31. Cinta yang Menyiksa

609 77 31
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Tetap senyum walau mau pisah



"Ayo kita urus perceraian."

Mata Jordan yang semula setengah tertutup dan siap mencium sang istri, perlahan terbuka lebar mendengar kalimat halus yang menusuk hati. Tanpa berniat membentangkan jarak, Jordan berusaha mencerna ucapan Serenade yang terdengar lugas tanpa beban, seolah dia sudah mantap dengan pilihannya.

Jordan ketatkan rahangnya, masih ingin menyangkal keadaan yang rupanya harus selesai juga. Panas di tubuhnya mendadak naik, tetapi masih dia tahan sebelum mencapai titik didih.

"Kamu masih belum sehat, Seren. Jadi ngomongnya masih ngawur," balas Jordan dengan suara lembut padahal hatinya sudah kalut.

"Aku sehat dan dalam kondisi jernih, Jo. Udah waktunya kita obrolin soal perceraian dan urus sampai selesai."

Napas Jordan tersekat untuk beberapa saat, lalu dengan berat dia embuskan saat menengadah menatap langit-langit untuk menetralkan kondisi tubuhnya yang makin terbakar. Jordan mulai memberi jarak, tidak lagi menyentuh Serenade yang sejak tadi telah menurunkan tangan dari pundak sang pria. Ponsel Jordan juga sudah hening hingga yang kini terdengar hanya deru napas mereka saling bersahutan.

Serenade menggumamkan banyak doa selama mereka masih membisu, bukan untuk menambah tekad yang sudah bulat sejak awal saja, melainkan agar Jordan mau menyetujui permintaannya untuk mengakhiri pernikahan yang tidak bisa lagi diselamatkan—atau lebih tepatnya Serenade tidak mau menyelamatkan.

"Kenapa?" Jordan akhirnya mengajukan pertanyaan. Satu-satunya kata yang mampu dia sampaikan dalam keadaan panas.

"Karena dari awal kamu nggak jujur, kamu ternyata masih punya rasa sama perempuan lain, bahkan sampai sekarang, Jo. Kamu juga sering ingkar janji, kamu labil, kamu nggak bisa tegas sama diri sendiri."

Apa yang Serenade paparkan membuat Jordan merasa ciut, padahal istrinya bicara tanpa emosi apa pun. Ekspresinya tegas meski datar, tubuhnya pun tegak seolah angin yang menembus jendela tidak akan mampu menggoyahkan. Serenade tetap maju untuk mengakhiri, lain dengan Jordan yang masih punya keinginan besar untuk mengawali.

"Seren," panggil Jordan yang mendadak lemas saat Serenade tidak bereaksi apa-apa setelah momen manis tadi, seakan semua usaha Jordan akhirnya tidak dapat menemui kata berhasil.

"Aku sayang kamu. Apa itu nggak cukup?" tanya Jordan lirih. "Kamu juga sayang sama aku, Seren. Kita sama. Kenapa masih harus pisah?"

Serenade menggeleng pelan, kemudian berucap dengan suara pelan, "Aku nggak cuma sayang, tapi cinta, Jo."

Dada Jordan makin sesak ketika mata Serenade berubah merah begitu membuat pengakuan mendadak untuk mengoreksi ucapannya. Satu kata yang seharusnya jadi puncak selebrasi dalam pernikahan, tetapi Jordan tahu perasaan itu sudah percuma untuk diungkapkan, sebab pemiliknya sudah enggan merasakan cinta yang hanya menjelma jadi siksaan.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang