12

1.2K 90 2
                                    

.
.
..

Busan

So Min duduk bersantai dengan majalah ditangannya. Hari ini butik tidak terlalu ramai jadi ia bisa pulang lebih awal.

Jihoon yang baru saja turun dari lantai dua tersenyum senang saat melihat keberadaan sang ibu. Ia dengan cepat menghampiri sang ibu.

"Mama." Seru Jihoon dengan memeluk So Min dari belakang.

Tidak ada reaksi apa-apa dari So Min. Ia tetap fokus pada majalah ditangannya.

"Mama tumben jam segini udah dirumah?"

"..."

"Aaa....aku tahu, pasti mama pulang cepet karna mau mainkan sama aku, iyakan ma?"

"..."

Jihoon melepas pelukkannya, beralih duduk disamping So Min lalu ia lilitkan tangannya dilengan sang ibu.

"Mama mau main apa?" Jihoon menatap So Min dari samping.

So Min menutup majalahnya dengan sedikit kasar lalu menatap Jihoon datar.

"Dua hari lagikan aku pergi ke Seoul mah, aku bakal lama disana. Kita bakal gak ketemu untuk sementara. Kalau aku kangen sama mama gimana?

_mangkanya ayo kita main terus foto yang banyak biar pass aku kangen nanti bisa lihat foto kita. Jadi bisa sedikit berkurang kangennya. Mama maukan?" Jihoon menatap harap ke arah So Min.

"Apa kamu sebahagia ini mendapat kesempatan itu?" So Min menatap Jihoon.

"Tentu saja, akhirnya aku bisa buat mama bangga. Iyakan?" Jawab Jihoon dengan senang.

So Min tersenyum getir mendengar ucapan putranya, Jihoon.

"Bangga kamu bilang? Apa yang harus dibanggain? Di umur segini kamu baru mendapatkan kesempatan pertukaran jejang SMA, Jihoon.

_Sedangkan anak-anak lain yang seumuran dengan kamu, mereka sudah pada kuliah bahkan ada yang hampir wisuda. Jadi bagian mana yang menurut kamu yang bisa dibanggain? Bagian mana?"

Jihoon terdiam mendengar ucapan So Min. Ada perasaan kecewa campur sakit didadanya.

So Min menghela nafas panjang, ia menatap Jihoon yang mematung disampingnya. So Min menarik Jihoon kedalam dekapannya. Hanya sebentar, setelah itu So Min melepaskan dekapannya lalu pergi.

Setelah kepergian So Min, air mata Jihoon mengalir tanpa bisa dicegah. Jihoon tersenyum getir. Ia sudah berusaha sejauh ini, ia berusaha melakukan yang terbaik agar bisa membuat bangga sang ibu.

Namun sepertinya usahanya masih belum cukup.

"Gak apa-apa, Jihoon. Setidaknya mama sudah mau memelukmu lagi." Ucap Jihoon pada diri sendiri.

Saat makan malam, So Min memilih diam. Ia hanya bisa mendengarkan percakapan Jihoon dan Se Chan perihal pertukaran pelajar yang akan dijalani Jihoon dalam waktu dekat ini.

Hatinya sakit saat dengan bangga Se Chan menyanjung Jihoon, Se Chan dengan mudahnya menuruti permintaan Jihoon.

Harusnya yang berada diposisi Jihoon saat ini adalah Jungkook, harusnya. Mengingat itu, rasa penyesalan semakin mengerogoti hati So Min. Ia semakin bertekad untuk menebus dosanya dengan mengutamakan Jungkook, hanya Jungkook.

unfinished past Where stories live. Discover now