Bab 23

3.7K 226 3
                                    

Phuwin memasuki kamar besarnya yang tampak sedikit remang-remang dan menguncinya, dia tidak ingin diganggu siapa pun lagi. Di lepasnya jas, dasi dan juga celana panjang yang sedari tadi di pakainya dan meletakkan asal, menyisakan boxer dan kemeja yang kancingnya sudah tidak terkancing sempurna. Hadiah apa lagi yang di berikan orang tuanya untuknya tahun ini. Bukankah dia sudah mendapatkan sebuah mobil sport model terbaru di pesta tadi. Lalu apa lagi? sebuah rumah mewah kah? atau pulau pribadi atas nama Phuwin? Padahal Phuwin tidak ingin apa pun kecuali satu hal, tapi bukankah itu mustahil.

Phuwin asik dengan pikirannya sendiiri, tidak memyadari ada sepasang mata yang sedari tadi mengamati pergerakkannya, Phuwin terkejut saat sadar ada orang lain di dalam kamarnya, seseorang itu duduk dengan santai dipingir tempat tidurnya. Orang itu jelas bukan bodyguardnya Phi Pawin, selama ini Phuwin tidak mengijinkan Pawin berkeliaran di dalam kamarnya. Phuwin mendekat perlahan, saat tau siapa orang itu Phuwin langsung berlari menghambur memeluknya dan menangis sejadi jadinya.

"Kenapa meminggalkaku sendirian? kenapa pergi? Walaupun aku marah dan memgusirmu harusnya kau tidak boleh pergi jauh dariku walau sedetik saja. Kau sudah berjanji Pond." Phuwin menangis memukul-mukul dada Pond pelan.

"Maap, saya tidak akan melakukannya lagi, tolong berhenti menangis" Pond mengusap air mata Phuwin dengan jemarinya. Pond tidak tega melihat Phuwin menangis, hatinya teriris. Lihatlah pipi cubynya yang sekarang menirus, lihat mata indah yang berlinang air mata itu, Phuwinnya juga tersiksa sama seperti dirinya.

Phuwin mencoba berhenti menangis, tangannya masih terus melingkari pinggang Pond, di tatapnya Pond lekat, takut semua ini hanyalah hayalan di tengah kegilaannya saja. 

"Saya kembali Phu" Pond mendekatkan wajahnya perlahan mencium bibir Phuwin dengan sangat lembut. Phuwin tidak menolak, membalas ciuman Pond dengan tidak kalah lembutnya. Pond tidak bisa lagi menahan perasaannya, padahal baru tadi dia berjanji pada tuan besarnya untuk tidak serakah dan menginginkan Phuwin. Pond tidak perduli biarlah dia dihukum nanti, paling tidak untuk malam ini biarkan dia menjadi sedikit egois. Pond merindukan Phuwin, sama seperti Phuwin yang juga merindukannya. Satu tahun berpisah adalah waktu yang sangat menyiksa mereka. Biarkan malam ini mereka mencari obat untuk rasa sakit mereka.

"Aku mencintaimu Pond." Phuwin berbisik diantara ciumannya.

"Saya juga mencintai anda Phuwintang" entah keberanian dari mana Pond mengatakan hal yang selama bertahun-tahun ini hanya disimpan dalam hatinya. Perasaan yang seharusnya tidak dia miliki untuk tuannya. Senyum bahagia merekah dari wajah keduanya,

"Jadi, apakah aku boleh membuka hadiahku." tanya Phuwin nakal.

"Tentu."

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Phuwin melepas jaket, beserta kemeja hitam Pond dan melemparkannya asal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Phuwin melepas jaket, beserta kemeja hitam Pond dan melemparkannya asal. Lalu duduk diatas pangkuan Pond yang sudah bertelanjang dada, dikalungkannya tangannya di leher Pond sambil terus berciuman. Pond tersenyum dalam ciumannya dia belum pernah melihat sisi nakal Phuwin yang seperti ini. Tapi bisa dipastikan Pond sangat menyukainya.

Phuwin's Birthday Present Where stories live. Discover now