"Terakhir gue denger lo bilang itu atau gue patahin tulang lo."

            Bukan hanya Naraka, Yudha dan teman-temannya, tetapi seisi kantin yang sejak awal tidak menaruh simpati untuk menolong Naraka itu terkejut. Menemukan sosok Jean—Pangeran Sekolah—kini berdiri tegak dengan tatapan datar nan mematikan. Tidak menyangka bagaimana Jean tiba-tiba beranjak dari duduknya di meja kantin pojok kemudian berjalan ke arah perundungan di tengah kantin itu. Semula mereka mengira Jean akan ikut merundung Nara, atai setidaknya bersikap acuh dengan hanya mengabaikan Nara yang tengah dirundung habis-habisan itu.

            Sebab bukan hal tabu lagi jikalau Arkan dan Jean tidak bersikap baik dengan Naraka secara terang-terangan. Bedanya, mungkin Arkan lebih dingin dan sama sekali terlihat tidak menganggap keberadaan Nara, lain dengan Jean yang masih kerap menjahili Nara sebagaimana yang dilakukan Yudha dan teman-temannya. Mungkin porsinya tidak separah ulah Yudha, Orion, dan Barata. Mereka hanya sering melihat Jean menyuruh Narakan ini-itu. Tidak sampai menjurus pada kekerasan fisik yang berlebihan.

            Akan tetapi, kali ini beda. Jean menendang Barata hingga badan cowok itu terdorong ke depan. Bersamaan dengan meja dan kursi berderit akibat tendangan Jean cukup kuat untuk menggeser semua bend aitu menimbulkan derit mendadak disusul sebagian makanan dan minuman di atas meja turut tumpah. Dan, benar jikalau hal itu membuat posisi Yudha yang duduk tepat di depan Barata ikut terkena tumpahan kuah soto di mangkuknya.

            "Wah, apa-apaan lo, bangsat?!" Barata kentara mengamuk. Maju ingin memberi bogeman pada Jean yang gagal sebab Jean begitu lihai untuk mengelak dengan menyampingkan dirinya saat Barata menujunya. Membuat Barata hanya mengepalkan tinjunya pada angin kosong.

            "Wah, seorang Jean belain kakaknya yang keterbelakangan ini?" Yudha bertepuk tangan sekali. Tanpa diduga, kakinya yang sudah akan dipegang Naraka untuk mengelap jejak sambal itu justru memijak punggun tangan Naraka. Kuat. Sampai Naraka memekik refleks.

            Sementara Jean dan Yudha berpandangan dalam satu garis temu nan mencekam.

            "Ahhh!"

            "Yah, sorry." Yudha kemudian mengangkat kakinya disertai senyuman sinis. Melirik sekilas Naraka yang kini mengusap punggung tangan kanannya. Bagian tubuh yang sangat sensitive untuknya. "Aduh, Nara, gue gak sengaja. Bukannya tangan kanan lo itu juga sering disakitin Jean, ya? Gue kira lo udah biasa—"

            Belum rampung kalimat itu, Yudha sudah terhempas akibat tendangan dari kaki Jean. Tubuhnya mendarat beberapa meter dari posisi, membentur lantai dengan keras. Suasana kantin menjadi heboh kala saksikan kemudian Jean menerjang Yudha tanpa ragu. Keduanya berkelahi. Tanpa ada yang berniat membantu. Oh, atau melihat perlawanan Yudha yang tidak dapat mengimbangin keahlian Jean dalam bela diri membuat teman-teman Yudha berusaha menolong dengan menarik Yudha mundur. Kondisi wajah Yudha sudah babak belur, berbeda jauh dengan Jean yang hanya miliki segaris luka lecet di pelipisnya.

            "Woi, woi, Je. Udah, udah, mampus anak orang lo buat!" Kavian tiba-tiba datang mencoba menyudahi aksi brutal Jean. Disusul tiga teman-teman lainnya. Awalnya mereka diberi arahan untuk tetap diam di meja kala Jean memutuskan pergi ke meja yang ditempati Yudha. Namun melihat bagaimana lepas kendali Jean seakan ingin menghabisi Yudha detik itu juga, membuat semuanya tak pikir panjang lagi untuk melerai. Jean sangat bahaya jika sedang mode mengerikan ini.

            "Jean, stop gila! Yudha udah pingsan itu!" Teman Jean, Johan memegangi bahu Jean.

            Sementara dua orang turut menarik mundur bahu Jean lainnya yang sangat keras menolak, tidak mau menurut. "Anjir, Je. Lo nanti malam ada turnamen! Di situ puas-puasin mampusin orang!"

Sejenak LukaWhere stories live. Discover now