47

6.8K 1.1K 38
                                    

Tiga hari telah berlalu sejak Jenaka dan Jati saling berbagi rahasia. Jati memohon kepada Jenaka untuk tidak mengatakan sepatah katapun kepada Pram tentang mereka yang berasal dari masa depan. Karena Jenaka sudah terlanjur, Jenaka akan menjaga menjaga rahasia Jati. Sebagai sesama penyintas perjalanan waktu, tentu mereka berdua harus saling tolong menolong satu sama lain.

Namun kedekatan keduanya itu kurang direspon positif oleh seseorang.

Memang pada awalnya, Pram sengaja meninggalkan Jenaka juga Jati sendirian agar mereka berdua bisa membicarakan permasalahan mereka tanpa ikut campur orang lain. Dan ia berhasil melakukan itu. Sungguh itulah yang ia inginkan.

Namun melihat bagaimana sekarang Jenaka lebih memilih berbicara dengan Jati atau bertanya apa pun kepada Jati membuat Pram menjadi tidak nyaman. Keberadaan Pram menjadi kabur di hadapan Jenaka. Seperti saat ini. Siang ini Jenaka tengah berkunjung ke kamarnya kemudian mereka berdiskusi tentang apa yang harus mereka lakukan mengenai ibu angkat Jati.

"Bagaimana? Apa kamu sudah memutuskan apa yang akan kamu lakukan?" tanya Jenaka kepada Jati.

"Saya rasa saya mungkin akan mencoba melihat kondisi ibu terlebih dahulu. Saya juga akan memastikan letak dimana ibu meletakkan keris pemberian Raden Jaya itu di rumah. setelah itu kita pikirkan hal selanjutnya tapi jika ibu menolak untuk bersaksi saya harap kalian bisa menerima hal itu."

Jenaka mengangguk mengerti.

"Iya, saya tidak masalah. Kita tidak perlu memaksa ibumu. Toh, bukti buku tamu juga foto di pesta kemarin sudah diamankan Pram. Itu sudah sangat cukup untuk saat ini."

Jati berterima kasih kepada Jenaka atas pengertian gadis itu.

Pram yang sedari tadi mendengarkan melirik kedua anak muda diepannya secara bergantian. Alisnya berkerut ketika melihat Jenaka dan Jati saling melemparkan senyuman satu sama lain. Pram mencoba berpikir positif karena Jenaka pernah bilang bahwa Jati adalah kakek buyutnya jadi ia tidak perlu menangani perasaan cemburunya ini secara berlebihan.

Jati mengusap kepala Jenaka membuat Pram terperangah.

Tetap saja! Kalau sudah bersikap seperti itu bukannya mereka berdua sudah kelewat batas? Pram jadi khawatir meninggalkan mereka berdua lagi. dirinya memang sibuk akhir-akhir ini karena Pram selalu datang ke kantor pos untuk memastikan bahwa surat balasan Iskandar telah tiba.

Ia tidak ingin surat itu diantarkan langsung ke penginapan karena terlalu rawan. Apalagi selama tiga hari ini orang-orang Raden Jaya telah berkeliaran siang dan malam mencari 'seorang perempuan muda'. Pram tahu siapa yang mereka maksud, maka dari itu sejak tiga hari ini Pram sebisa mungkin melarang Jenaka untuk pergi meninggalkan penginapan. Pram sebenarnya ingin mengajak gadis itu jalan-jalan di Batavia untuk mengecek surat di kantor pos tapi situasi mereka sedang tidak memungkinkan. Dan seperti rutinitasnya seperti biasa ia harus kembali ke kantor pos untuk mengecek surat dari iskandar.

"Baiklah, kita putuskan untuk membiarkan Jati pergi kembali ke rumahnya untuk memeriksa Raden Ayu Kartika terlebih dahulu. Tapi sebelum itu, saya ingin Jati ke kantor pos terlebih dahulu untuk memastikan bahwa surat balasan dari Iskandar telah sampai."

"Hah? Kenapa saya?" tanya Jati.

"Iya, Pram. Kenapa Jati? Bukannya biasanya kamu yang pergi ke kantor pos?" tambahan Jenaka membuat Pram kesal.

"Karena saya lelah sekali hari ini. Saya ingin beristirahat saja."

Jati melirik Jenaka dan Jenaka membalasnya dengan kedikan bahu. Gadis itu juga tidak mengerti mengapa Pram tiba-tiba bersikap aneh. Jati menghormati Pram yang lebih tua. Juga Pram telah melakukan banyak hal beberapa hari terakhir membuat Jati merasa tidak enak. Ia pun bangkit dan meraih jaket serta topinya untuk berangkat ke kantor pos.

Surat Untuk Jenaka (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang