25. 🕵‍♂️

533 47 0
                                    

Pihak rumah sakit sudah sampai bersama keluarga korban, terdengar tangisan pilu dari kedua orang tua meratapi anak mereka, pria paruh baya itu berdiri menarik kerah baju Samudra memberi pukulan, "dasar pembunuh", amuk pria itu, Dirga emosi mendeka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pihak rumah sakit sudah sampai bersama keluarga korban, terdengar tangisan pilu dari kedua orang tua meratapi anak mereka, pria paruh baya itu berdiri menarik kerah baju Samudra memberi pukulan, "dasar pembunuh", amuk pria itu, Dirga emosi mendekat merekam apa yang terjadi, "pak berhenti atau saya tidak segan melaporkan tindak kekerasan yang anda lakukan, saya sudah memiliki bukti anda tiba-tiba menyerang Samudra yang tidak berbuat apa-apa", ujar Dirga begitu tegas mencoba menguasai amarah.

Pria itu merhenti menatap sinis mengikuti pihak rumah sakit, Samudra meringis duduk menatap kedepan dengan pandangan kosong, sudah dua kali cowok itu menerima pukulan dari orang yang berbeda, cowok itu terlihat lelah, ingin istirahat atas semua masalah yang terjadi.

"Sam, kita ke rumah sakit obati luka lo dulu nanti infeksi, biar pak Dirga mengurus yang lainnya", ajak Dimas meringis, ikut merasakan sakit, Samudra menganggukan kepala berdiri lemas, semua tubuh terasa sakit, apa lagi hatinya.

Dirga mengepalkan tangan menatap punggung kedua cowok itu mengingat percakapan dengan pak Arhan semalam.


"Cukup Dirga berhenti melindungi Samudra, saya tidak mau membuat karir kamu hancur hanya karena satu kasus, prestasi kamu begitu gemilang saat ini", ucap pak Arhan.

Dirga terkekeh sinis, "jika hanya jabatan yang di pikirkan para polisi di dunia ini, kapan keadilan itu terwujud, belum puas melihat di masyarakat yang selalu tertindas adalah orang yang tidak punya kekuasaan, seorang nenek di tuntut 5 tahun penjara hanya karena buah kelapa, di mana keadilan itu pak Arhan, saya tanya di mana keadilan itu, kemana janji para polisi setelah resmi menjadi anggota", teriak pria itu benar murka.

"Dengar pak Arhan saya tidak akan berhenti membela kebenaran, menegakan keadilan walaupun saya harus melepaskan seragam, paham!!!", lanjut Dirga tegas menjauh.


Dirga menghembuskan nafas menggelengkan kepala mencoba mengusir pikiran pria itu, ikut bersama para anggota menyelidiki kasus.

Biru meringis melihat wajah Samudra, dadanya sesak, cowok itu harus menanggung akibat dari perbuatan orang lain, "Sam bersihkan luka lo dulu,  dokter Tarra sebentar lagi datang ke sini, gue keluar dulu beli makanan", ucap Dimas di jawab anggukan dari Samudra.

"Kenapa lo natap gue seperti itu ?", tanya Samudra mengagetkan Biru.

Cowok itu mendengus kesal, "lo baik-baik saja ?", tanya Biru lirih.

Samudra tersenyum tipis menganggukan kepala, "gue selalu baik asalkan lo sembuh dari sakit lo", ujar cowok itu bertepatan saat Tarra datang meringis menatap wajah Samudra.

Tarra menyuntik selang infus Biru terlebih dahulu setelah selesai pria itu mendekati Samudra, "biar saya obati luka kamu, Sam, tetap kuat, semuanya akan berakhir", ucap dokter itu mengobati memar di wajah Samudra.

Cowok itu meringis menganggukan kepala memaksa untuk tersenyum.

Dirga masuk kantor menatap lembaran hasil penyelidikan tentang kematian Sinar, pak Haikal sudah menunggu di depan ruangan menatap sinis ke arahnya, "sampai kapan kamu tetap keras kepala Dirga, jebloskan Samudra kedalam penjara semuanya akan selesai, bukannya pak Arhan sudah memberi perintah untuk menangkap Samudra", ujarnya.

Dirga menoleh dengan tatapan datar, "berhenti meminta dan menghalangi langkah saya pak Haikal, karena sampai kapan pun saya akan tetap teguh dengan pendirian saya walaupun harus di pecat", ucapnya menjauh, pak Haikal menghembuskan nafas tidak sengaja bersitatap dengan pak Arhan tersenyum tipis sebelum masuk kedalam ruangan.

Naomi keluar dari rumah dengan pakaian serba hitam, wajah gadis itu terlihat sembab melangkah menuju jalan raya hendak berkunjung ke rumah Sinar untuk melayat, setelah menemukan angkutan umum gadis itu masuk kedalam duduk di kursi menatap kedepan dengan pandangan kosong, sampai di depan perumahan Sinar gadis itu berjalan beberapa menit akhirnya sampai di rumah Sinar yang sudah di penuhi banyak orang datang melayat.

Gadis itu mendekat, "Na hiks", tangis Nabila pecah memeluk Naomi walau bagaimana pun mereka pernah dekat dulu, sebelum negara api menyerang, Naomi ikut terisak membalas pelukan Nabila, Naomi mengedarkan pandangan tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Guntur maupun Fajar, sama seperti sebelumnya saat Vania yang pergi hanya dia dan Nabila datang melayat.

"Selamat jalan Sinar, tenang di alam sana, semoga pelaku bisa membayar setimpal apa yang dia lakukan pada lo, sampai kapan pun gue tetap menganggap lo sebagai teman", gumam Naomi ikut mengantar ketempat peristirahatan Sinar yang terakhir.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang