14.2

28.3K 4.5K 932
                                    

              Lunar tidak tahu

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

              Lunar tidak tahu. Kenapa di Minggu malam ini Laskar juga datang ke tempatnya. Kemarin, mereka sudah bertemu dan biasanya Laskar tidak akan menemuinya lagi. Tapi kini, Lunar malah mendengar suara tawa laki-laki itu yang tengah mengobrol dengan Feby di kamar kosnya. Mereka berbicara banyak hal dan juga membahas tentang perkuliahan.

Lunar sendiri, setelah kedatangan Laskar tadi, dia pamit untuk menyelesaikan tugas yang sebenarnya sudah selesai. Lunar sengaja beralasan dengan maksud Laskar sadar diri untuk pulang dan tidak mengganggunya. Namun Laskar malah menjatuhkan tubuh di atas kursi makan. Membuka makanan ringan yang ia bawa malam itu dan menawarkannya juga pada Feby setelah dia menyuruh Lunar untuk kembali saja melanjutkan kegiatannya.

"Berarti lo bakalan fiks magang di Jogja?"

"Iya, fiks banget. Bokap bisa ngamuk kalau gue malah magang di tempat lain."

Suara kekehan Feby terdengar. "Padahal kan nggak apa-apa nyoba di tempat lain dulu."

"Gue udah mulai diikutin beberapa proyek sama bokap."

"Ya, enak juga, sih. Lo jadi nggak pusing-pusing lagi cari tempat magang."

"Lo udah dapet belum?"

Feby menggeleng. "Masih dicari."

"Kalau lo mau ke Jogja, ngajuin di kantor bokap gue aja. Langsung lolos kalau buat lo mah."

Feby tertawa menatap laki-laki di hadapannya. "Memang kalau jalur orang dalem tuh lancar banget ya."

Laskar hanya nyengir sembari melahap ciki yang ada di tangannya.

"Tapi gue mau cari di Bandung dulu aja," kata Feby lagi.

"Pasti lo nggak mau jauh-jauh dari Januar ya?"

Feby tertawa. Obrolan mereka berlanjut lebih seru lagi.

Lunar yang masih duduk di tempatnya, mencoba untuk tidak terdistraksi apa pun oleh perbincangan keduanya itu. Mencoba untuk fokus pada layar laptopnya dan membaca ulang tugas kuliah yang sudah ia rampungkan sejak tiga hari yang lalu. Matanya juga sesekali menatap pada jam di dinding berharap agar waktu berjalan lebih cepat dan Laskar pamit pulang dari kamarnya.

Satu jam berjalan dan nihil. Laskar tidak juga terlihat akan berpamitan. Padahal, Feby sudah pamit sejak tiga puluh menit yang lalu. Beralasan ingin teleponan dengan Januar. Sepertinya gadis itu juga mengerti bahwa mungkin saja Lunar tidak ingin diganggu apalagi setelah pengakuannya yang ingin move on dari Laskar.

Namun, Laskar ternyata tidak sepeka Feby. Laki-laki itu justru terlihat nyaman berbaring di ranjang Lunar membaca sebuah novel yang Lunar miliki. Padahal Lunar sudah berdehem dan menguap berkali-kali seraya mengusir laki-laki itu secara halus.

Lunar menghela napas. Dia sudah tidak tahan lagi.

"Aka," panggil gadis itu memutar kursinya menatap pada Laskar.

Serdadu Bulan [End]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن