25. Manis yang Singkat

559 69 38
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Untuk chapter ini santai dulu gak, sih? xD

Jordan nyaris gila ketika Zaenal memberi peringatan pertama dan terakhir yang dia tahu tidak akan berubah sebesar apa pun usahanya dalam menarik perhatian Serenade. Setelah tahu apa yang terjadi, mertuanya itu tidak segan menunjukkan wajah sinis saat mereka berpapasan di rumah, lalu manis ketika banyak pasang mata di dekat mereka, sama seperti yang Serenade lakukan ketika Jordan berulah dan membuatnya gerah.

Sekarang Jordan jadi tahu dari mana tabiat Serenade berasal, tetapi dia tidak protes karena merasa layak mendapatkan reaksi serupa setelah Zaenal tahu apa yang menimpa putrinya. Meski belum menjadi orang tua, Jordan bisa memahami situasi Zaenal yang tidak mau memberi kepercayaan lagi padanya. Kendati begitu, Jordan tidak akan mundur. Baginya mendapatkan hati Serenade dan restu kedua Zaenal merupakan tantangan yang ingin dia tembus.

Hari kepulangannya yang cepat Jordan manfaatkan untuk memberi Serenade kejutan kecil di rumah. Memasak bukan kegiatan yang Jordan rutin lakukan, tetapi kemampuannya cukup baik bila mengikuti resep yang tersebar secara gratis di internet. Jordan banyak berdoa selama mencari resep agar Serenade sedikit luluh dengan usahanya kali ini.

Bak diberi keberuntungan setelah ditimpa tangga berkali-kali, Serenade tiba-tiba mengajak Jordan untuk makan di luar. Tanpa menanyakan alasan karena takut istrinya mempertimbangkan kembali keputusannya, Jordan langsung menyetujui ajakan itu dan memijat kaki Serenade lebih semangat. Alasannya jelas agar Serenade bisa melangkah lebih ringan setelah berjam-jam di luar.

"Seren, kaki kamu beneran udah nggak apa-apa?" tanya Jordan selagi menuntun Serenade keluar rumah. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan oleh Serenade, tetapi Jordan bersikeras untuk membantu. "Kalau masih sakit biar aku pinjem mobil Dewa. Nanti makin sakit kalau naik motor."

"Enggak apa-apa, Jo. Udah nggak sesakit itu setelah dipijitin kamu."

Sebuah pujian meski Serenade sampaikan tanpa ekspresi mendalam, tetap cukup membuat Jordan melayang kegirangan. Jalanan Ibu Kota petang ini tidak padat hingga motor Jordan bisa melaju tanpa hambatan.

Sepuluh menit kemudian mereka tiba di steak house yang sudah Jordan reservasi selagi Serenade bersiap-siap tadi. Lagi-lagi keberuntungan memihak Jordan sebab steak house yang mereka datangi biasanya harus melakukan reservasi h-7, tetapi kali ini dia mendapatkan meja dalam satu kali telepon.

Makan malam ini tidak boleh di tempat biasa, oleh sebab itu Jordan sangat mensyukuri keberuntungan yang bertubi-tubi menimpanya dalam beberapa menit saja.

"Kamu suka tempatnya?" tanya Jordan saat welcome bread disajikan selagi pesanan mereka disiapkan.

Serenade memindai seluruh restoran yang didominasi warna abu-abu dan hitam dengan lampu temaram di setiap meja, tapi tidak mengurangi cahaya yang masuk hingga dia bisa melihat wajah para pengunjung di restoran.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang