part 21 s2

2.9K 321 11
                                    

Kara memijat pangkal hidungnya setelah mendengar pengakuan dari Rean. Rean berkata kalau itu terjadi karena kecelakaan? Apakah melempar sebongkah batu itu disengaja? Dia tidak sebodoh itu untuk dibodohi.

"Jadi, semua ini salah paham? "

"Iya abang! Kan tadi siang aku sudah bilang, tapi kau malah menyuruh bawahanmu untuk membawanya ke sini? Tck, aku bisa menyelesaikan masalah ini sendiri bang! Lagi pula aku sudah  ikan anak kecil! "

"Dan satu lagi, bang Kana menagis di ruanganmu bang"

"Hah baiklah. Steve, lepaskan anak itu. Suruh mereka tutup mulut dan merahasiakan semua yang terjadi hari ini. Jika mereka membocorkannya, bunuh saja semua keluarganya serta keluarga semua yang mengetahui kejadian ini. "

"Baik tuan muda. "

Rean menggendong Kara ala koala keluar dari ruangan penuh tengkorak itu. Steve menyuruh anak buahnya memindahkan katrol yang terhubung dengan Gio lalu menurunkannya. Ikatan itu terlepas dan Gio langsung memeluk ayahnya dengan air mata yang mengalir deras.

"Papi hiks maaf, hiks Gio sering menyombongkan kekayaan papi hiks"

"Sudah tak apa, setelah ini jangan mengulangi hal yang sama. Dan jangan sekali kali mengusik tuan muda, kau paham kan? "

Gio mengangguk paham, keduanya dibawa keluar dari ruangan itu oleh Adrian.

Kembali ke tempat Kara, tubuhnya langsung diterjang oleh Kana begitu pintu ruangannya terbuka. Rean bahkan mendengus kesal lantaran dia selalu saja mengalah dari Kana, padahal dirinya juga ingin berduaan dengan Kara. Kana membawa Kara ke atas kasur king size lalu memeluk pinggang rampung itu posesif.

"Huwaa kenapa Kara ninggalin Kana? Kana sampe panik tadi ga liat Kara di kelas, mana temen kelas kar bilangnya ga tau Kara ke mana! "

"Maaf, tadi aku hanya panik. Jadi lupa mengabari. Sudah, jangan menangis lagi. Kau tidak malu apa kalau Rean melihatnya? " ucapnya sembari mengelus kepala Kana.

Kana tak menjawab, Kara mengernyit heran laku menatap kana yang ternyata sudah tertidur.

.
.
.

Kelas Kara mendadak heboh karena ada murid baru yang akan bersekolah di sana. Kara sama sekali tidak tertarik, dia memilih menonton dari pada melihat siapa murid baru itu.

Tak lama guru datang dengan seseorang di belakangnya. Seperti adatnya, perkenalan berlangsung cukup ramai, namun tidak saat murid itu memperkenalkan diri.

"Halo, namaku Isabelle. Aku pindahan dari SMA Garuda, semoga kita bisa berteman dengan baik"

Kara melirik sekilas pada Isabel dengan tatapan tajam khasnya. Menyadari perubahan yang ada, teman sekelas Kara pun melayangkan tatapan yang tak kalah tajamnya pada Isabel, membuat Isabel merasa sesak sendiri.

"Baiklah Isabel, kau boleh duduk di bangku yang ada di depan Kara. Tolong jangan berbuat masalah. Kita lanjutkan pembelajaran kemarin... "

Isabel duduk dengan gugup di bangku depan Kara, punggungnya seperti berlubang karena tatapan tajam yang Kara layangkan. Namun si pelaku nampak tidak peduli, bahkan jika punggung Isabel benar benar terkoyak karena tatapannya maka Kara tidak akan peduli.

. .....

Kana dan Kara berjalan santai di koridor kelas. Semua nampak tenang sampai Isabel menabrakkan dirinya pada Kara dan jatuh tepat di hadapan Kara.

"Akh, shhh"

Kana speechless dibuatnya, padahal diantara Kara dan Isabel, tubuh Kara jauh lebih rapuh dari pada Isabel. Apalagi Kara itu ceroboh, harusnya Kara yang jatuh terduduk karena tabrakan barusan.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Where stories live. Discover now