🥀 Calon Tunangan

Start from the beginning
                                    

Naya mengangguk lemah, mengiakan ucapan Argio. Toh, keadaannya sekarang memang seperti ini.

"Tuan bisa melepaskan saya?" ucap Naya seraya melirik tangan Argio yang masih setia melingkar di pinggangnya.

Mendengar itu Argio buru-buru melepaskan rengkuhannya. Mendadak suasana menjadi canggung.

"Sekarang cepat keluar, sudah tidak mual lagi' kan?"

Naya mengangguk dan segera melangkah keluar dari kamar mandi tapi tiba-tiba ia kakinya terpeleset karna lantai yang basah. Namun, dengan cepat Argio langsung menangkap tubuh ringkih itu dalam pelukannya sebelum tubuh Naya menghantam lantai dan itu membuat posisi mereka berdua sangat dekat.

"Kenapa kamu sangat ceroboh sekali. Bagaimana kandunganmu kenapa-kenapa!" Pria itu tampak mengomel penuh kekesalan sementara Naya diam seribu bahasa.

Mendadak kedua kaki Naya terasa lemas dengan posisinya dalam pelukan Argio. Ia bisa mendengar detak jantung pria itu dengan jelas dan aroma maskulin yang begitu candu.

"Astaga, baru kali aku bertemu dengan perempuan selemah dirimu!"

Dada Naya terasa panas dengan ucapan Argio. Ia tidak mungkin selemah ini bila tidak dalam kondisi hamil. Ingin rasanya membalas ucapan pria itu namun ia takut ucapan yang ia lontarkan akan membuat pria tersinggung.

Naya refleks mengalungkan tangannya pada leher Argio ketika dengan gerakkan tak terduga Argio mengendongnya . Pria itu keluar dari kamar mandi lalu membaringkannya ke kasur.

"Andai kamu tidak hamil dan tidak selemah ini aku tidak mungkin menggendongmu. Makanlah yang banyak, badanmu sangat kurus dan itu sangat menyakiti mataku. Dan kamu terlihat sangat jelek."

Lagi-lagi Argio berkomentar tentang penampilan Naya dan secara terang-terangan body shaming.

"Maksudnya aku jelek, begitu? Bahkan kalau aku cantik sekali pun itu bukan untuknya." bathin Naya menggerutu kesal.

Naya hanya bisa membalas ucapan pria itu dalam hati.

"Kenapa melihatku seperti itu?" ucap Argio menyadari tatapan lekat Naya padanya.

Wanita itu menggeleng. Dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Argio menghela napas berat.

"Hari ini aku akan pergi dan mungkin akan menginap. Bila kamu ingin apapun dan butuh sesuatu minta dengan Merry. Ini, untukmu."

Argio menyerahkan kartu kredit pada Naya membuat wanita itu mengernyit heran.

"Belilah apapun yang kamu inginkan termasuk keperluanmu tapi jangan pernah berniat kabur. Aku memperbolehkanmu keluar dari mansion ini tapi harus dikawal."

"Tidak perlu, Tuan. Aku_"

"Ambil saja. Jangan membantah!"

Argio menarik tangan Naya lalu memberikan kartu kredit itu dengan paksa.

"Dan satu lagi, cek yang aku berikan kemarin apa tidak kamu cairkan?" tanya Argio.

Naya mengganguk."Tidak Tuan. Saya tidak membutuhkannya."

Argio berdecih mendengar ucapan Naya."Aku memberikan cek itu untuk memenuhi kebutuhanmu bukan untuk di simpan. Dan tidak usah pura-pura tidak butuh uang, semua orang tentu memerlukan uang."

Argio tersenyum miring menatap dalam manik coklat milik Naya. Sementara wanita itu mengalihkan pandangannya tampak risih dengan tatapan Argio padanya.


"Argio, putraku!"

Wanita berusia 50 tahunan itu langsung berhambur memeluk putranya. Caesa, wanita itu memeluk lalu mencium pipi Argio penuh kerinduan. Ia sangat merindukan putranya setelah suaminya meminta Argio untuk tinggal di kota Jakarta dan mengelola bisnis mereka.

Pelayan Perawan Milik Tuan MudaWhere stories live. Discover now