39 | i know i'd go back to you

Start from the beginning
                                    

"Peluk," Sagara menatap Aluna dengan tatapan memelas, tapi Aluna malah diam saja di tempatnya, "Aluna, peluk!"

Dengan jantung yang berdegup sangat kencang, Aluna mendekati Sagara. Sedetik kemudian, tubuhnya langsung didekap erat oleh laki-laki itu. Sagara memejamkan matanya nyaman, menenggelamkan kepalanya di lekukan leher Aluna, menghirup aroma strawberry segar dari sana. Sementara Aluna hanya diam di tempatnya, berusaha menormalkan detak jantungnya. Tangan Sagara bergerak mengarahkan tangan Aluna agar membalas pelukan Sagara. Sisi Sagara yang ini yang berhasil membuat Aluna ingin bersama Sagara terus. Kalau Aluna bisa memilih, seumur hidup pun Aluna sanggup tinggal bersama Sagara kalau Sagara hanya punya sisi yang ini. Bukan jahil apalagi emosian.

"Gue suka dipeluk sama lo," bibir Sagara bergerak di lehernya, membuat Aluna merinding seketika, "nyaman."

Aluna berdehem canggung. Ia tak tau ingin membalas apa. "Nanti malam belajar ya, besok udah UTS."

"Bareng?"

"Iya, bareng."

Seperti rencana mereka tadi, malam ini mereka sedang duduk saling berhadapan di ruang tengah dengan buku yang sudah berceceran di karpet. Besok mata pelajaran yang diujiankan adalah Biologi dan Matematika. Sagara kini belajar Biologi karna ia sudah paham materi Matematika yang akan muncul besok, sementara Aluna masih berkutat dengan matriks. Perasaan yang sering bolos sekolah itu Sagara deh, kenapa jadi Aluna yang susah untuk belajar?

Dari dua puluh soal, yang salah hanya dua, makanya kini Sagara sudah bangkit dari posisinya menuju dapur untuk mengambil minuman manis dari lemari pendingin. Kalau yang mengisi bahan makanan di apartemen ini adalah Aluna, tugas Sagara adalah mengisi lemari kosong dengan makanan ringan yang bisa ia makan saat sedang bosan. Kalau Aluna tak suka mengemil, makanya tubuhnya segitu-gitu aja. Kecil dan pendek. Kalau bersanding sama Sagara, Aluna seperti anak tk. Setelah meminum jus jeruknya, Sagara kembali duduk di samping Aluna, menatap soal yang sedari tadi belum bisa Aluna pecahkan.

"Jawaban lo salah semua."

Aluna membulatkan matanya terkejut, lalu berbalik menatap Sagara. "Serius? Satu pun nggak ada yang bener?"

Gelenggan dari Sagara membuat Aluna meringgis. Astaga, jadi daritadi Aluna ngapain saja kalau semua jawaban yang ia dapat ini salah. Aluna mendengus kesal, ia berbaring di atas kertas soal yang ia kerjakan lalu menatap Sagara yang sedang tersenyum geli. Enaknya punya otak encer seperti Sagara. Tanpa mengerjakan pun, Sagara sudah tau kalau jawaban yang ia dapat salah semua. Sagara ini beruntung dalam hal apapun. Otak, ekonomi, teman, apalagi wajahnya.

"Lo nggak bohongin gue kan?" tanya Aluna sembari menyipitkan matanya. Karna Sagara kini sudah mulai jahil, tak tau diajari oleh siapa.

"Ngapain gue bohong," jawab Sagara membuat Aluna memajukan bibirnya lucu, "nanti gue mau ke Dicky dulu ya."

Aluna mendonggak, menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 9 malam. "Udah jam 9, besok kan ujian."

"Iya, jam 12 gue pulang."

"Mau ngapain emangnya?"

"Ada urusan," Sagara menyingkirkan helai rambut yang menutupi wajah cantik Aluna, "lo tidur duluan aja. Jangan nungguin gue."

"Tapi pulang ya?" tanya Aluna yang dibalas anggukan oleh Sagara, "awas aja malah mabok."

"Nggak," Sagara tertawa kecil, "besok kan ujian."

Dari rambut, jemari Sagara bergerak menuju alis, hidung dan berakhir di bibir. Lalu perlahan wajah Sagara mendekat, membuat Aluna memejamkan matanya. Sagara tersenyum kecil melihat ekspresi Aluna sebelum mengulum bibir ranum itu. Jantung Aluna rasanya mau meledak sekarang, tapi bukannya mendorong tubuh Sagara agar menjauh, Aluna malah mengalungkan kedua tangannya di leher Sagara, mendorong leher Sagara.

love me wellWhere stories live. Discover now