Chapter 2 : Kesepakatan

16.2K 239 6
                                    

"Serius

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Serius. Memang apa untungnya saya membohongi kamu?"

"Eh. Bu-bukan itu maksud Mara." Gadis itu tampak ragu. Mara masih mengumpulkan kepercayaannya pada Arven. Ya Tuhan! Bagaimana bisa pria asing yang bahkan mereka saja baru pertama kali bertemu hari ini, membantu kesulitannya tanpa pikir panjang. "Bapak beneran janji melunasinya sampai saya lulus?"

Arven mengangguk pelan walau dia kesal Asmara terlalu bawel. Timbang terima bantuan apa susahnya sih hah?! Jujur, kemalasannya naik level ketika meladeni orang yang terlalu banyak tingkah macam Asmara.

"Hmm, lagipula kuliahmu masih beberapa semester, kan? Apa salahnya jika aku ingin membantumu sedikit?"

"Mara," tegur Pak Wira. "Kamu harusnya berterima kasih pada pak Arven. Bukan malah meragukan beliau."

"Eh, ma-maaf," Lantas Asmara mengoreksi. "Mara cuman takut jadi merepotkan pak Arven." Mara Takut disebut dikasih hati minta jantung. Barulah kedua sudut bibir gadis cantik itu membentuk senyuman manis. Dalam hati, Asmara tak henti mengucap rasa syukur karena Tuhan telah mengirimkan pria dermawan seperti Arven sebagai malaikat untuknya. "Makasih ya, Pak. Makasih banget. Mara berhutang banyak sama Pak Arven."

"Tidak masalah. Mulai bulan ini UKT Mara adalah tanggung jawab saya, Pak. Setiap bulan, saya akan transfer ke rekening kampus."

***
 

Bertemu dengan pria berhati malaikat adalah hal yang tidak pernah Asmara duga sebelumnya. Maka, usai mata kuliah terakhir selesai ia bergegas mencari keberadaan lelaki dermawan bernama Arven tadi sebelum pria itu keburu pulang. Entahlah, Asmara pun ragu apakah Arven masih berada di kampusnya. Beruntung, dia menemukan pria itu tengah menelpon di area parkiran khusus. Alisnya bertaut, sedangkan wajahnya memerah seolah menahan amarah kala menyahuti suara dalam panggilan.

Asmara membungkuk, mengintipnya di balik mobil hitam di belakang pria itu.

"Iya. Arven pasti datang ke acara papa malam nanti. Mama nggak usah bawel bisa?"

"... "

"Kenapa? Papa nggak suka aku datang sendirian? Papa malu sama rekan bisnisnya kalo anak tirinya ini belum menikah?"

"... "

"Sudahlah, Arven males ngomong sama Mama. Kalian berdua sama saja selalu mengelu-elukan Arkana si anak sempurna itu di hadapanku."

Panggilan pun dimatikan sepihak olehnya.

Selain kerap mendesaknya agar segera menikah, rupanya Flora telah mewanti-wanti Viona agar mau dijodohkan dengannya. Parahnya Viona sampai membuat Flora was-was dengan mengatakan dia tidak normal, sudah cukup memercik amarah dalam diri Arven.

Boyfriend With BenefitsWhere stories live. Discover now