8. 🕵‍♂️

669 61 1
                                    

Dirga mengusap wajah kasar benar-benar lelah menyusun laporan yang akan di kumpulkan, "pak Dirga lapor, di depan ada orang tua murid SMA Wisteria yang melaporkan tentang anaknya yang belum pulang sampai sekarang", ujar seorang polisi membuat Dirga...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dirga mengusap wajah kasar benar-benar lelah menyusun laporan yang akan di kumpulkan, "pak Dirga lapor, di depan ada orang tua murid SMA Wisteria yang melaporkan tentang anaknya yang belum pulang sampai sekarang", ujar seorang polisi membuat Dirga langsung berdiri berlari keluar menemui kedua orang tua murid.

"Pak tolong anak saya belum pulang kerumah, saya sudah menghubungi teman-temannya namun mereka tidak tahu keberadaan anak saya", jerit wanita patuh baya yang langsung bersimpuh melihat kedatangan Dirga.

"Sekarang kalian langsung menuju SMA Wisteria, tidak perlu mendapat izin dari pak Haikal, beliau sudah ada di rumah, saya akan menyusul, untuk kalian kembali ke rumah menunggu informasi dari kami", ujar Dirga memerintah keluar dari kantor menuju mobil miliknya memacu dengan kecepatan di atas rata-rata, melirik jam tangan sejenak sudah menunjukan pukul 09.25.

Dirga tidak langsung ke sekolah, pria itu membelokan mobil menuju rumah Samudra meminta cowok itu ikut ke sekolah.

Tok

Tok

Tok


Samudra dan Biru yang tengah menonton TV terlonjak saling pandang, Samudra berdiri membuka pintu membelalak kaget melihat Dirga ada di depan,"tidak ada waktu untuk menjelaskan, Sam ikut saya ke sekolah sekarang juga, Biru kunci pintu dari dalam, jangan membuka sampai kami kembali", pinta Dirga.

Sebenarnya kedua cowok itu bingung namun tetap mengikuti arahan dari Dirga, mobil kembali melaju setelah Dirga dan Samudra sudah duduk di dalam, "apa yang terjadi ?", tanya Samudra akhirnya, Dirga melirik sejenak kembali fokus menyetir.

"Saya rasa ada korban lagi", ujar Dirga.

Samudra mengatupkan bibir tidak menjawab sampai di sekolah salah satu anggota kepolisian mendekat, "lapor pak Dirga di dalam ada mayat, saat di konfirmasi mayat itu adalah anak dari orang tua yang melapor di kantor polisi".

"Lanjutkan", perintah Dirga ikut masuk dengan Samudra, sampai di depan mayat keduanya membelalak menatap ngeri, "izin pak Dirga, apa boleh saya menyentuh mayat ?", tanya Samudra tidak mengalihkan pandangan dari tubuh korban, tatapan cowok itu menajam, tekad semakin menggebu di dalam hati menangkap pelaku agar mendapatkan hukuman setimpal.

"Boleh, tapi pakai sarung tangan ini", perintah Dirga menyodorkan sarung tangan lateks, Samudra mengangguk memakai melangkah mendekat memegang tubuh korban tepat di leher, cowok itu tersentak seperti tersengat listrik, mata Samudra tertutup memperjelas, perlahan kejadian nampak begitu jelas.

Setelah beberapa menit Samudra membuka mata terduduk lemas menatap nanar mayat gadis di sana, "korban di bunuh oleh pelaku yang sama dengan korban sebelumnya pak Dirga", ujar Samudra membuat Dirga mengepalkan tangan menahan amarah.

"Pak Dirga lapor, seperti korban sebelumnya tidak ada sidik jari yang di temukan pada tubuh korban", lapor anggota yang lain, Dirga menganggukan kepala.

"Hubungi pihak rumah sakit, minta mereka otopsi mayat sebelum di makamkan cari petunjuk atau pun bukti sekecil apapun", perintah Dirga tegas di jawab anggukan oleh para anggota kepolisian.

Drettt

Ponsel di dalam saku jaket Dirga bergetar, pria itu merogoh menautkan alis bingung menatap nama pak Haikal ada di sana, pria itu mengangkat tidak lupa menekan tombol louspeaker membantu anggota mencari perunjuk.

"DIRGA, SIAPA YANG MEMINTA KAMU MENGAMBIL KEPUTUSAN TANPA MEMBERI TAHU SAYA TERLEBIH DAHULU, HAH", omel pak Haikal terdengar, para anggota kompak menoleh.

Dirga memutar bola mata malas, "bukannya saya sudah mengirim pesan pada bapak memberi tahu soal kasus di SMA Wisteria, maaf pak Haikal jika ingin mengomel lanjut besok saja, saya sedang sibuk sekarang", ujarnya mematikan sepihak panggilan.

Para anggota terkekeh, dari awal memang kurang suka dengan sifat pak Haikal yang meminta di hargai layaknya raja, setelah pihak rumah sakit datang pak Dirga mengantar Samudra terlebih dahulu, di dalam mobil keduanya terdiam, "Pak Dirga, saya mau bertanya soal mendiang kakek pak Dirga, apa boleh ?", izin Samudra sopan setelah beberapa menit terdiam.

Dirga terkekeh menganggukan kepala, "apa mendiang kakek pak Dirga pernah bertemu dengan orang yang tidak bisa dia lihat kematiannya ?", tanyanya penasaran soal Naomi yang tidak bisa dia lihat kematiannya.


Cciiittt

Ssrreekk

Duughhh


Dirga menghentikan mobil tiba-tiba di pinggir jalan, untung jalan raya sedang sepi sekarang, "siapa yang tidak bisa kamu lihat kematiannya Samudra ?", tanyanya. Samudra menautkan alis bingung dengan ekspresi pria itu, "teman kelas saya", jawabnya.

Dirga menghembuskan nafas, "orang yang tidak bisa kamu lihat kematiannya akan meninggal karena kamu, namun saya harap itu tidak terjadi pada kamu, Samudra, cukup mendiang kakek yang merasakan, beliau jatuh cinta pada perempuan yang tidak bisa dia lihat kematinnya, beliau merasa menjadi manusia normal bersama perempuan itu, tapi dua hari sebelum menikah gadis itu meninggal karena menolong kakek saat kecelakaan beruntutat".

Deg.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Where stories live. Discover now