28. 🕵‍♂️

552 42 1
                                    

Samudra masuk ke dalam ruangan rawat, Biru yang sudah sadar meringis merasa bersalah menatap wajah sembab cowok itu, Dimas sudah kembali ke rumah setelah mendapat kabar dari orang tuanya jika mereka baru saja sampai di tanah air, "maaf", lirih Bir...

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Samudra masuk ke dalam ruangan rawat, Biru yang sudah sadar meringis merasa bersalah menatap wajah sembab cowok itu, Dimas sudah kembali ke rumah setelah mendapat kabar dari orang tuanya jika mereka baru saja sampai di tanah air, "maaf", lirih Biru dengan suara bebegitu lemas.

Samudra mengigit bibir bawah duduk di kursi menatap lekat wajah Biru yang sudah seputih kertas, "berhenti meminta maaf, Biru, ada yang ingin gue sampaikan pada lo, gue minta lo tetap bertahan apapun yang terjadi, lo harus sembuh demi gue yang sudah menganggap lo sebagai saudara sendiri", mohonya.

Biru meringis dada cowok itu terasa di remas, perlahan menganggukan kepala tersenyum tipis, "hm gue akan bertahan tapi lo harus janji tidak menyerah", balas cowok itu.

Samudra mengatupkan bibir beberapa saat setelah itu dia menganggukan kepala sebagai jawaban, "lo istirahat, besok tidak perlu ikut mata pelajaran, biar gue yang meminta izin pada wali kelas lo", peringatnya

Biru terkekeh pelan, "tidak perlu meminta izin, gue setiap hari komunikasi dengan wali kelas gue", ujarnya bangga membuat Samudra mencibir pelan memperbaiki selimut cowok itu.

Pagi harinya Samudra sengaja datang lebih awal ke sekolah untuk menghindari sesuatu yang tidak di inginkan semuanya berjalan lancar sampai tiba waktu pulang sekolah, Naomi yang harus kebagian piket terpaksa pulang lebih lambat, gadis itu sama sekali tidak menyadari bahaya tengah mengintai.

"Ahh tidak terasa sudah jam 05.14 saja, akhirnya selesai juga, tinggal buang sampah saja", gumam gadis itu mengambil sampah membawa keluar menuju belakang sekolah yang berada tepat di samping gudang penyimpanan barang yang sudah tidak terpakai.

Baru saja hendak kembali ke kelas mengambil tas orang berjubah keluar dari gudang mengendap - endap dengan balok kecil di tangannya.

Bughh.

"Sshtt auh".

Bughhh

Naomi jatuh pingsan setelah dua kali mendapatkan pukulan keras tepat di tengkuk gadis itu, orang berjubah menarik tubuh gadis itu masuk kedalam gudang tidak lupa mengikat tangan kebelakang juga pergelangan kaki dengan ikatan kuat, setelah selesai orang berjubah menyeringai puas.

Biru yang tengah istirahat baru saja selesai di suntik terlonjak kaget mendengar ponsel di nakas bergetar, di dalam ruangan hanya cowok itu saja, Samudra baru saja keluar hendak membeli makan malam nanti, cowok itu meraih mendengus malas mengira grup kelas yang sedang aktif.

Alis cowok itu terangkat naik menatap pesan dari nomor yang tidak di kenal membuka pesan membelalak, jantung cowok itu terasa berhenti begitu cemas.


0852xxxxxxxx : datang ke sekolah sendirian, kalau tidak Samudra akan mati.

Cowok itu mencoba menghubungi Samudra namun sama sekali tidak di angkat, Biru meletakan ponsel melepas selang infus di tangannya meringis merasakan sakit di area tangan, keluar tanpa menutup ruangan, penjaga yang biasanya tetap di luar sudah tidak ada, pak Arhan menarik penjagaan karena merasa keadaan di rumah sakit sudah aman.

Cowok itu menghentikan taxi meminta mengantar ke sekolah, masih menggunakan seragam pasien rumah sakit, mencoba menahan rasa sakit di area perut, begitu cemas dengan keadaan Samudra.

Samudra yang baru saja menghentikan motor di depan warung menggerutu akibat macet yang berkepanjangan, cowok itu merogoh kantong jaket hendak memghubungi Biru menanyakan makanan yang mau dia makan, alis Samudra terangkat tinggi melihat 5 panggilan tak terjawab dari Biru, cowok itu mengurungkan niat menghubungi kembali membuka pesan dari nomor asing yang baru saja masuk.

Mata Samudra membelalak, tubuh bergetar, melihat foto yang di kirim nomor asing itu, di sana ada Naomi dan Biru yang terikat.

0852xxxxxxxx : datang ke sekolah sendirian, jangan panggil polisi, kalau tidak keduanya akan bernasib sama dengan Sinar.

Samudra meremas ponsel kuat naik kembali ke motor menahan emosi melihat macet yang masih begitu panjang mencoba mencari jalan pintas menuju sekolah.

Naomi meringis perlahan membuka mata menyeritkan dahi melihat ruangan yang dia tempati sekarang, setelah memastikan gadis itu kini paham berada di gudang belakang sekolah, mata Naomi membelalak melihat Biru di sana masih hilang kesadaran.

"Sudah bangun Naomi ?", suara robot terdengar membuat gadis itu memicingkan mata perlahan orang berjubah hitam menampakan diri.

"Lo siapa ?", tanya Naomi mencoba memberontak.

Orang itu terkekeh sinis berjongkok menarik dagu Naomi kasar, "lo tidak perlu tahu Naomi, sebenarnya lo bukan target gue hanya saja gue tahu kelemahan Samudra salah satunya adalah lo, gue hanya ingin Samudra menerima akibat karena mengganggu kesenangan gue", ujarnya.

Naomi menggelengkan kepala, "gila lo", bentak gadis itu.

PLAAKKK

"Jangan pernah membentak gue, Naomi", marah orang berjubah itu menatap tajam ke arah Naomi

"Lepasin gue", teriak Naomi kembali memberontak tidak menyerah.

"Diam anjing", umpat orang itu marah.

PLAKK

PLAKK

PLAKK

PLAKK

Bughh

Bughh

Naomi meringis merasakan perih di area bibir juga bagian perut terkena tendangan keras dari pelaku, darah segar keluar sedikit di ujung bibir gadis itu, "Biru bangun, lo target gue dari awal setelah tahu penyakit yang lo derita, gue akan menghentikan rasa sakit yang lo rasakan untuk selamanya", gumam orang itu menatap sinis ke arah cowok itu menendang pinggang Biru keras.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Onde as histórias ganham vida. Descobre agora