1. 🕵‍♂️

2.1K 95 0
                                    

Langit terlihat mendung, perlahan tetesan hujan membasahi bumi, semakin lama semakin deras di sertai petir menyambar, seorang cowok di dalam kamar bernuansa abu-abu meringkuk ketakutan di atas tempat tidur, keringat dingin membasahi tubuh, rumah s...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langit terlihat mendung, perlahan tetesan hujan membasahi bumi, semakin lama semakin deras di sertai petir menyambar, seorang cowok di dalam kamar bernuansa abu-abu meringkuk ketakutan di atas tempat tidur, keringat dingin membasahi tubuh, rumah sederhana dengan dua kamar, dapur, kamar mandi, ruang tamu terlihat sepi.

Jam dinding sudah menunjukan pukul 04.15 sore, namun cowok itu masih ada di tempat tidur dengan seragam sekolah yang masih dia gunakan, perlahan cowok itu bangun dari tidurnya mengusap wajah kasar meraih gelas berisi air putih di nakas meneguk sampai habis menghembuskan nafas.

"Samudra Aldebaran, lo bisa", gumamnya penuh tekad turun dari tempat tidur meraih jaket kulit juga kunci motor di atas meja belajar, cowok itu keluar dari rumah tidak lupa mengunci pintu, menerobos hujan menggunakan motor sport dengan kecepatan di atas rata-rata.

Sampai di depan SMA Wisteria cowok itu menghentikan motor berlari masuk kedalam menuju lantai dua, tidak menyadari seorang gadis ikut berlari masuk menggunakan jas hujan, sampai di atas cowok itu mengusap wajah kasar menatap nanar seorang gadis yang sudah tergeletak di koridor tepat di depan anak tangga menuju lantai tiga dengan kondisi begitu mengerikan, mata membelalak ke atas, leher membiru, juga jari telunjuk yang sudah terpotong.

Tubuh cowok itu luruh ke bawah menekan dadanya yang terasa sesak, "lo gagal Sam", gumamnya merasa bersalah.



"AAAAAAAAAAAA"

Dddduuuuuaaaarrrrr


Sam menoleh membelalak kaget melihat seorang gadis cantik berdiri di belakang menjerit ketakutan di sertai perit yang menyambar, gadis itu bergertar merogoh saku jaket menghubungi kantor polisi mundur ke belakang melihat Sam berdiri, "Na, bukan gue, gue baru saja sampai di sini", gumam cowok itu menatap nanar satu kelasnya, Naomi.

Gadis itu meringis mendekat namun masih memberi jarak, gadis itu menatap mayat, luruh kebawah, "Vaniaaaaaaa hiks", tangis gadis itu pecah menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang menimpa Vania.

"Bangun Vaniaa, bangun, nenek menunggu di rumah hey, beliau meminta gue menyusul lo ke sini, BANGUNNNN VANIAAAAA", teriakan Naomi penuh kesakitan.

Sam tertegun, dada cowok itu sesak, mata berkaca-kaca menunduk, perasaan bersalah membuncah di dalam hati, suara sepatu berlari terdengar membuat keduanya menoleh melihat para polisi sudah berdatangan, menyelidiki mayat, seorang pria yang paling muda di antara mereka mendekat memperhatikan kondisi korban.

"Maaf pak Dirga, tidak ada sidik jari yang di temukan di tubuh korban", ujar salah satu anggota menatap pria yang terlihat paling muda di sana.

Dirga menoleh menatap komandan mereka yang berdiri memantau, "pak Haikal, kata anggota tidak di temukan sidik jari dari tubuh korban, namun melihat kondisi mayat, sudah bisa di pastikan ini kasus pembunuhan", lapornya.

Pak Haikal menganggukan kepala, "di sekolah ada CCTV kalau bisa periksa semua CCTV, geledah sekitar untuk mencari petunjuk, yang lain bawa mayat ke rumah sakit untuk di otopsi lebih lanjut jangan lupa kabari keluarga korban", perintahnya tegas menoleh menatap kedua muda mudi di sana yang hanya diam menatap dengan pandangan kosong.

"Kalian berdua ikut saya ke kantor untuk di mintai keterangan", pinta pak Haikal membuat keduanya tersadar menganggukan kepala berjalan mengikuti.

Dirga menatap punggung Sam dengan pandangan tidak terbaca mengikuti mereka menuju kantor polisi membiarkan para anggota lain mengurus mayat dan mencari petunjuk di sekitar tempat di temukannya mayat korban, Dirga lebih tertarik dengan cowok itu yang terlihat familiar.

Sampai di kantor polisi pak Haikal membawa Sam dan Naomi ke ruangan introgasi, "baik, langsung saja kita masuk ke pertanyaan, siapa nama kalian ? apa yang kalian lakukan di sekolah sore begini ?", tanya pak Haikal penuh intimidasi.

Naomi meringis menghembuskan nafas, tangan saling meremas, "saya Naomi Aysila pak, saya tetangga Vania, nenek Vania tadi ke rumah menanyakan soal cucunya yang belum kembali setelah meminta izin ke sekolah mengambil barang yang ketinggalan, karena itu saya menawarkan diri untuk menyusul ke sekolah hanya saja sampai di sekolah saya sudah melihat Vania tergeletak di depan Samudra", ujarnya jujur, menyembunyikan fakra bahwa keduanya pernah dekat sebagai sahabat.

Pak Haikal menganggukan kepala menatap Sam yang kini menunduk, Dirga masuk tidak lama berdiri di samping pak Haikal menatap cowok itu, "kenapa kamu diam ? Pertanyaannya sama seperti yang saya tanyakan pada Naomi", tanya pak Haikal membuat Samudra mendongak mengatupkan bibir enggan menjawab.

Bukan tanpa alasan cowok itu tidak mau menjawab hanya saja tidak akan ada yang percaya dengan apa yang akan dia katakan, bahkan kedua orang tuanya saat masih hidup mengatainya orang gila hanya karena kemampuan aneh yang tiba-tiba muncul saat Samudra memasuki umur 5 tahun.

¤¤¤

The Search 🕵‍♂️Where stories live. Discover now