19.2 |Ending|

58.3K 4.5K 423
                                    

Satu tahun kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu tahun kemudian ...

"Ah, Mbakku cantik banget mau wisuda. Ya ampun senangnyaaaaa ...." Pagi-pagi, Mentari sudah berteriak heboh kala menyaksikan Lunar memakai kebaya wisudanya dan sudah dirias oleh seorang perias yang sengaja ia sewa untuk acara wisudanya kali ini.

Lunar hanya tertawa kecil membalas sang adik bungsu yang kemudian memeluknya dengan erat itu.

"Peluknya jangan erat-erat, Tari. Nanti rusak dandanan Mbakmu." Tentu saja, himbauan itu berasal dari Ibu mereka yang dibalas Mentari dengan bibir cemberutnya. Tanala juga sudah tampak rapi bersiap menghadiri upacara wisuda putri sulungnya. Begitu juga sang ayah yang kini sedang dipasangkan dasi oleh istrinya.

"Ma nanti aku benar nggak bisa masuk ruangan, ya? Terus aku di mana dong, Ma?" tanya Mentari masih misuh-misuh tidak terima setelah tadi malam Lunar mengatakan bahwa hanya dua orang yang bisa masuk ke dalam ruangan mengikuti jalannya prosesi wisuda.

"Ya kamu tunggu di luar sama Masmu cari makan kan begitu bisa," jawab sang ibu sambil lalu.

Pandangan Mentari menuju pada kakak lelakinya yang berada di balkon kamar. Tampak sedang bertelepon yang Mentari tebak pasti sedang teleponan dengan pacarnya. Dia sangsi Bhumi akan menemaninya di kampus Lunar nanti. Masnya itu pasti akan memilih melipir untuk video call dengan pacarnya saja.

"Udah yuk cepat keluar. Panggil Masmu sekalian Tari. Udah jam berapa ini nanti kita terlambat." Tanala selesai dengan urusan memasang dasi sang suami, kini wanita itu menatap putri sulungnya tersenyum cerah. "Duh, duh, anak Mama cantik sekali. Benar-benar mirip waktu Mama muda loh kamu Mbak."

"Mirip apanya. Mama tuh waktu muda miripnya sama Tari, bukan sama Mbak Bulan. Mbak Bulan mirip sama ayah makanya cantik. Coba aja Tari miripnya sama ayah juga."

"Kamu, ini!" Tanala berhasil menjewer telinga putrinya.

Lunar hanya terkekeh kecil melihat kehebohan pagi itu. Kemudian pandangannya jatuh pada sang ayah yang menatapnya dengan senyum lembut. Gadis itu pun berlalu menghampiri ayahnya. Membalas rangkulan pria kesayangannya itu keluar lebih dulu dari kamar hotel yang dipesan mereka untuk tempat tinggal sementara ini.

"Bagaimana Bulan?" tanya Raska di tengah perjalanan mereka.

"Bagaimana apa, ayah?"

"Sudah baikan dengan Laskar?"

Lunar langsung terdiam. Setelah setahun lebih, ini adalah pertama kalinya Raska membahas soal Laskar dengannya. Kejadian tahun lalu di mana Lunar benar-benar meminta sang ayah untuk tidak lagi merepotkan Laskar dan meminta laki-laki itu untuk menjaganya. Raska tentu heran dengan permintaan sang putri yang tiba-tiba. Apalagi setelahnya, di setiap pertemuan keluarga mereka, Lunar pasti terlihat sangat menghindar.

Serdadu Bulan [End]Where stories live. Discover now