part 20 s2

3.4K 366 10
                                    

Kara menatap tajam seorang remaja yang saat ini terikat dengan posisi terbalik dan tepat di bawahnya terdapat air yang sudah mendidih.

Kara geram saat tahu jika Rean selalu diganggu oleh remaja di depannya. Mengganggunya juga bukan seperti membully atau mengata ngatain, tapi lebih ke arah bermain fisik. Rean selama ini diam karena perkataan Kara, tapi tadi pagi nyawa Rean hampir melayang lagi karena anak itu nekat menjatuhkan baru cukup besar di tempat Rean berdiri. Beruntung saja baru itu tidak mengenai kepala Rean.

"Sepertinya kau benar benar bosan hidup. Padahal Rean sudah berbaik hati menyembunyikan semua perbuatanmu dariku. Jangan salahkan aku kalau ini menjadi air mandi terakhirmu bocah. "

Remaja itu tampak menatap Kara remeh. Dia tidak yakin jika Kara akan merebusnya. Meski tepat di bawah sana adalah air mendidih tapi dia yakin itu hanya gertakan. Apalagi wajah Kara yang cantik, membuat dia ragu kalau Kara mau melakukan itu. Ingat, wanita itu lemah dimatanya. Hanya dengan tipu muslihat maka dia akan selamat. Satu hal yang tidak dia ketahui bahwa yang sedang berbicara bukanlah seorang wanita, melainkan remaja laki laki berwajah manis.

"Cuih, cewek lemah kayak lo cuma bisa bertahan doang! Telpon papa gue! Lo pasti bertekuk lutut di hadapan papi. " ucapnya dengan pede.

Kara menjulurkan satu tangannya pada Adrian yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Daria yang paham langsung menyerahkan HP milik remaja itu. Kara menerimanya dengan baik lalu menghubungi kontak dengan nama papi yang tertera di sana.

Tak lama berselang, panggilan itu terhubung ke seseorang.

"Halo baby, ada apa? "

"Datang ke gedung di jalan xxx dalam waktu 30 menit, atau putra kesayanganmu saya rebus"

Kara melemparkan HP itu ke depan, dimana tungku itu berada. Dia lalu melirik pada Adrian yang masih setia berdiri tak Jauh dari dirinya. Kara tak tahu akan perasaannya sendiri. Dia selalu merasa ada yang aneh dengan Adrian, seolah mereka pernah bertemu di suatu tempat dan menghabiskan banyak waktu bersama. Tapi sekeras apapun Kara mengingatnya, dia sama sekali tak menemukan titik terang.

"Hey, Ian. " Kara menjeda ucapannya beberapa saat. Mengambil secangkir teh lalu meminumnya. "Kenapa kau memilih bekerja di sini? Ada banyak pekerjaan di luar sana yang memiliki gaji tinggi dengan resiko kecil. "

"... Saya tidak terlalu mempermasalahkan tentang itu tuan muda. Saya memilih pekerjaan ini karena Saya ingin, lagi pula Saya sudah berjanji pada seseorang yang Saya kenal. "

"Kau bisa menjadi polisi atau mungkin abdi negara, dengan itu kau bisa mendapat tunjangan jika terjadi sesuatu. Kau tahu, dunia bawah jauh lebih gelap dari pada laut dalam. Tentu banyak monster yang menyembunyikan identitas mereka dari musuh mereka. Dan tidak semua atasan memiliki hati, kebanyakan dari mereka berhati bengis. Kau bisa saja mati di tangan atasanmu sendiri. "

"Saya tidak terlalu mempermasalahkannya tuan. Saya tunduk pada anda karena saya tau anda jauh lebih baik dari pada organisasi gelap lainnya. 'Saya sudah berjanji pada anda hari itu, untuk menjadi teman dan melindungi anda, tuan muda Anka. "

Kara berdecak kesal, hampir semua bawahannya saat ditanya seperti itu pasti menjawab dengan jawaban yang sama. Dia lebih baik? Yang benar saja! Apa mereka lupa kalau dia sudah menghabisi sekitar tiga puluh nyawa? Bahkan semua tengkorak mereka masih berada di ruangan ini.

"Baik? Begitu, ya. " Kara kembali meminum teh nya dengan tenang. "Tapi biar aku luruskan sedikit. Tidak ada satupun villain yang memiliki hati, ambisi dan ego ada hal hati dan jantung mereka. Wajah yang mereka tampilkan juga hanya sebatas topeng. Akan sangat lucu jika kau menganggap orang seperti itu baik. Kalaupun mereka baik, akan ada kekecewaan yang akhirnya kau telan. Jadi berhenti menyamakan aku dengan manusia lemah seperti protagonis atau bahkan male lead sebuah cerita.  Karena aku tidak sebaik itu. Dan sejujurnya aku benci di anggap baik, tidak ada satupun orang baik yang akan membunuh orang lain demi kepuasannya sendiri. "

Adrian diam mendengarkan. Dia sama sekali tidak berubah akan pendiriannya, karena bagaimanapun sosok Kara di mata orang lain, baginya Kara hanya tuan muda rapuh yang sewaktu-waktu bisa saja hancur. Dan untuk mencegah itu terjadi dia akan melakukan apapun.

Adrian tahu jika Kara berbuat demikian untuk melindungi keluarganya, melindungi orang orang yang berharga baginya. Apapun statusnya, baik dia villain ataupun protagonis, Adrian akan tetap mendukungnya. Karena manusia secara alamiah itu egois, melakukan banyak hal demi melindungi sesuatu yang berharga bagi mereka.

Keheningan terjadi cukup lama sampai Steve datang dengan seorang pria di belakangnya. Pria itu nampak marah melihat keadaan putranya yang tergantung di atas air mendidih. Sementara remaja itu terlihat senang melihat keberadaan ayahnya.

"HAAA PAPI! "

"SIALAN! APA YANG KAU LAKUKAN PADA PUTRAKU! KAU TAK TAHU SIAPA AKU?! AKU BISA SAJA MENJEBLOSKAN MU KE PENJARA! "

Pria itu hendak memukul Kara namun Adrian dan Steve dengan sigap mencegahnya. Bahkan mereka membuat pria itu berlutut di tempatnya tadi.

Kara memutar kursinya menatap pira yang sekarang terlihat pucat pasi setelah tadi membentaknya penuh ancaman.

"Kenapa? Terkejut? Tuan Dante yang terhormat, apa kau selalu memanjakan putramu dengan uang sampai dia tidak tahu aturan dan norma?"

Keringat sebiji jagung muncul di kening kepala keluarga Dante. Dia benar benar terkejut sekaligus takut karena aura intimidasi yang sangat menyesakkan. Kara yang mendapati pria rendah di depannya hanya diam tak menjawab menjadi kesal. Dia di sini untuk mengeksekusi remaja menyebalkan itu, tapi malah mendapati ayah dan anak yang sama sama lemah tak berdaya.

"Hey, aku bicara padamu. Apa kau mendadak tuli setelah melihatku? " ucapnya penuh penekanan.

"T-tidak, bukan begitu, sa-saya tidak tahu kalau putra saya membuat masalah dengan anda."

"Ya, dia memang tidak membuat ulah denganku, bahkan aku tidak mengenalnya sama sekali. Tapi dia sudah membuat masalah dengan adikku tersayang. Kau harusnya bersyukur karena aku baru mengetahuinya sekarang, jadi waktu yang kau habiskan dengannya sudah cukup bukan? Karena dia berhutang nyawa, jadi dia harus membayar dengan nyawanya bukan? "

Dante seketika panik, dia menggeleng ribut apalagi melihat rantai yang terikat pada putranya mulai turun.

"Tuan, saya mohon, biarkan putra saya hidup. Saya akan menggantikan dengan nyawa saya, saya mohon. " ucapnya penuh harap.

Kara diam tak menggubris. Dia menginginkan kepala itu untuk dijadikan koleksi. Sementara remaja itu heran sekaligus panik melihat ayahnya berlutut tak berdaya. Bukankah ayahnya itu orang yang punya kuasa tinggi? Kenapa dia tunduk pada seorang remaja cantik?

"Papi! Apa yang kau lakukan? Bukankah papi punya kuasa? Perintahkan dia untuk berlutut dan membebaskan aku papi! "

"DIAM!  Apa yang kau pikirkan huh? Kenapa kau berurusan dengan tuan muda? Sekarang nyawamu dalam bahaya dan aku tidak bisa berbuat apa apa! "

Tatapan kecewa terlihat jelas di wajah remaja itu. Dia pasti sangat terkejut dengan apa yang ayahnya katakan.

"Tidak, papi pasti bohong kan? Papi pasti akan menyelamatkanku kan? KATAKAN IYA PAPI! hiks Gio ga mau mati pi, hiks Gio minta maaf, tolong selamatkan Gio papi! "

Dante merangkak berlutut di bawah kaki Kara, tentu dengan air mata yang membasahi sepatu yang Kara kenakan. Kara memutar bola matanya malas. Dia sudah sangat sering menyaksikan drama murahan seperti ini.

Suasana yang awalnya tegang sedikit melonggar saat Rean masuk dan memeluk Kara posesif. Kara sampai dibuat bingung karenanya.

"Rean, kenapa datang ke sini? Abang belum selesai merebus daging montok itu loh"

"Bang, biarin dia bebas ya? "

Pasangan Kara menjadi gelap serta atmosfer di sekitarnya menjadi sedikit berat. Membuat Rean, bawahan serta yang lainnya mendadak pusing.

"Abang denger dulu, apa abang ingin membuat ku pingsan karena auramu hm? Bagaimana kalau nantinya aku mati karena kekurangan oksigen? "

Kara menghela nafasnya. Dia menerima secangkir teh yang Rean sodorkan padanya dan itu berhasil membuatnya kembali tenang.

"Kenapa kau ingin anak yang hampir membuatmu terluka tetap hidup hm? "

"Itu... Anu.... "







Tebece...

Double up yey..

Ankara Si Antagonis Polos [ END √ ]Where stories live. Discover now