35. Roda Kehidupan

772 66 125
                                    

Selamat datang di chapter terakhir Evanescent

Mohon untuk dibaca sampai bagian akhir dan author note, ya

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Senja menggantikan fajar dengan matahari yang sebentar lagi akan terbenam dan saat inilah para karyawan studio sudah berhamburan pulang, menyiapkan diri untuk bekerja lagi besok saat dini hari karena ada tugas merias pengantin yang paling menguras...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senja menggantikan fajar dengan matahari yang sebentar lagi akan terbenam dan saat inilah para karyawan studio sudah berhamburan pulang, menyiapkan diri untuk bekerja lagi besok saat dini hari karena ada tugas merias pengantin yang paling menguras waktu dan tenaga mereka.

Serenade selaku ketua tim di studio tengah memeriksa persiapan merias yang akan dilakukan di Bogor, memastikan tidak ada peralatan yang kurang dan bisa mericuhkan proses merias jika itu terjadi. Koper berisi kosmetik, alat rias, dan gaun pengantin yang disewa sudah disimpan di lantai satu, sengaja agar mudah dipindahkan ke mobil tanpa perlu naik ke lantai dua untuk mengambilnya.

Tidak lama setelah proses pemeriksaan selesai, ada bunyi bel otomatis ketika pintu dibuka. Kontan Serenade menoleh ke arah pintu kaca dan menganga kecil mendapati seorang wanita yang familier di mata, berdiri segan di depan pintu yang telah tertutup rapat, dan wanita itu memaksakan senyum kala pandangan mereka bertautan.

Suasana studio yang sunyi seketika berubah tegang kala Serenade berhadapan dengannya lagi, memunculkan kembali ingatan usang yang dimainkan di kepala tanpa henti. Tidak hanya memori lama, Serenade pun terpana melihat penampilan wanita jangkung itu yang kini berbeda.

Tubuh langsingnya jadi sedikit berisi dari yang terakhir dia lihat, pakaian modisnya berubah jadi dress abu polos semata kaki tanpa aksesoris sebagai pendukung macam-macam, rambutnya dibiarkan lurus dan dikuncir begitu saja dengan anak rambut yang mencuat seolah baru saja melepas helm, dan tidak ada riasan wajah untuk mempercantik parasnya seakan itu sudah tidak berguna lagi saat usianya kian bertambah. Kendati begitu, penampilan sederhananya tetap memukau mata Serenade karena wanita ini sudah cantik. Hanya saja Serenade tahu itu bukan dirinya yang biasa.

"Halo, Seren. Apa kabar?"

Serenade yang memaku langsung ditarik ke realitas. Sudut bibirnya sunggingkan senyum untuk membalas lengkungan bibir tipis tamunya yang datang dan menjawab, "Hai, Disty. Aku baik."

Setelah menyapa singkat, Serenade langsung mempersilakan Disty duduk di sofa dan menyiapkan air mineral untuk disajikan pada tamu dadakan yang tidak pernah dia duga kedatangannya. Lama sekali mereka membisu, Serenade juga terang-terangan mengamati penampilan Disty yang masih membuatnya takjub akibat perubahan drastis.

Disty yang sudah menghabiskan setengah botol tiba-tiba jengah hingga pipinya merah, sudah bisa menduga reaksi Serenade saat mereka bertemu seperti sekarang.

"Aku udah nggak jadi model lagi, Seren," ucap Disty untuk menjawab Serenade yang masih terus mengamati penampilannya.

Serenade mengerjap, sedikit salah tingkah karena arti tatapannya diketahui Disty yang terdengar santai ketika memberi tahu kabar terbaru. "Sorry, ya. Aku nggak maksud nge-judge."

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang