Chapter 8 : Bohong

6.5K 129 2
                                    

Yeayyy update lagii, terima kasih udah mau bertahan baca sampai sini yaaa🥰 Ditunggu vote dan komennya guyss

Yeayyy update lagii, terima kasih udah mau bertahan baca sampai sini yaaa🥰 Ditunggu vote dan komennya guyss

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

**

Asmara pikir Arven hanya bercanda untuk ikut ke rumah sahabatnya, ternyata oh ternyata pria itu benar-benar mengikutinya hingga ke teras rumah Bimo. Alhasil Asmara sedikit ragu-ragu memencet bel, sebab pasti akan banyak pertanyaan bercokol di kepala mereka melihatnya datang bersama seorang pria. Asmara cukup mengenal baik keluarga Bimo. Terutama tante Prita mama Bimo-yang memiliki jiwa penasaran tinggi.

"Nekan bel doang lo harus mikir berapa lama siput," dengkus Arven bersedekap, melihat Asmara berulang kali mengurungkan jarinya menyentuh bel.

Asmara berbalik menatap pria itu. "Gini, Mara harus yakinin dulu Pak Arven beneran ikut masuk ke dalam? Serius?"

"Terus ngapain gue di luar sendirian kayak satpam, lo kira gue bodygard lo apa?"

"Oke-oke, tapi pak Arven janji mesti jaga sikap. Jangan ngomong macem-macem sama Bimo, bilang aja kita cuman teman biasa."

"Iye bawel amat lo." Hei, Asmara tidak tahu saja sudah berapa banyak meeting bisnis yang Arven hadiri. Dan menjaga sikap bukanlah hal yang sulit baginya.

"Mara," Namun tanpa disangka pintu di belakang Asmara terbuka. Bimo, sudah berdiri di ambangnya menatap heran mereka.

"Eh, ha-hai Bimo," sapa Asmara kikuk setelah menghadap Bimo. Ia sikut lengan Arven agar pria itu ikut menyapa.

"Halo juga, Ra." Lalu tatap Bimo mendelik pada Arven. Bertanya, "Itu siapa? Aku kayak pernah lihat."

"Eumhh ini teman aku, Bim namanya Arven.

"Oh... Mas Arven." Bimo pun manggut-manggut paham. Dia berbisik pelan. "Teman kamu ternyata ada yang bujang juga ya, Ra?"

Tentu telinga Arven masih berfungsi normal mendengar kalimat Bimo. Dia mengernyit tak terima. Apa-apaan?!

"Ekhem, ngomong apa lo barusan?"

"Eh enggak ada Mas," Bimo terkekeh kikuk. "Ayok masuk, Ra. Ibu aku nungguin kamu. Katanya udah lama nggak ketemu."

Tanpa banyak komentar lagi Bimo lekas mengajak Asmara memasuki kediamannya. Ada wangi bayi menyapa indra penciuman Asmara dan tentu berasal dari bedak bayi. Dia suka sekali wanginya.

Sementara Arven mengedarkan netra ke penjuru ruangan, sekilas mengagumi. Tertuju pada sebuah boneka keramik kucing yang melambai-lambai di nakas tamu dia pun menyentuhnya hingga sebuah suara menyapa.

"Dek Mara yang suka ngerjain tugas bareng Bimo itu ya?"

Arven menoleh begitu pula Asmara. Ditemukannya wanita berpiyama abu menuruni undakan tangga.

"Iya tante," jawabnya tersenyum. Wanita itu berjalan mendekat.

"Aduh, maaf tante hampir lupa. Soalnya habis lahiran banyak teman-teman Bimo jenguk tante," Merangkul lembut pundak Asmara. Sebelum kemudian tatap Prita tertuju pada Arven. "Terus si ganteng ini teman Bimo jurusan mana?"

Boyfriend With BenefitsWhere stories live. Discover now