Bab 49

4.3K 193 14
                                    

"Perth." Chimon menjatuhkan pistol dari tangannya ke lantai, Perth meringis memegangi bagian sisi perutnya, sakit. Darah segar mengalir dari sela-sela jarinya. Perth terhuyun dan akhirnya terjatuh di pelukan Chimon. Tadi Chimon berniat menembak Pond, tapi Perth merebut pistolnya dan berakhir temannya itu yang tertembak.

"Sudah ku bilang kau akan kehilangan segalnya bila tidak berhenti berbuat bodoh." Kata Perth.

"Tidak tidak jangan tinggalkan aku Perth, aku tidak mau sendirian."

"Kalau kau tidak bodoh lagi, aku tidak akan pergi kemana pun, aku akan selalu di sisimu." Perth tersenyum tulus, kenapa Chimon baru sadar ternyata temannya itu bisa tersenyum seperti itu juga.

"Aku janji aku akan berhenti, aku akan menurut padamu tapi tolong jangan pergi, aku takut." Air mata Chimon meluncur dengan lancarnya dari kedua kelopak mata besarnya.

"Jangan menangis seperti aku sudah mati saja, kau kelihatan tambah lucu kalau menangis seperti itu." Perth mengusap air mata dipipi Chimon dengan tangannya yang bernoda darah. Sekarang pipi Chimon juga bernoda darah, tapi Chimon tidak perduli.

"Apa kau baik Perth, bagaimana lukamu?" Tanya Neo

"Hanya luka kecil, ini tidak masalah." Jawab Perth pelurunya memang hanya menyerempet saja tapi bagaimana pun tetap harus dibawa kerumah sakit kan.

"Kau harus kerumah sakit pergilah, Louis sudah menelepon ambulan mereka sudah datang, aku akan mengurus Chimon dan sisanya disini." Kata Neo, Perth menganguk setuju, dia tau Neo tidak akan menyakiti Chimon, Neo punya banyak kesempatan tapi tidak melakukannya, jadi sebaiknya dia mengurus dulu lukanya sebelum bertambah parah dan menjadi masalah.

Perth berusaha berdiri di bantu Neo. Walau kenyataannya Neo tidak begitu menyukai Perth, tapi kalau orang ini mati bukankah masalah agak sedikit runyam.

"Tidak Perth tidak." Chimon menolak melepaskan Perth dari pelukannya.

"Lepaskan dia Chi. Atau kau lebih suka dia mati disini." Neo dengan mulut tanpa filternya malah membuat Chimon semakin histeris. Dengan cepat Pawin menahan Chimon,

"Aku akan baik baik saja, selesaikan urusanmu dengan keluargamu dan segera temui aku oke." Perth mengelus kepala Chimon, mencoba menenangkannya, tapi Chimon tetap saja menangis dan meronta, Perth terpaksa meninggalkannya rasa sakit diperutnya semakin menjadi, sementara Chimon masih histeris, sama sekali sudah tidak perduli pada Phuwin yang sudah aman di pelukan Pond tunangannya.

"Phu, anda baik baik saja?" Pond membungkus tubuh mulus Phuwin dengan selimut yang di tariknya dari atas tempat tidur, Pond sangat khawatir dan marah, entah apa yang terjadi pada Phuwin, Phuwin tidak terluka tapi bertingkah sedikit aneh menurut Pond.

Phuwin tidak menjawab, hanya menarik tengkuk Pond dengan terburu dan langsung mencium bibirnya. Pond jelas membalasnya walau sedikit merasa aneh dengan tingkah Phuwin. Phuwin terus mencium Pond dengan rakus sama sekali tidak perduli ada orang lain yang berada ditempat itu.

"Ku rasa kalian butuh kamar." Kata Pawin sedikit iri, dia masih susah payah menahan Chimon, tapi dua anak muda di depannya ini dengan tidak tau dirinya bermesraan di hadapannya. Oh haruskah Pawin mencari pasangan juga agar tidak jadi nyamuk seperti ini.

"Tuan Neo, sepertinya Tuan Muda Phuwin mengkonsumsi sejenis obat perangsang, kita harus segera membawanya ke dokter juga." Jelas Louis melihat keadaan Phuwin otak pintarnya bekerja dengan cepat, dia tidak sebayi tampangnya asal tau saja.

"Brengsek." Maki Pond dalam hati, begitu kesal melirik ke arah Chimon yang masih histeris. kalau mereka tidak tepat waktu apa yang akan terjadi pada Phuwinnya.

Phuwin's Birthday Present Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang