20

12.1K 991 14
                                    

Jean masuk kedalam kamar Anka sambil membawa semangkuk bubur. Dia menaruhnya di atas nakas lalu naik ke atas kasur. Duduk di samping Anka yang sedang termenung. Tangannya terulur mengelus rambut Anka, membuat anak itu tersadar dari lamunannya.

"Jean? "

"Anka mikirin apa sih? Anka jangan maksain diri loh ya! Nanti Anka malah tambah sakit tau"

Anka hanya mengangguk saja, dia menyandarkan kepalanya di bahu Jean menikmati elusan.

"Jean, bukannya aneh ya. Anka belakangan ini kayak lupain banyak hal tapi pas Anka coba mengingat Anka malah makin lupa"

"Ga aneh kok. Asal. Anka tahu, Jean aja sering lupain hal penting. Jadi it's okay"

"Ah iya Jean lupa bawa susu, Anka tunggu di sini ya Jean cuma sebentar"

Anka menatap pintu yang terbuka lebar dengan pandangan kosong. Tanpa sadar air matanya mengalir. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya tapi sekeras apapun dia mencari tahu jawabannya tetap tidak ada.

"Jean kenapa lama ya? "

Anka turun dari kasur berjalan keluar meski tubuhnya terasa lemas. Mungkin ini kesalahannya sendiri karena kemarin bermain tanpa mengutamakan keselamatan. Dari balik lorong seseorang terlihat tengah memperhatikan gerak geriknya. Dengan langkah pelan dan tenang dia membuntuti Anka dari belakang.

Anka turun melewati tangga, mungkin karena lupa jika ada lift di mansion ini. Anka merasa tubuhnya didorong oleh seseorang hingga tubuhnya jatuh menggelinding.

"ANKA! "

Rahel kebetulan baru saja masuk ke dalam mansion setelah lari pagi. Matanya membola kala melihat Anka jatuh. Dia langsung mendekat, memeluk tubuh yang kini bersimbah darah. Tatapannya tajam menatap seseorang yang berdiri di atas tangga.

"Rahel ada apa?".

"Astaga apa yang terjadi? Anka kenapa Rahel? "

"Nanti Rahel jelaskan, kita ke rumah sakit sekarang. Dan juga, bawa maid itu ke tempat biasa"

. ..

Vincenzo menatap khawatir pintu UGD yang tertutup. Sudah empat puluh menit lebih bungsu mereka berada di dalam namun belum ada yang keluar mengabari.

Sementara itu Rahel tengah menyiksa orang yang mendorong Anka di gedung terbengkalai.

"Siapa yang nyuruh lo? Jawab atau gue bakar lo sama semua keluarga lo"

Wanita yang menjadi pelaku menggeleng kuat, dia tak pernah berfikir akan jadi seperti ini. Padahal dia sudah memastikan keadaan sekitar sepi tapi kenapa malah jadi seperti ini?

"T-tuan Damian, s-saya hanya menjalankan apa yang dia katakan. T-tolong maafkan saya"

Rahel mengarahkan katana ke arah wanita itu, hendak menebas kepalanya namun aksinya terhenti karena dering smartphone miliknya. Rahel langsung saja mengangkat panggilan itu.

".... "

"Bohong, lo bohong kan?! Gue bunuh lo kalo sampai Anka ga bangun! "

"ARRRGGGHHH! "

Rahel melempar HP nya sembarangan, mengayunkan katana ke leher wanita itu sampai potongan kepala menggelinding jatuh. Dia menyiram tubuh itu menggunakan bensin lalu menyalakan pemantik. Beberapa saat dia menatap pemantik yang menyala lalu melemparkan tepat pada tubuh itu. Api perlahan melahap pakaian dan tubuh yang sudah tak bernyawa dan Rahel hanya menatapnya dengan tatapan marah.

"Lo bener bener bajingan, but it's ok. Gue sendiri yang akan mencabik tubuh busuk lo. Let's play Monroe"

.
.
.

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin