Entah bodoh atau tulus, kedua hal itu beda tipis.

Pukul 8 pagi, Sagara terbangun karna suara berisik dari dapur. Hal yang pertama kali Sagara lihat saat membuka matanya adalah Aluna, yang sedang sibuk memasak di dapur. Sagara menghela nafasnya pelan, kepalanya sedikit pusing, tapi tak terlalu sakit seperti kemarin-kemarin. Malam ini, tidur Sagara nyenyak. Bahkan Sagara merasa ia tak mimpi buruk lagi, makanya Sagara tak bangun tiba-tiba di pertengahan tidurnya.

"Aluna," panggil Sagara pelan dan duduk di kursi meja makan, "tadi malem gue nggak ngapa-ngapain kan?"

"Nggak," jawab Aluna, "nggak inget apa-apa?"

Kalau tidak ingat mah, sia-sia dong Aluna mengatakan hal itu tadi malam.

"Inget," jawab Sagara setelah meneguk airnya, "lo udah janji sama gue."

Lihat kan, tanpa mereka sadari, mereka sudah mengikat tali satu sama lain dengan simpul yang semakin lama semakin erat.

Dari kursi meja makan, Sagara berjalan menuju jaketnya yang tersampir di sofa. Ia merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sesuatu dari sana sebelum kembali mendekati Aluna. "Aluna."

"Hm?" Aluna berbalik, menatap Sagara yang kini berdiri di hadapannya.

"Ini," ucap Sagara sembari mengulurkan tangannya, memperlihatkan benda yang ia beli tadi malam. Yang ia beli memang untuk Aluna.

Hair clip berbentuk strawberry. Itu yang Sagara beli khusus untuk Aluna. Entah kapan membelinya, tapi senyum Aluna terbit begitu melihat hair clip itu. "Buat gue?"

Sagara mengangguk sebagai jawaban.

"Makasih Sagara," ucap Aluna senang, "simpen di meja dulu, tangan gue kotor."

Alih-alih menyimpan hair clip itu di meja, Sagara malah melangkahkan kakinya mendekati Aluna, memasangkan hair clip itu di rambut Aluna.

Sore ini Sagara sedang berada di rumah Dicky—tempat ia dan teman-temannya kumpul. Biasanya di rumah Sagara, tapi tak mungkin Sagara pulang ke rumah setelah menghabiskan uang untuk minuman beralkohol. Untung saja Ayahnya belum tau, kalau sudah, pasti kartu ATM Sagara diblokir dan kendaraannya ditahan. Semoga saja Ayahnya tak pernah tau.

Kini Sagara sedang berbaring di lapangan dengan keringat yang sudah membasahi bajunya. Ini akibatnya karna Sagara sudah mulai rutin merokok dan minum minuman yang beralkohol, peforma tubuhnya jadi menurun. Bahkan mereka baru mulai sepuluh menit, tapi Sagara sudah tepar di lapangan. Biasanya satu jam lebih pun Sagara kuat, tapi sekarang ia lebih lemah daripada Dicky. Malah Dicky yang kali ini masih berdiri di posisinya sembari menertawai Sagara. Ini baru tenis, bagaimana kalau nanti Sagara latihan rutin Taekwondo lagi? Mungkin ia sudah pingsan.

Posisi Sagara kini digantikan oleh Sultan. Mereka hanya berempat di sana, biasanya ada Eric juga. Tapi entah kenapa belakangan ini Eric jangan terlihat. Bahkan di sekolah pun Eric lebih sering mengikuti pelajaran daripada bolos. Sagara duduk di samping Louis, meneguk airnya sampai setengah.

"Eric nggak mau ke sini?" tanya Sagara pada Louis karna Louis yang diminta untuk menghubungi Eric tadi.

"Nanti malem katanya," jawab Louis yang dibalas anggukan paham oleh Sagara, "btw Gar, hp lo itu udah mati total. Udah nggak bisa dibenerin lagi. Emangnya ada apaan di situ? Bukannya lo udah beli hp baru?"

"Ada beberapa foto yang gue lupa cadangin," Sagara menghela nafasnya kasar, "beneran nggak bisa?"

Louis menggeleng. "Foto apa emangnya?"

Sebenarnya Sagara lupa, apa ia sudah mencadangkan foto itu atau belum. Yang jelas, kini Sagara masih lupa kata sandi Icloudnya yang lama. Makanya Sagara tak bisa memastikan apa ia sudah mencadangkan foto itu atau belum.

love me wellWhere stories live. Discover now