Epilog: Lembar Baru

952 63 20
                                    

Halo, selamat datang di epilog Evanescent

Setelah sembilan bulan akhirnya Evanescent bertemu penghujung cerita

Terima kasih udah kalian yang bertahan membaca cerita ini sampai selesai

Silakan untuk berikan banyak cinta kalian pada bagian akhir ini

Karena nanti kalian gak akan ketemu Jordan-Serenade lagi

Karena nanti kalian gak akan ketemu Jordan-Serenade lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Rambut baru Jordan kira-kira segini)

Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat, sudah banyak cerita bergulir memenuhi hari berharap bisa menyembuhkan luka di hati. Benih-benih asmara yang sempat mekar terpaksa layu, menunggu lagi untuk disiram oleh orang baru. Serenade sudah menemukannya, sedangkan Jordan masih sendiri dan menyinari tanpa campur tangan orang lain.

Selama itu mereka menempuh jalan masing-masing, menata lagi hidup dengan lebih baik, berusaha ikhlas dengan kisah yang telah berakhir. Yah, perpisahan bukan final kehidupan, meski Jordan dan Serenade sama-sama hampir gila selama belajar mengikhlaskan. Setelah berjuang penuh untuk menyusun kembali hati yang patah selama dua tahun, Jordan memilih melanjutkan studinya di Negeri Kanguru. Dengan begitu Jordan bisa lepas dari semua yang membebani jiwanya, memerdekakan diri dari segenap harapan bisa kembali pada yang lama, dan menikmati kebebasan di negeri orang dengan beragam perbedaan.

Berkat hal itu, sedikit demi sedikit ingatan tentang Serenade terkikis, meski kadang merayap kembali tiap kali Jordan sedang sendiri. Terlebih ingatan tentang Jordan yang datang diam-diam ke pernikahan Serenade, hanya berani melihat dari kejauhan sebab tidak sanggup bertatap muka dan mengucap selamat. Jordan hanya memberi kado beserta surat yang entah dibaca atau tidak, lalu besoknya dia pergi ke negara tetangga tanpa mau lagi melihat ke belakang.

Lantas setelah tidak sengaja melihat Serenade di mal dari kejauhan, memori yang sudah lama terkubur merayap ke permukaan dan menguasai seluruh pikiran Jordan setelah seringnya diisi oleh hal lain. Debar jantung yang semula tidak lagi dirasa, perlahan kembali berpacu cepat tiap kali mengingat Serenade. Lancang memang karena Serenade sudah jadi istri orang, bahkan memiliki dua anak. Namun, segenap rasa yang muncul lagi ini tidak mudah untuk dibuang begitu saja.

Jordan seolah kembali ke masa-masa awal setelah perpisahan, hidupnya nyaris seperti zombi yang mati rasa selama melakukan rutinitas. Hari-harinya kelabu, mendadak dikerumuni awan hitam yang membuat hidupnya dirundung pilu. Jordan hanya tahu bekerja dan pulang, rumahnya makin tidak terbentuk sampai Satwika dan Brian harus tinggal selama beberapa bulan demi membawa putra mereka kembali menapaki realitas. Kelam dan melelahkan, ratusan hari yang dilalui Jordan sebelum akhirnya memutuskan pergi setelah hari pernikahan Serenade.

Setelah pertemuan tidak sengaja di mal, dada Jordan lagi-lagi jadi berat tiap kali beraktivitas, ada yang mengganjal dan butuh dipenuhi keinginannya agar lebih ringan. Katakan saja Jordan nekat, sebab saat menyadari maunya adalah hal gila, dia mencari tahu nomor baru Serenade—yang beruntung Satwika miliki—bertukar kabar singkat melalui panggilan, lalu berani mengajak berjumpa. Ya, Jordan segila itu, tetapi didukung oleh penerimaan Serenade setelah mendapat izin suami.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang