3.2

27K 3.5K 50
                                    

Sore hari, Lunar dan Feby akhirnya benar-benar pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari, Lunar dan Feby akhirnya benar-benar pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan bulanan mereka. Namun belum sempat Lunar mendapatkan trolinya, dia justru menemui Laskar di sana yang tengah memesan batagor di depan supermarket tempatnya hendak berbelanja. Lunar dan Feby terkejut. Tentu sama dengan Laskar yang mendapati keberadaan gadis itu di sana.

Masih memegang plastik batagornya, pandangan Laskar langsung turun menoleh pada lutut Lunar yang tertutup rok sebetis yang ia pakai. Saat itu juga, pandangan Laskar berubah sedikit tidak suka menatapnya.

"Bukannya kemarin kamu habis jatuh? Kenapa bisa ada di sini?" tanya laki-laki itu langsung. Sama sekali tidak mencoba menutupi suaranya yang terdengar kesal.

Lunar yang ditatap seperti itu oleh Laskar, langsung menunduk. "I—itu ... aku mau belanja bulanan."

"Coba kamu jalan," perintah Laskar tiba-tiba.

Lunar mengangkat kepalanya dengan bingung. Tidak mengerti dengan maksud Laskar barusan.

"Jalan coba ke sana," perintah Laskar lagi.

Meski masih tidak mengerti, Lunar akhirnya tetap menurut. Melangkahkan kakinya dengan pelan. Empat langkah sampai kemudian berhenti saat mendengar decakan keluar dari bibir Laskar.

"Kamu mau belanja bulanan pincang begitu?" Suara laki-laki itu terdengar sewot.

Lunar kembali lagi ke tempatnya. Memberanikan diri mencoba menatap Laskar. "Ini nggak apa-apa kok, Aka. Aku udah sembuh."

Laskar lalu menatap pada Feby yang sejak tadi berdiri tidak nyaman. Tentu, dia merasa ikut bersalah karena tidak bisa menahan Lunar untuk tidak pergi berbelanja sore ini.

"Kalian ke sini naik apa?" tanya Laskar.

"Naik angkot," jawab Lunar pelan.

Laskar berdecak lagi. "Ayo aku antar pulang."

"Tapi aku belum—"

"Nggak belanja, Lunar. Kalau ayah kamu tahu kamu masih pincang begini maksain ke swalayan, menurut kamu ayah kamu bakalan marah atau enggak?"

Lunar menunduk tidak menjawab. Sebenarnya ayahnya tidak akan marah karena Raska jarang sekali marah. Tapi mungkin, ayahnya akan semakin khawatir dan kecewa dengan Lunar karena tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

"Aku lagi bawa mobilnya Josh. Ayo aku antar pulang," ajak Laskar lagi. Laki-laki itu lalu menatap pada Feby yang masih diam. "Pulang sekarang nggak apa-apa, Feb? Atau lo mau belanja dulu? Tapi kalau mau belanja dulu, lo sendiri, ya. Lunar harus pulang sekarang."

Feby tampak tergagap. Dia jadi bingung hendak memilih apa. "Em ... gue kayaknya pulang sendiri aja. Masih ada yang harus dibeli." Akhirnya, gadis itu memilih jalur aman untuk tidak berada di antara kedua orang itu.

Lunar tampak tidak terima dengan jawaban Feby tetapi Laskar sudah lebih dulu mengangguk. "Ya udah lo pulangnya hati-hati ya nanti. Kita balik duluan."

Feby langsung mengangguk. "Iya. Kalian juga hati-hati, ya."

Serdadu Bulan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang