05

1.1K 91 6
                                    

.
.
..

Jungkook mengemasi baju yang akan ia bawa ke Busan besok. Ia berubah pikiran mengenai waktu kepulangannya. Tadi sebelum pulang, Jungkook lebih dulu menemui Dekan mengenai rencananya.

Ia menyerahkan tugas dan hukuman dari Ms. Nia pada kedua temannya. Untung saja mereka mau, kalau tidak Jungkook mungkin akan mendapat nilai F nantinya.

Setelah selesai berkemas, Jungkook mengambil ponselnya untuk menghubungi sepupunya.

Bibi hyung

"Wae, ada apa Kook?"

"Aku besok pulang ke Busan."

"Hah? Serius lu?"

"Emm...Papa tadi telepon dan memintaku buat pulang."

"..."

"Bibi hyung gak perlu khawatir, aku bisa jaga diri baik-baik disana."

"Tapi tetep aja, hyung khawatir Kook. Mana besok hyung ada kuis lagi jadi gak bisa nemenin kamu pulang."

"Aiis...hyung. aku sudah sebesar ini masih aja dikhawatirin. Gak akan terjadi apa-apa, percaya deh."

"Lu tuh selalu menyepelekan sesuatu."

"Tapi kali ini aku serius hyung."

"Oke, tapi kamu harus selalu kasih kabar ke hyung. Atau kamu bisa hubungi Mimi hyung kalau seumpama butuh bantuan."

"Emm...aku tahu."

"Berangkat jam berapa?"

"Jam 7 pagi, aku pulang pakai jalur penerbangan."

"Oke."

Tut

Sambungan telepon terputus. Jungkook menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah siap dengan apapun yang terjadi nanti.

Jungkook tersenyum pedih. Andai saja mamanya masih hidup, mungkin jalan ceritanya akan berbeda dari sekarang.

"Gak boleh sedih Jungkook, mama mau kamu jadi anak yang kuat. Gak boleh cenggeng, gak boleh lemah."  Jungkook dengan kasar mengusap air mata dipipinya.

°•°

Keesokan harinya, Jungkook sudah selesai bersiap. Ia berjongkok untuk memperbaiki tali sepatunya.

Tok

Tok

Tok

Jungkook mendonggak dengan mengerutkan kening lalu melihat jam yang melingkar ditangannya.

Waktu menunjukkan pukul 05:40. Siapa yang bertamu dipagi buta begini, pikir Jungkook. Ia beranjak menuju pintu.

Ceklek.

"Bibi hyung." Kedua alis Jungkook saling bertautan menatap tamunya.

unfinished past Where stories live. Discover now