052: pemilik hati bukan waktu

76.9K 5.6K 387
                                    

Selama perjalanan pulang Yolan beneran tidak mengajak ngobrol Wira. Sementara Wira hanya fokus menyetir.

Batin Yolan jadi menggerutu,

engga ada niatan mau bujuk gue gitu??? Ngeselin banget deh.

Hingga perjalanan yang cukup melelahkan berakhir. Mereka sudah sampai rumah. Masih sama, Yolan masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Wira.

Yolan masuk ke kamar nya begitu pula Wira.

"Yolan, ini koper kamu." Ucap Wira di depan pintu kamar Yolan yang tertutup.

Wira tidak berani membukanya, takutnya Yolan sedang bersih-bersih atau berganti baju.

Sesampainya di kamar Wira segera membereskan perlengkapannya selama 3 hari menginap di sini.

Tanpa sadar Wira tersenyum. Selama 3 hari ini terasa menyenangkan karena bisa ada di samping Yolan. Melihat muka bangun tidur Yolan, mendengar cerita random Yolan, dan masih banyak lagi yang mereka lakukan bersama selama 3 hari ini.

Setelah semua perlengkapannya siap dan memisahkan mana yang mau dipakai setelah mandi, Wira bergegas untuk mandi sebelum pergi lagi. Yap, besok pagi dia harus kembali bekerja.

Beberapa menit kemudian Wira keluar kamar mandi dengan celananya dan telanjang dada. Namun tidak dia sangka kalau bakal ada Yolan di kamarnya.

"Astaga." Kaget Wira.

Yolan pun sama kagetnya. Dia rencana diam-diam ingin memasukkan sekotak sandwich ke dalam tas rangsel Wira. Tapi kok sekarang orang nya malah muncul?? Ketahuan dong kalau dia lagi engga marah.

Awalnya posisi Yolan membelakangi Wira. Saat berbalik dengan menunduk, menghindari kontak mata dengan Wira, Yolan malah disuguhkan bentuk badan Wira yang....

Glup.

Yolan tanpa sadar menelan salivanya. Beberapa detik Yolan sempat ngeblank tetapi setelahnya dia pun tersadar dan berkedip sekali. Kini Yolan beranikan menatap wajah Wira. Dari pada natap ke perut lelaki itu terus??? Bisa khilaf Yolan.

Astagfirullah!

"Aku gak ngapa-ngapain kok. Cuma tadi...."

Begooo! Gue harus bilang apa ini?!!

Wira sempat mengintip ke dalam tas nya yang terlihat ada kotak makan berwarna abu-abu tua.

Wira pun tersenyum senang melihatnya.

"Apa? Kamu cuma ngapain Yolan? Saya tungguin nih jawabannya." Ledek Wira sambil tersenyum jahil.

Sadar jika sedang dibercandain sama Wira, Yolan pun malu bukan main. Wajah nya langsung memerah seperti kepiting rebus.

"Bang Wira ngeselin!" Yolan yang terlanjur malu ingin cepat-cepat pergi dari kamar itu juga. Kalo bisa dari muka bumi ini sekalian.

Malu banget bos!!!

Namun belum sempat Yolan mengambil langkah, tiba-tiba Wira menahan tangannya.

Yolan berhenti melangkah tapi tidak mau membalikan badan.

"Terimakasih Yolan. Maaf saya buat kamu kesal terus hari ini."

Yolan berbalik, menghadap Wira.

"Aku engga beneran marah sama Bang Wira. Gak tau kenapa aku tadi kesel aja. Maaf ya aku terlalu kekanak-kanakan. Aku sadar engga semua tentang Bang Wira aku harus tau. Iyakan?" Yolan menyengir.

Entah kenapa ekspresi itu berlawanan dengan isi hatinya. Karena kenyataanya Yolan ingin tau semua tentang lelaki itu.

Baru ingin menjawab kalimat Yolan, tiba-tiba ponsel Wira yang berada di atas nakas berdering. Wira pun beralih menerima panggilan itu.

Hi, Future!Where stories live. Discover now