LVI. Sambut Bahagia

Start from the beginning
                                    

"Menurut hasil pencarian melalui para sahabat kedua mempelai. Ada banyak cerita lucu yang terjadi sepanjang kisah cinta kalian, benar?" Tanya pembawa acara yang kini berganti. Karena yang pertama tadi merupakan MC formal.

Rawi hanya tersenyum tipis. Dia tidak terbiasa untuk menjadi supel hingga dengan mudahnya masuk ke dalam pembicaraan seperti ini. Lagipula, lucu bagian mananya? Dia lebih banyak menyimpan penyesalan dari pada kisah lucu. Delapan tahunnya tidak selucu itu.

"Waktu SMA, mungkin iya kali, ya?" Jawab Yumna ragu. Dia tidak mungkin mengatakan jika dirinya melupakan kisah mereka pada khalayak ramai.

"Menurut hasil penuturan narasumber juga begitu. Jadi, boleh dong kita-kita semua tau, salah satu hal lucu itu?" Tanya si pembawa acara dengan sedikit menggoda.

Yumna menoleh ke arah Rawi. Dia tidak tau menceritakan bagian mana sebab ingatannya belum sepenuhnya kembali.

Rawi yang ditatap seperti itu merasa ingin sekali memutar waktu dan mewanti-wanti si pembawa acara agar tidak bertanya hal semacam ini.

"Semua tingkah istri Saya dulu memang lucu. Saya juga bingung mau menjabarkan yang mana. Karena semua sama berkesannya untuk Saya." Jawaban Rawi tersebut mendapat sorakan para tamu undangan.

"Sejak kapan si Rawi sok manis begitu?" Pekik Angga dengan tawa yang sudah menguar.

"Salah milih topik nggak sih itu, nggak ada pertanyaan lain apa?" Keluh Zeba karena tau Yumna tidak akan bisa menjabarkan pertanyaan itu.

"Rawi manis banget jawabnya." Rengek Raya yang kesenangan sampai menggoyang-goyangkan tangan Nuha. Sementara si pemilik tangan heboh sendiri setelah mendengar jawaban Rawi.

"Untung dia jawab begitu. Kalau nggak, heels aku bakal melayang tepat ke jidatnya." Ucap Nuha setelah lelah bertepuk tangan dengan heboh.

"Jangan macam-macam, kamu ya Nuh. Ini hari bahagia mereka. Kalau mau ngungkit masa lalu ntar aja sama Rawi waktu nggak bareng sama Yuyum." Peringat Zeba.

Nuha yang sebenarnya memang tidak mau mencari masalah dihari ini hanya menganggukkan saja kepalanya dengan gaya tengilnya.

"Aku serius!" Jelas Zeba lagi yang kembali mendapatkan anggukan dari Nuha.

Acara berlanjut pada pelemparan buket bunga. Berhubung hanya Nuha dan Angga yang masih berstatus lajang, jadi para teman-teman yang lain mendorong kedua orang itu ke barisan paling depan. Meski kedua orang yang menjadi sasaran tersebut sudah berusaha memekik tidak mau.

"Gue nggak mau ah!" Kesal Nuha.

"Nggak ada kerjaan banget gue berdiri di sini." Gerutu Angga yang berdiri dengan malas.

Sementara di atas pelaminan, Yumna dan Rawi sedang bersiap untuk melempar buket bunganya.

Tak!

"Aduh!" Angga mengaduh sebab buket bunga itu meluncur tepat di jidatnya.

Nuha yang tadinya menyingkir, dengan cepat tertawa puas sebab Angga yang mendapatkan buket bunga itu.

Sedangkan Yumna yang tadi melihat Rawi sengaja melempar buket bunga itu ke arah Angga tertawa geli. Pasalnya, buket bunga tersebut tidak dilempar olehnya, melainkan Rawi sendiri yang membidik langsung tepat di jidat Angga yang sedang mengeluh.

"Si paling nggak mau nikah." Ejek Rawi dengan wajah lempengnya.

"Belum, Raw." Sanggah Yumna.

Setelah itu, mereka berdua berbaur dengan para tamu sembari menikmati penampilan dari penyanyi yang diundang oleh pihak keluarga Rawi.

"Kak Mishall."

Kepala Yumna sontak menoleh ke arah panggilan itu.

"Coba minta tangan kakak sebentar." Pinta Maira yang berdiri dengan wajah cengengesan di depan Yumna.

"Untuk apa?"

Maira mengangkat sebelah tangannya untuk menunjukkan sebuah kotak kecil berwarna biru ditangannya.

"Hadiah dari Mama. Kata mama, Mai harus kasih langsung sama kakak."

Yumna terdiam sebentar. Dia melihat kotak yang tampak tidak asing baginya. Dulu dia juga memiliki kotak seperti itu. Namun, sudah sangat lama dia tidak melihat kotak itu lagi. Atau, sepertinya dia sudah membuang kotak tersebut.

"Kak..."

"Mama udah kasih kado kemarin." Jawab Yumna.

"Kata mama ini kado ulang tahun. Kakak kan ulang tahun bulan depan."

Yumna tersenyum miring. Rasanya sudah lama tidak mendapatkan kado dari ibunya di hari ulanh tahun. Mengapa sekarang dia mendapatkannya?

Yumna menghela napasnya. Dia memutuskan untuk mengangsurkan sebelah tangannya. Karena semakin lama dia semakin merasa tercekik dengan pembicaraan ini.

Maira yang melihat uluran tangan Yumna sontak tersenyum. Dia dengan segera membuka kotak ditangannya dan memakaikan sebuah gelang pada Yumna.

Melihat gelang yang akan dipasangkan padanya, dengan spontan menarik kembali tangannya.

"Dimana mama?" Tanya Yumna dengan tiba-tiba.

Maira yang terkejut dengan tindakan Yumna hanya bisa mengedipkan matanya.

"Di sana..." cicit Maira dengan wajah yang masih terkejut.

Yumna menoleh ke arah tunjuk Maira. Ternyata di sana, ibunya juga sedang menatap dirinya.

"Bilang sama mama, aku nggak bisa menerima gelang itu." Ucap Yumna dengan pandangan masih tertuju pada ibunya. Lalu di memutar arahnya dan menggenggam tangan Rawi yang sedari tadi sedang menikmati lagu yang mengalun di depan sana.

"Ke sana yuk." Ajak Yumna pada Rawi dengan tangan menunjuk ke arah teman-teman mereka.

Rawi yang terkejut dengan kontak fisik pertama oleh Yumna hanya menggangguk dengan wajah tersenyum.

Sedangkan Yumna mengeratkan tangannya dalam genggaman Rawi. Hatinya tiba-tiba nyeri ketika melihat gelang yang menjadi kesukaannya pada masa lalu. Seingatnya, gelang miliknya telah dia buang. Apakah itu gelang milik ibunya? Lantas apa maksud dari semua itu?

"Kenapa memberi gelang kenangan kami? Apa mama mau memutuskan hubungannya dengan aku?" Batin Yumna.

"Ya ampun, Angga mulai berulah." Celetukan Rawi membuat lamunan Yumna pecah. Dia melihat jika saat ini Angga mulai bersiap untuk bernyanyi.

Yumna terkekeh. Agaknya, hari ini dia harus melupakan semua rasa sakit. Karena, hari ini seharusnya dia menciptakan kenangan manis, bukan pahit.

"Lupakan aja, Yumna. Mari berbahagia." Batin Yumna kembali sebelum masuk ke dalam kebahagiaan hari ini bersama para tamu lainnya.

🍀🍀🍀

Perkara Cinta YumnaWhere stories live. Discover now