Chapter 8 : Bohong

Start from the beginning
                                    

"Bukan teman. Saya Arvenda Bagasatya pacar Mara dan saya sudah bekerja, Tan."

"Hah?!" Jawaban itu tentu membuat Asmara dan Bimo kompak terkejut.

"Oh..." Sedangkan tante Prita manggut-manggut, "Mukanya kelihatan muda banget," Sambil tersenyum lalu menyikut lengan Bimo. "Ck, biasa aja kali Nak, itu hak Mara nikmatin masa remaja dia."

Sontak Asmara melirik Arven sinis. "Pak Arven kenapa ngaku pacar sih? Situ udah melanggar janji tau."

Arven menggidikan bahu. "Sesuka mulut gue." Namun Asmara tak tinggal diam, dia segera menyanggah sebelum tante Prita salah paham.

"Emhh kami bukan pacar kok Tan, kami cuma-"

"Mara emang masih malu-malu Tan, tapi nggak papa, saya selalu maklum."

Dan kini Asmara mendelik Arven lagi tapi lebih tajam. "Apaan sih, Pak?"

"Bodo amat."

Sedang Bimo justru kebingungan. Jadi Asmara pacar Arven apa bukan?

"Sebentar, nama belakang kamu Bagasatya berarti kamu anak pemilik Narasatya Group?" tanya tante Prita.

"Benar."

"Ya ampun!" Wanita itu mendadak heboh sendiri.

"Mama kenal?" Giliran Bimo bertanya penasaran.

"Kenalah, dia donatur di kampus kamu bareng papa. Terus Arven punya adik dokter namanya Arka kan, Nak? Mama waktu lahiran di tolong sama adikmu, hehe."

"Iya Tante." Sejujurnya Arven malas jika seseorang menyebut nama Arkana, namun demi menjaga image di depan tante Prita dia memaksa senyum. Diliriknya Asmara, gadis itu memanyunkan bibir pertanda tak suka.

"Makanya cari tau dulu siapa pacar kamu ini."

"Ish, yang bener itu pacar kontrak ya, Pak."

"Ohhh gitu." Bimo sekarang tau siapa donatur baik hati yang bersedia menanggung UKT Asmara sampai lulus.

"Yaudah, daripada bikin jomblo ngenes kayak Bimo iri mending duduk dulu yuk! Biar tante buatkan minum, baru deh jenguk Aluna. Kebetulan Alunanya lagi tidur di kamar Bimo."

"Sekarang aja aku boleh ajak mereka ke kamar, Ma?" tanya Bimo.

"Boleeh, tapi cuci tangan sebelum nyentuh Aluna ya, Nak."

"Okeyy, ayo Ra." Bimo pun mengamit tangan Asmara dengan ceria, tanpa peduli Arven yang hanya mengekor dengan enggan di belakang mereka.

Ck, males banget gue jadi obat nyamuk.

Seketika, kekesalan Asmara pun mereda terhadap Arven saat melihat bayi mungil tertidur lelap di atas ranjang. Asmara duduk di bibir kasur demi mendekati bayi itu, sedangkan Arven duduk di sofa yang tersedia-merenggangkan ototnya yang terasa pegal usai menghadapi bocah menyebalkan ini.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Boyfriend With BenefitsWhere stories live. Discover now