5

30.6K 2.7K 90
                                    

Ekhm, seperti biasa vote sama komen biar makin semangat up nya.

Anka menaiki ayunan yang terletak di taman depan mansion Fernan. Hari sudah menjelang siang, namun karena hari ini hari sabtu Fernan, Berlin dan kedua putranya tak keluar mansion. Anka sendiri sebenarnya ingin pergi dari sini, dia tak mau nantinya dibuai lalu ditampar keras oleh kenyataan. Anka juga ingat kalau dirinya adalah antagonis yang akan dibunuh oleh Rahel.

Dia bukan laron bodoh yang malah mendekati api hanya karena godaan sesaat. Yah meski nanti dia akan dibunuh, setidaknya Anka tahu tentang dunia yang tak pernah dia jelajahi. Dia juga pastinya harus tahu alasan Ankara bersikeras membalaskan kebenciannya bukan? Akan lucu rasanya kalau dia mati tanpa tahu semua itu.

"Anka, sudah mainnya, sini, bunda bawain cemilan"

Anka menengok ke arah Berlin yang datang bersama yang lainnya. Mereka duduk didekat pohon yang sudah dialasi. Anak Mak dekat, dia duduk di sebelah Berlin yang tengah menyiapkan minuman dingin. Di depannya sudah ada beberapa cemilan ringan dan juga buah yang sejujurnya sudah sering Anka makan.

Pandangan Anka tertuju pada irisan lemon dan daun mint di piring terpisah. Anka penasaran, bentuknya mirip dengan jeruk hanya saja warnanya yang lebih cerah. Anka lantas mengambil satu potong dan memakannya. Berlin yang melihat itu lantas mengambil potongan lemon di tangan Anka.

"Anka, ini asam loh"

Anka memiringkan kepalanya tak mengerti. Dia memang sudah puluhan bahkan ratusan kali melihat buah lemon, namun tak pernah sekalipun mencicipi nya. Jadi wajar jika dia bingung dengan yang namanya asa

"Asam? Asam itu apa tante? "

"Anka ga tau? Asam itu rasa asam, bentar..... Asam?..... Zodyk, apa kau tahu rasa asam gimana? "

"Halah bunda, asam itu ya asam lah. Eh bentar.... "

Anka jelas makin penasaran, dia kembali mengambil satu potong lemon dan memakannya utuh. Dia seolah tengah mencerna rasa di mulutnya, ada rasa menyengat yang membuat air liurnya banjir. Begitu otaknya selesai mencerna, Anka meludahkan lemon itu.

"Iyak, apa ini? Ga enak bzzz"

"Asaga Anka, kan bunda bilang apa, ini asam"

Anka mengangguk saja. Akhirnya dia tahu apa itu asam meski harus mengorbankan mulutnya yang sedari tadi banjir. Berlin menggelengkan kepalanya, dia bingung bagaimana remaja enam belas tahun ini begitu polos.

"Anka memangnya belum pernah mencicipi ini? "

Anka jelas menjawabnya dengan gelengan.

"Anka baru kali ini makan enak, dari dulu Anka cuma sering makan bubur hambar. Karena itu Anka benci bubur" ucapnya lirih di akhir kalimat

"Memangnya orang tua Anka ga ngasih makanan lain? "

Lagi, Anka menggeleng dan itu membuat mereka prihatin.

"Dimana orang tua Anka? "

Anka terlihat ragu menjawabnya, dia tak mungkin kan bilang apa yang sebenarnya dia alami?

"Mommy,,,, tidak tahu, Anka ga punya keluarga, mungkin? Entah, yang Anka tahu Anka tidur dan makan di ruangan gelap. Anka ga tau berapa lama Anka di sana. Mungkin saja mommy udah ninggalin Anka? Atau Anka yang ninggalin mereka ya? "

"Jadi anak bunda saja mau kan? "

"Eh? Noooo Anka ga mau! Anka ga mau di kurung lagi! "

.
.
.

Anka berjalan santai di jalanan kota, dia menjadi pusat perhatian karena tingkah dan pakaiannya yang sangat serasi. Anka memakai celana jeans hitam dipadukan dengan baju lengan panjang dan sarung tangan yang juga hitam. Ditambah jaket lengan pendek dengan tudung telinga kucing yang berwarna ungu tua diluar dan merah maroon di bagian dalamnya.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Onde histórias criam vida. Descubra agora