35. Roda Kehidupan

Zacznij od początku
                                    

Disty tersenyum tipis. "It's okay. Tapi sekarang ngelatih di sekolah model."

Serenade manggut-manggut, itu memang pekerjaan yang cocok untuk Disty karena sang puan masih memiliki daya tarik besar saat berjalan, seolah setiap langkahnya dilakukan di atas panggung sambil memamerkan pakaian dari desainer ternama.

"Maaf aku dateng tiba-tiba setelah lama banget kita nggak ketemu, Seren," kata Disty lagi saat Serenade tengah bertanya-tanya bagaimana nasib wanita di hadapannya setelah waktu berlalu. "Aku kira studio kamu masih yang lama, makanya sempet ke sana dulu. Ternyata udah pindah."

"Iya, aku sewa gedung yang lebih besar supaya bisa nampung karyawan baru juga," balas Serenade yang butuh beberapa saat untuk menjawab karena bertemu Disty masih seperti mimpi.

"Keren," puji Disty. "Aku selalu pengin dirias di tempat kamu, tapi belum kecapai sampai sekarang."

Mulanya Serenade masih bingung dan takjub karena kehadiran Disty. Namun, tiba-tiba saja kecurigaan Serenade mencuat dan yakin Disty datang ke studio bukan untuk basa-basi. Serenade embuskan napas pelan dan menggeleng samar untuk membuang semua ingatan buruk yang sudah lama dia lupakan, bicara empat mata tanpa ingin membahas masa lalu yang tidak sepatutnya diungkit lagi.

"To the point aja, Disty. Kamu mau ngapain ke sini?"

Pertanyaan Serenade menciutkan nyali Disty yang sejak dari rumah tadi sudah mati-matian dikumpulkan. Disty yang sudah yakin dengan tujuannya seketika ingin kabur akibat malu, bahkan bibirnya terkunci rapat cukup lama sebab tidak berani menyampaikan sesuatu.

Serenade sabar menunggu, mengamati Disty yang meremas jemarinya, lutut ramping itu pun tampak bergetar seolah dipaksa untuk bangkit tapi gagal karena tubuhnya memaku di sofa. Disty yang semula menunduk setelah ditanya demikian akhirnya mau mengangkat pandang, menatap lurus ke arah Serenade yang tampak mengintimidasi dengan kariernya sebagai MUA, sedangkan dia hidup di titik paling rendah dengan pencapaian seadanya.

"Aku ke sini mau minta kerjaan, Seren. Terserah jadi apa aja, aku ikhlas asal bisa dapet kerjaan."

Serenade membeliak. Bukan saja karena permintaan Disty yang sangat jauh dari bayangan, wanita ini juga sampai mendekat dan berlutut di hadapannya dengan air mata yang berlinang tanpa mampu ditahan. Suara Serenade lenyap mendengar tangis memilukan Disty, membuat dia menerka apa yang sudah terjadi pada model kenamaan ini hingga bisa di titik terendah.

Bulir bening itu membasahi telapak kaki Serenade, makin melenyapkan suara ketika Disty mulai menjelaskan nasibnya yang buruk. Katanya—sambil bicara susah payah—Disty melakukan kesalahan dalam kariernya hingga dia tidak dipanggil lagi untuk bekerja. Alhasil Disty malah ditarik menjadi agen untuk model baru dan hidupnya jadi pas-pasan, bahkan apartemennya dijual dan dia harus tinggal bersama orang tua. Menjadi agen hanya membuat harga dirinya terluka karena tidak bisa tampil di depan kamera lagi sebagai bintang utama.

Namun, demi pundi-pundi yang harus dia hasilkan sendiri, Disty akhirnya menjadi guru di sekolah modeling. Rupanya itu pun tidak berjalan lancar karena bulan lalu sekolah ditutup akibat tidak ada yang mendaftar. Di saat penghasilan satu-satunya hilang, Disty teringat kesalahannya pada Jordan dan Serenade, yakin bahwa kariernya hancur merupakan karma dari Tuhan akibat sudah merusak rumah tangga orang.

"Maafin aku, Seren. Maafin aku .... Aku salah besar, aku udah berdosa banget sama kalian. Tolong maafin aku. Maafin aku udah dateng saat butuh aja, Seren."

Serenade menengadah saat air mulai menggenang di pelupuk mata, tidak sampai hati mendengar permintaan maaf yang tidak dia butuhkan sekarang, sekaligus harus mengingat luka lama yang susah payah dihapus dari ingatan. Kendati begitu, amarah yang dulu sempat membara tidak ikut terpancing untuk datang lagi. Fokus utama Serenade justru pada keadaan Disty sekarang yang dipenuhi sesal dan nasib baik tidak banyak berpihak padanya.

EvanescentOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz