8.2

25.5K 3.5K 318
                                    

"Ya ampun, Nar, kamu mau ngerayain ulang tahun atau apa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ya ampun, Nar, kamu mau ngerayain ulang tahun atau apa?"

Tania—teman satu komunitas mengajarnya itu menatap keheranan pada Lunar yang membawa kantung besar berwarna hitam berisi makanan-makanan ringan yang dibungkus plastik. Lunar menyengir menatap temannya yang satu jurusannya juga dengannya itu.

"Untuk anak-anak, Tan," katanya. Kemarin adalah hari Sabtu dan Lunar tidak memiliki kegiatan karena tidak ada kelas. Gadis itu meminta bantuan pada Feby untuk membeli beberapa makanan ringan ini dan membungkus ke dalam bungkus-bungkus plastik bening yang kemudian diikat dengan pita. Lunar berencana membagikan makanan ini untuk anak-anak muridnya.

Tania geleng kepala melihat temannya itu. "Luar biasa memang kamu, Nar. Pantesan ya kamu jadi guru favorit padahal baru dua bulan ngajar."

Lunar hanya tersenyum ringan. Dua bulan mengajar ini, Lunar sudah cukup akrab dengan murid-muridnya. Mereka semua menyenangkan dan Lunar bersyukur diterima dengan baik di sekolah ini.

"Tania nanti aku boleh minta tolong bantu bagi-bagi ini?"

Tania langsung mengangguk. "Boleh, lah. Ayo, mau dibagiin kapan?"

"Kalau pulang sekolah nanti aja bagaimana, Tan?"

"Boleh-boleh. Ya udah taruh di kantor dulu aja."

Lunar pun mengangguk. Kemudian mengikuti Tania yang membantunya memegang sebelahnya untuk menaruh kantong besar ini menuju kantor guru.

*__*

Kegiatan Lunar di Minggu ini cukup padat. Pagi sampai siang dia mengajar di SMP, lalu sore hari dia kembali mengajar di rumah Gerry. Tepat pukul 5 sore, Lunar baru merampungkan kegiatan mengajarnya. Menutup buku pelajaran Gerry dan membantu anak didiknya itu merapikan pensil-pensil yang tadi ia keluarkan semua dari tempatnya.

"Ibu nanti kita belajar laginya hari Selasa, ya?" tanya Gerry.

Lunar mengangguk. "Iya. Nanti ketemu lagi hari selasa, ya."

"Ibu nanti boleh nggak aku dibawain ciki yang tadi? Di warung aku nggak ada?"

Lunar terkekeh lalu kembali mengangguk. "Boleh. Nanti hari selasa Ibu bawain lagi, ya. Kamu suka ya cikinya?"

"Suka, Ibu. Enak cikinya."

Tersenyum kecil, Lunar mengusap kepala Gerry dengan lembut. Gadis itu lalu bangkit setelah benar-benar selesai. Berpamitan kepada orang tua Gerry, kemudian keluar dari rumah milik muridnya itu. Di luar sana, Lunar cukup terkejut saat melihat keberadaan Laskar yang tengah duduk di atas motornya.

Pelan, gadis itu melangkah mendatangi Laskar yang tampak belum menyadari keberadaannya. Lunar memegang pundak laki-laki itu membuat Laskar berjengkit pelan.

Serdadu Bulan [End]Where stories live. Discover now