Bab 10

2.7K 207 6
                                    

Langit malam tampak cerah, malam ini kediaman keluarga Pirapat suasanaya tampak sedikit ramai. Keluarga Prim datang berkunjung untuk makan malam bersama. Hanya makan malam sederhana, tapi tidak mengurangi kebahagiaan mereka. Setelah sekian lama akhirnya mereka bisa makan bersama lagi seperti dulu.

 Setelah sekian lama akhirnya mereka bisa makan bersama lagi seperti dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kabar Phi Harlt, Jan .. sudah lama sekali ya" Mix memeluk Janhae sahabatnya, mereka adalah orang tua Prim.

"Iya betul terakhir kali Neo, Phuwin dan Prim masih kecil-kecil" jawab Janhae

"Iya lihat Prim, benar-benar sudah berubah aku pikir dia bakal terus tomboi, tidak disangka dia jadi seanggun ini" Puji Mix ditatapnya gadis manis disamping Janhae.

"Halo paman Mix" Prim memeluk Mix singkat.

"Hai Prim, Phuwin sering bercerita tentangmu, katanya kalian satu sekolah kan"

"Benar paman, kami bisa bermain bersama lagi sekarang" jawab Prim senang.

"Sing, ayo kita mengobrol di taman saja, biarkan para gadis ini menggosip?" Earth merangkul ayah Prim dan membawanya ke arah taman rumahnya.

"Ayo masuk, Phuwin ada dikamarnya, Masih ingat kan dimana kamar Phuwin. Sana temui dia Prim" Prim mengangguk dan berjalan pergi meninggalkan dua orang sahabat lama itu berbincang melepas kerinduan.

.

.

"Aku mencarimu ternyata kau disini" Prim mendekati Phuwin yang sedang berdiri di balkon kamarnya. 

"Aku sedang mencari angin, kenapa datang mencari ku?"

"Aku mau memberimu sesuatu, kemarikan tanganmu" Prim menarik tangan Phuwin.

"Apa?"

"Nihh" Prim memberi sesuatu ke genggaman Phuwin. Phuwin membuka genggamannya ada permen ditangannya.

"Kau masih ingat ini" Phuwin tersenyum senang ini adalah permen kesukaannya, dulu sewaktu kecil mereka sering makan permen ini bersama diam-diam, karena takut Mix akan marah bila terlalu banyak makan permen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau masih ingat ini" Phuwin tersenyum senang ini adalah permen kesukaannya, dulu sewaktu kecil mereka sering makan permen ini bersama diam-diam, karena takut Mix akan marah bila terlalu banyak makan permen. Phuwin ingat Prim sering memberinya permen ini saat hatinya sedang sedih.  Dengan semangat di bukanya permen itu dan memakannya.

"Emm..ini masih sama seperti dulu, trimakasih Prim, kau selalu bisa mengerti aku." Ditatapnya Prim, sedari kecil Prim selalu membuatnya nyaman. Di depan Prim, Phuwin tidak perlu berpura-pura menjadi kuat dan sempurna. Dia bisa jadi dirinya sendiri apa adanya.

"Sama-sama Phu" Prim menggenggam tangan Phuwin, mata mereka bertatapan mengagumi satu sama lain. Wajah Prim mendekat, dan semakin mendekat "Boleh aku minta permennya Phu?" Bisik Prim di depan bibir Phuwin, Phuwin menganguk singkat dan bibir mereka pun menempel sempurna.

Pond bergeming sesaat, tadinya Bibi Nam memintanya segera memanggil Phuwin dan Prim untuk ke ruang makan, tapi pergerakannya terhenti ketika melihat Phuwin dan Prim berciuman. Perasaannya campur aduk tidak menentu. Tangannya bahkan kaku hanya untuk sekedar mengetuk pintu kamar Phuwin.

Tokk..tok..

"Tuan muda, anda dan nona Prim di panggil tuan besar untuk makan malam" Kata Pond dari depan pintu yang sedari tadi terbuka, tidak berani masuk. Dua orang yang di dalam terperanjat kaget tautan bibir mereka terlepas. Lalu dengan kikuk berjalan ke ruang makan.

.

.

Malam semakin larut acara makan malam dengan Prim dan keluarganya sudah selesai dari tadi. Phuwin mencari keberadaan Pond, setelah memanggilnya untuk makan tadi Phuwin tidak melihat Pond sama sekali disekitarnya.

"Dari tadi tidak melihatmu, disini kau rupanya," Phuwin berjalan ke pinggir rooftap rumahnya. Tempat dimana mereka berdua sering menikmati pemandangan malam yang indah dari atas. Phuwin berdiri disamping Pond yang hanya duduk terdiam menatap ke depan.

"Tadi Bibi Nam meminta saya untuk membantunya di dapur" jawab Pond.

"Apa kau sudah makan?"

"Sudah"

"Ada apa denganmu, kenapa kau menjawab ku dengan singkat dan tidak mau menatapku" Tanya Phuwin heran tidak biasanya Pond mengabaikannya.

"Tidak apa-apa, boleh saya permisi tuan, saya akan membantu Bibi Nam beres-beres" Pond berdiri berniat pergi, entah kenapa nada bicara Pond tampak marah dan kecewa.

"Tunggu. Kau harus bicara denganku" Phuwin menahan tangan Pond "Ada apa denganmu?" Tanyanya lagi.

"Tidak ada apa-apa, saya tidak berhak marah pada tuan muda"

"Katakan saja ada apa hah.., bukankah kita teman. Teman bisa membicarakan semuanya. Wajahmu terlalu jelas, kau tidak bisa menyembunyikan perasaanmu padaku" Phuwin mulai geram karena Pond tidak menjawab pertanyaannya

"Saat memanggil tuan muda tadi saya melihat tuan muda mencium nona Prim" jawab Pond,

"Lalu, kenapa kau terlihat kesal" Phuwin mendekat Pond, berdiri tepat di depannya.

"Tidak saya tidak merasakan apa-apa" Pond membuang muka tidak ingin menatap Phuwin.

"Tidak saya tidak merasakan apa-apa" Pond membuang muka tidak ingin menatap Phuwin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Benarkah? Lihat mataku Pond. Kenapa, apa kau juga ingin menciumku hemm.." Phuwin menyentuh pipi Pond lembut menggodanya. Seperti biasa mengganggu Pond adalah kesenangan Phuwin.

"Berhenti" Pond mencekal tangan Phuwin.

"Tolong berhenti melakukan ini tuan, berhentilah menggoda saya, saya mohon anda tidak menyukai ini kan?" Pond melepaskan tangan Phuwin perlahan. Wajah Pond berubah sendu, Di tatapnya mata indah Phuwin, sekilas terlintas lagi apa yang tadi dilihatnya, ciuman itu, hatinya menjadi lebih gundah, Pond tidak tahan lagi dia meninggalkan Phuwin begitu saja.

Phuwin hanya mematung melihat kepergian Pond, kenapa hatinya serasa sakit melihat ekspesi kecewa Pond. disentuhnya dadanya sendiri ada apa ini.

Phuwin's Birthday Present Where stories live. Discover now