14.1

27.1K 4.1K 646
                                    

              Lunar kembali ke kosnya dengan perasaan yang sangat tidak nyaman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

              Lunar kembali ke kosnya dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Gadis itu bahkan hanya diam tanpa kata melanjutkan sisa waktunya di dalam kafe, berikut juga di perjalanan saat Laskar mengantarnya pulang. Dia melewati itu semua dengan hening, juga sedikit menahan tangis. Termasuk saat turun dari motor Laskar, Lunar langsung membuang pandangan agar tidak bertatap dengan laki-laki itu sama sekali.

"Besok ngajar seperti biasa?" tanya Laskar begitu Lunar turun dari motornya.

Tanpa melihat pada Laskar, Lunar mengangguk singkat.

"Besok aku antar," ujar laki-laki itu. Seolah memutuskan semuanya seorang diri.

Mengambil lagi kendali tubuhnya, Lunar langsung menggeleng. "Aku berangkat sendiri aja," tolaknya.

"Kenapa?"

Menatap Laskar sekilas, Lunar tersenyum tipis sedikit dipaksakan. "Mau ada pertemuan sama Psyteach dulu paginya."

"Ya udah nggak apa-apa aku antar. Di mana ketemunya? Kampus?"

Lunar kembali menggeleng. "Aku dijemput Kayla." Dilihatnya lagi Laskar sekilas sebelum Lunar menunjuk gerbang kosnya. "Aku masuk dulu, Aka. Makasih udah bolehin aku ikut." Tidak menunggu apa pun jawaban dari Laskar, Lunar buru-buru melangkah.

Rasanya sudah begitu sesak saat Lunar berjalan masuk ke lorong kosnya. Bahkan tangannya bergetar kala membuka kunci pintu kamarnya sendiri. Lunar buru-buru masuk ke dalam. Menjatuhkan tubuhnya pada ranjang dan tengkurap menempelkan wajahnya pada bantal, lalu menangis di sana.

Dia tahu, ini terlihat sangat menjijikan. Menangisi seorang laki-laki yang diam-diam ia sukai sejak lama. Harusnya Lunar tidak perlu menangis. Dia tidak boleh menangis. Lunar seharusnya tidak memiliki hak untuk melakukan itu. Dirinya dan Laskar tidak memiliki hubungan apa pun. Laskar bebas menggoda gadis mana pun yang ia sukai.

Namun hari ini, di waktu menjelang malam ini, Lunar tidak mampu menahannya. Seluruh perasaan yang begitu besar disimpannya untuk laki-laki itu. Perasaan yang berkali-kali coba Lunar sangkal, kemudian ia biarkan mengembang hanya karena memiliki sedikit harapan. Harusnya Lunar tidak berharap apa-apa.

*__*

Akhir pekan ini, Lunar menjalaninya dengan tidak bersemangat. Dia mendatangi rapat Psyteach tanpa gairah, juga mengajar privat tanpa selera. Lunar hanya bersyukur orang-orang yang ia temui tidak membuatnya moodnya bertambah buruk dan seakan mengerti bahwa Lunar sedang tidak ingin diganggu. Termasuk dengan Gerry yang menjadi lebih penurut dari biasanya. Mungkin lelaki kecil itu juga menyadari bahwa gurunya habis menangis. Dibuktikan dengan mata sembabnya yang tidak mampu Lunar tutupi dengan maksimal meski sudah memakai kaca mata.

Sore terdampar di dalam kamar kosnya. Lunar tidak mau bersedih lebih lama lagi. Semalaman dia sudah menangis meratapi kisah percintaannya yang menyedihkan. Ya, sangat menyedihkan. Cinta sepihak itu benar-benar mengurah jiwa dan raganya.

Serdadu Bulan [End]Where stories live. Discover now