25: Pengkhianatan Memang Merepotkan

311 61 10
                                    


Zoey yakin seratus persen Cabrioler ini tidak bersuara sama sekali. Bahkan mobil paling mewah sekalipun tidak mampu menyaingi kesunyian kendaraan ini. Namun selagi kendaraan mereka melaju cepat di ketinggian dua Hetter di atas tanah, Zoey memiliki ketakutan irasional bahwa jejaknya menjerit ke langit dan membuat Ellusiant beserta bawahannya berhasil mengejarnya. Gadis itu menunduk, menatap kedua tangannya yang masih belum berhenti gemetar. Bayangan Ellusiant yang terkapar di lantai, berdarah-darah, dan berusaha melawan racun dari pelurunya membuat Zoey menggigil. Dia juga mendapati rasa bersalah menggerogotinya dari dalam, berupaya memakannya hidup-hidup.

"Anda baik-baik saja?" tanya Maia. Wanita itu duduk di samping Zoey. Sejak tadi, Maia terus menahan lututnya dengan tangan agar tidak menyempitkan Zoey di dalam Cabrioler.

"Aku tidak tau," jawab Zoey muram. Dia lega karena pada akhirnya dia berhasil keluar dari istana, lolos dari cengkeraman Ellusiant. Akan tetapi, rasanya ada bagian dalam dirinya ikut sekarat bersama pria itu.

"Oh, jangan dulu merasa baik-baik saja." Farell menyahut di depan Zoey. Seringai menghiasi wajah lelaki itu. "Pertarunganmu belum usai, Yang Mulia."

Zoey menegakkan badannya dengan tegang. "Apa maksudmu?"

Farell menunjuk ke belakang gadis itu dengan dagunya. "Trinitas Chrysante ada di belakang kita."

Zoey tidak mampu menangkap siapa yang Farell maksud selama beberapa detik, sebelum kemudian pemahaman menguasai benaknya, membuat kedua matanya sontak melebar. "Kelompok penyerang di istana tadi?"

"Yap. Mereka yang menyerang istana tad—ADUH!" Farell mengangkat tangan ketika Zoey memukulinya dengan sepatu.

"YANG MULIA!" Maia dan Mia berusaha menarik gadis itu. Maia berhasil merebut sepatu dari genggaman Zoey, sayangnya itu sama sekali tidak menghentikannya. Zoey menerjang maju dan berupaya mencekik leher lelaki di depannya.

"KAU MENIPUKU, DASAR BAJINGAN!"

Farell mengumpat di tengah-tengah serangan Zoey. Tentu saja, dia dengan mudah menangkis serangannya. Kesal karena tidak berhasil meraih leher Farell, Zoey menarik rambut panjang pria itu seraya memukuli bahunya.

"Yang Mulia, hentikan!" Dalam Cabrioler yang sempit itu, Maia dan Mia berusaha menarik Zoey yang terus mengamuk.

"Lepaskan aku! Biar aku cincang orang ini jadi dua belas bagian!"

"Yang Mulia tidak boleh menjambak rambut orang sembarangan!"

"MAIA, DIA BUKAN LAGI INGIN MENJAMBAK RAMBUTKU, DIA HENDAK MENCOPOT KEPALAKU!" Farell berusaha merebut rambutnya yang dijambak Zoey sekuat tenaga.

Supir Cabrioler membuka pembatas dan tercengang melihat keributan di belakangnya, lalu diam-diam menggeser kembali pembatasnya dan mengalihkan pandangan, tidak mau terlibat dalam pertengkaran dahsyat yang terjadi di dalam Cabriolernya.

"BIARKAN SAJA KEPALA INI AKU LEPAS!" teriak Zoey. Mencengkeram rambut Farell lebih kuat.

"Kalau kau membunuhku lalu siapa yang akan melindungimu?!"

Zoey membeku sesaat, genggamannya di rambut Farell terlepas dengan mata melebar, sebelum kemudian meludahkan tawa setengah histeris.

"Melindungiku? MELINDUNGIKU? AKU HAMPIR MATI TADI GARA-GARA KAU DASAR BRENGSEK! APA YANG TERJADI DI ISTANA TADI ADA DI LUAR KESEPAKATAN KITA! KAU MEMANFAATKANKU, BAJINGAN!"

Zoey memukuli kepala Farell dengan seluruh tenaga yang dia miliki, sementara lelaki itu terus mengaduh dan melontarkan serentetan makian kasar yang mampu membuat guru bahasa manapun kena serangan jantung. Tetapi, bukankah Zoey beruntung? Umpatan Farell itu tidak ada apa-apanya. Zoey bisa saja mati seandainya pria itu sungguh-sungguh melawan. Mau bagaimana pun, Farell adalah pimpinan Chivalry dari Kerajaan Croasia, dia dididik bertahun-tahun dalam militer. Melawan seorang gadis yang mengamuk mungkin sudah muncul dalam silabus sejak dia masih jadi kadet.

The Dawn Within Heaven (Versi Revisi)Where stories live. Discover now