46

837 76 4
                                    

Setelah sekian purnama, akhirnya aku bisa melanjutkan cerita ini. Gak usah tanya kenapa, intinya mood sama otak gak singkron.

and further...akhirnya malam ini up. Happy reading and I hope you like the story in this final part.

.
.
..

Keadaan Se Chan tidak bisa dikatakan baik semenjak kejadian malam dimana ia bermimpi waktu itu. Ia selalu diikuti dengan perasaan takut kehilangan dan penyesalan yang langsung berdampak pada kesehatannya.

Ia dan istri sudah berusaha untuk menemui Jungkook, berkali-kali pula mereka mendatangi mension Kim namun tetap saja mereka tidak bertemu Jungkook.

Se Chan menatap nanar undangan ditangannya. Pagi ini ada kurir yang datang mengantarkan undangan padanya. Hatinya terasa pilu saat mengingat hubungannya dengan Jungkook renggang sampai sejauh ini sekarang.

Harusnya ini menjadi kabar bahagia, harusnya ini menjadi moment dimana ia dengan berat hati mengantarkan Jungkook diatas altar, harusnya ini menjadi moment bagi ayah dan anak sebelum perpisahan. Harusnya. Namun sayangnya itu semua hanya tinggal harusnya.

Se Chan menatap istrinya. Betapa sabar dan setianya sang istri terhadapnya. Disaat ia selalu melakukan sesuka hati, melukai perasaan istri, membentaknya bahkan tak sekali mengecamnya.

So Min masih berdiri tegak disampingnya, menemaninya, mengurusnya. Bahkan sekarang ia ikut  bersusah payah menemaninya untuk menemui Jungkook.

Se Chan masih ingat betul dengan ucapan sang istri beberapa hari yang lalu.

"Kesalahan itu kita yang buat, walaupun disini aku sudah berjuang dari awal, aku tak masalah jika mengulangnya dari awal lagi bersamamu. Kita sama-sama untuk medapatkan pengampunan Jungkook. Kita berjuang sama-sama untuk mendapatkan maaf dari Jungkook.

_aku yakin, suatu saat Jungkook akan memaafkan kita. Jungkook anak yang baik, dia tidak sejahat itu apalagi pada papanya sendiri. Hanya saja kita harus sedikit lebih berjuang untuk mendapatkan itu."

BRAAK

Suara pintu dibuka keras mengejutkan dua manusia paruh baya yang berada didalamnya.

Jihoon masuk ke kamar orang tuanya dengan nafas naik turun karna marah.

"Dimana letak sopan santunmu, Jihoon." Tegur So Min dengan suara tegas.

"Kenapa papa menyuruh orang ke apartement dan membereskan barang-barangku?" Ucap Jihoon pada Se Chan tanpa memperdulikan teguran So Min.

Jihoon tadi sedang bersandai bersama temannya, tiba-tiba saja pintu apartementnya dibuka dan dua namja berumur orang suruhan Se Chan menghampirinya lalu menyampaikan niat mereka atas suruhan Se Chan.

Jihoon yang tidak terima pun menolak dengan keras namun sialnya semakin Jihoon menolak, dua orang suruhan Se Chan itu semakin berani. Alhasil, teman-teman Jihoon pun memilih pergi sebelum mereka terkena dampaknya. Melihat itu, Jihoon tentu saja Jihoon tidak terima. Ia merasa malu karna diperlakukan seperti itu didepan teman-temannya.

"Bukankah mereka memintamu dengan baik-baik? Kamu saja yang menolaknya." Se Chan dengan suara serak.

"Tapi maksud papa apa mengusirku dari apartementku sendiri? Aku malu pa, disana tadi ada teman-temanku tadi." Keluh Jihoon.

"Itu bukan apartementmu, Jihoon. Itu apartement Jungkook. Dan akan papa kembalikan padanya." Se Chan.

"Gak! Sejak papa menyuruhku tinggal disana sejak saat itu juga apartement itu milikku." Tegas Jihoon.

unfinished past Where stories live. Discover now