk dikembalikan.

Meski sudah mendapat apa yang dia cari, pria itu tak mengucapkan terimakasih. Dia hanya sedikit mengangguk dan pergi tanpa memeriksa isi dompet.

Tiga jam setelah bekerja, Big-shot kedatangan tamu tak diundang. Dia Ki-yong, yang mendatanginya hanya untuk meluapkan amarah. Ki-yong melontarkan banyak kata hinaan pada Big-shot.

Imperfections (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang